Mumpung tepat 20 tahun hari pernikahan, saya sedikit memberikan opini tentang mereka yang memutuskan belum atau menunda menikah.
Sebut saja Ibu Maya (53 tahun, saat itu). Ibu kos saat saya masih bekerja di Jakarta Selatan. Beliau ASN dan single. Kehidupan sehari-harinya seperti kebanyakan pekerja pada umumnya. Pergi pagi dan pulang sore. Cuma, bedanya ibu ini, dia punya rumah strategis di Jakarta Selatan, walaupun tidak besar banget tapi ya tetap keren. Ada 2 kamar kos perempuan yang disewakannya.
Kamar kos yang disewakan ibu ini, masih satu wilayah dengan rumah utama walau tetap terpisah kamar mandi utama dan buat anak kos. Masuknya saja dari garasi yang tak ada motor atau mobilnya.Â
Si ibu memang tak memiliki kendaraan pribadi. Sehari-hari ke kantornya memang hanya naik angkutan umum. Nah, dua kamar kos inilah yang barangkali jadi penghasilan tambahan buat beliau selain tentu gajinya sebagai ASN. Sebagai anak kos, saya dan satu orang teman lainnya, ya happy-happy aja kos di situ.
Ibu kos yang bisa dikatakan single di usia matangnya tersebut, memang kadang agak sedikit cerewet. Misal, ya soal bawa teman yang nginap di kos sudah lebih dari sehari. Mungkin ya, karena teman tersebut ikut mandi, pengeluaran air jadi bertambah, kan?
Tapi, secara umum, beliau pribadi yang baik dan tidak aneh-aneh. Selama kos di sana, rasa-rasanya memang tidak melihat beliau membawa teman laki-laki ke rumahnya.Â
Hidupnya benar-benar didedikasikan buat pekerjaannya sebagai ASN. menikah tampaknya memang bukan prioritasnya lagi di usia yang bisa dibilang sudah sangat matang.
Ini tidak jauh berbeda dengan Hana (50 tahun), yang bekerja juga sebagai abdi negara. Karena faktor kedekatan, ketika kami mendengar ada seorang duda 60 tahun sedang mencari istri yang serius mau menikah juga, kamipun, kawan-kawannya gercep menjodohnya dengan bapak duda tersebut.
Apalagi menurut perkiraan kami, kawan-kawannya, kriterianya sudah sangat pas. Walau ada perbedaan usia 10 tahun.
Pertemuan-pun dirancang oleh kawan-kawan. Namun plot twist-nya: mereka memang tak berjodoh. Si lelaki merasa cocok banget tetapi teman kami, merasa tidak cocok. Dia tak menjelaskan detail tidak cocoknya di mana.Â