Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A.
Enny Ratnawati A. Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Enny Ratnawati A. -- Writerpreneur, social worker, suka baca, bersih2 rumah dan jalan pagi --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Eco Enzyme hingga Fitoteknologi, Penanganan Limbah Domestik Daerah Rawa

27 Januari 2024   14:45 Diperbarui: 30 Januari 2024   09:32 1020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi eco-enzyme, pemanfaatan limbah dapur untuk tanaman. (SHUTTERSTOCK/ICHIYUKI)

Limbah domestik sangat berpengaruh kepada kualitas tanah ataupun sungai.

Akhir-akhir ini, ada perasaan  bersalah. Selama ini mengapa begitu tidak care-nya dengan sampah domestik.

Khususnya penggunaan detergen dan sabun mandi. Misalnya, tidak pernah mengecek secara detail apa kandungan dalam detergen dan sabun mandi yang dipakai sehari-hari di rumah.

Apalagi sebagai warga kota seribu sungai, Banjarmasin Kalsel, rumah--rumah memang rata-rata berada pada tanah yang terendam air (daerah rawa). Atau bisa dikatakan di bawah rumahpun isinya air dengan berbagai spesies khas air di dalamnya.

Dan suatu hari, saya pernah menemukan ada ikan haruan (gabus) yang mati di bawah ruang cuci rumah. Apakah akibat pencemaran detergen? Memang masih misteri. Tapi ada kecurigaan akibat sisa detergen mencuci yang memang langsung di buang di kolong rumah!

Secara umum, tanah keras memang sangat sulit dijumpai di Banjarmasin. Tidak heran konsep pembangunan rumah pun juga berarti harus menaklukkan rawa-rawa.

Tulisan ini lebih fokus ke air-air yang ada di bawah kolong-kolong rumah penduduk kota ini.

Nah, rasanya sudah sangat umum, air sisa cucian (air detergen) atau air sabun bekas mandi langsung dibuang ke bawah rumah tanpa penyaringan terlebih dahulu. Dan itu sudah dilakukan turun temurun, entah sudah berapa lama. Padahal ini sebenarnya adalah limbah domestik.

Kangkung dan tanaman air air lain bisa untuk pencemaran /Fitoteknologi (dok: pribadi)
Kangkung dan tanaman air air lain bisa untuk pencemaran /Fitoteknologi (dok: pribadi)

Biasanya memang lantai-lantai rumah terbuat dari kayu biasa atau kayu ulin, sehingga tinggal di tuang ke lantai saja air langsung mengalir ke kolong rumah.Tanpa perlu pipa-pipa atau saluran lain lagi untuk pembuangan air sabun tersebut.

Nah, baru-baru ini baru tersadarkan, betapa banyaknya sudah limbah domestik yang mengalir ke rawa-rawa di bawah kolong rumah sampai airnya menghitam.Padahal tentu saja disana banyak sekali spesies binatang yang hidup. Sebut saja ikan-ikan sungai atau ikan khas rawa.

**

Limbah domestik mempunyai banyak ragam. Secara umum, limbah domestik bisa diartikan sebagai segala sisa sampah dan buangan dari kegiatan rumah tangga maupun perkantoran (cleanpedia.com).

Tentu saja, tiada hari tanpa limbah domestik. Karena memang setiap harinya rumah tangga akan menghasilkan banyak limbah domestik. Bahkan, banyaknya limbah domestik, diperkirakan jauh lebih banyak dan berbahaya dibandingkan limbah yang dihasilkan oleh industri.

Secara umum, limbah domestik terbagi 2 yaitu limbah cair dan limbah padat.

Limbah cair domestik berupa sisa buangan dalam bentuk cair. Sebut saja, air bekas mencuci piring, air detergen, sisa makanan berwujud cair, sampai pada sisa sabun mandi anggota rumah tangga.

Sedangkan limbah padat domestik. Limbah padat ini sering dikatakan sebagai sampah domestik. Ada yang berupa limbah organik, seperti sisa sayuran,kulit buah, bumbu-bumbu sisa dan lainnya. Namun limbah organik ini bisa dikatakan lebih ramah lingkungan karen bisa terurai dengan sendirinya.

Namun ada limbah padat domestik lainnya berupa limbah anorganik dan cenderung susah terurai, misalnya sampah plastik yang dibuang sembarangan.

Baik limbah domestik padat maupun cair berpotensi mencemari lingkungan. Karena memang di Indonesia, rata-rata limbah domestik seperti ini tidak diolah.

Selain persoalan pencemaran lingkungan, limbah domestik akan sangat mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat. Menjaga lingkungan dari limbah domestik tentu PR kita semua.

Efek yang sederhana, mulai banyaknya nyamuk dan lalat dimana-mana bila lingkungan tercemar limbah domestik hingga ancaman berbagai penyakit berbahaya apalagi manusia mengkonsumsi air atau makanan (misalnya ikan) yang sudah tercemar oleh limbah domestik.

 MENJAGA LINGKUNGAN DARI LIMBAH DOMESTIK MERUPAKAN PR BERSAMA

Bila sebuah rumah dihancurkan di kota kami, entah akan direnovasi atau dikarenakan dijual ke pemilik baru dan pemilik baru melakukan renovasi, maka akan sangat jelas banyaknya sampah di rawa bekas rumah tersebut.

Sampah tersebut biasanya berupa sampah yang umum di rumah tangga seperti botol plastik dan sampah anorganik lainnya. Tidak ada cara lain untuk memulihkannya selain dibersihkan kondisi rawa tersebut sebelum pembanganan,atau ya dibiarkan saja lalu dibangun rumah diatasnya.

Limbah domestik memang sudah dalam tahap meresahkan. Salah satu limbah domestik yang umum kita temui adalah air bekas mencuci baju atau detergen.

Sebagai informasi, detergen memang hasil sampingan dari proses penyulingan minyak bumi yang diberi berbagai tambahan bahan kimia, seperti surfaktan (bahan pembersih), alkyl benzene (ABS) yang berfungsi sebagai penghasil busa, abrasif sebagai bahan penggosok, bahan pengurai senyawa organik, oksidan sebagai pemutih dan pengurai senyawa organik, enzim untuk mengurai protein, lemak atau karbohidrat untuk melembutkan bahan, larutan pengencer air, bahan anti karat dan yang lainnya. (sumber: patikab.go.id)

ABS kemudian diketahui sebagai bahan detergen yang sebenarnya susah diuraikan oleh mikroorganisme, dan lanjutannya limbah ini juga memicu eutrofikasi atau kelebihan nutrien pada air yang menyebabkan munculnya banyak eceng gondok, misalnya.

Efek detergen antara lain akan menghancurkan lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari bakteri dan parasit.

Pada ikan, detergen juga dapat menyebabkan kerusakan pada insang. Kebanyakan ikan akan mati bila konsentrasi detergen 15 bagian per juta. Detergen dengan konsentrasi rendah, sekitar 5 ppm tetap dapat membunuh telur ikan. (sumber: patigov.go.id)

Ini baru masalah detergen. Belum lagi efek dari sisa sabun mandi, sisa sabun cuci piring, tinja manusia dan limbah domestik lainnya yang tentu sangat berpengaruh pada kualitas lingkungan.

Yang jelas lebih baik mengolah limbah domestik dengan berbagai cara, daripada memperbaiki lingkungan.Walaupun hanya langkah-langkah kecil.

Pengelolaan limbah domestik saat ini memang sudah banyak ragamnya. Namun buat limbah domestik dalam kategori sulit untuk diolah oleh rumah tangga,saat ini pemerintah sudah mulai melakukan berbagai terobosan dengan membuat lembaga pengelolaan limbah terpadu.

Salah satunya  Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat atau program Metropolitan Sanitation Management Investment Project (MSMIP) di Makassar. 

Program MSMIP di Makassar ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan air limbah terpadu pada kawasan perkotaan. Pekerjaannya meliputi pembangunan IPAL (waste water treatment plant) dengan teknologi MBBR dan pemasangan jaringan perpipaan sepanjang 6,8 kilometer. (sumber : pu.go.id/28 Juli 2023).

Langkah Kecil Penanganan Limbah Domestik untuk Daerah Rawa

Limbah domestik merupakan limbah yang bisa jadi lebih banyak dari limbah industri sekalipun karena memang dihasilkan tiap hari di rumah tangga.

Untuk limbah domestik seperti detergen ada beberapa cara yang pernah saya coba lakukan :

# Pembuatan eco enzyme

Sudah banyak tutorial pembuatan eco enzyme ini. Di wilayah kami pun mendapat pelatihannya. Tujuannya limbah domestik organik tidak dibuang ke rawa/sungai lagi.

sisa kulit buah dan sayur bisa buat eco enzyme (dok pribadi/ennyratnawati.com)
sisa kulit buah dan sayur bisa buat eco enzyme (dok pribadi/ennyratnawati.com)

Eco enzyme merupakan hasil fermentasi limbah organik dapur (biasanya berupa sisa sayur dan kulit buah) untuk diolah menjadi bahan yang mempunyai banyak manfaat. 

pelatihan eco enzyme ke masyarakat (dok pribadi/ennyratnawati.com)
pelatihan eco enzyme ke masyarakat (dok pribadi/ennyratnawati.com)

Bila pengolahannya berhasil, eco enzyme bisa digunakan sebagai pupuk alami tanaman hias dan buah, filter udara dan masih banyak lagi fungsinnya. Butuh waktu minimal 3 bulan pengolahan untuk menjadi eco enzyme siap digunakan.

hasil pengolahan eco enzym yang harus didiamkan selama 3 bulan (dokumentasi pribadi/ennyratnawati.com)
hasil pengolahan eco enzym yang harus didiamkan selama 3 bulan (dokumentasi pribadi/ennyratnawati.com)

# Fitoteknologi

Fitoteknologi secara sederhana bisa diartikan sebagai pemanfaatan tanaman untuk pengelolaan limbah.

Beberapa peneliti melaporkan bahwa fitoteknologi telah berhasil digunakan untuk mengolah air limbah dalam bentuk lahan basah buatan dan terapung. 

Floating wetland merupakan fitoteknologi sederhana yang dapat diterapkan dengan mudah untuk mengolah air limbah dengan memanfaatkan tanaman air sebagai fitoremediator. Tanaman air terapung banyak digunakan karena perawatannya mudah dan harganya lebih murah. (unair.ac.id)

Untuk daerah rawa, fitoteknologi juga bisa digunakan, misalnya mengatasi limbah akibat detergen dan air sabun yang biasanya langsung dialirkan ke rawa. Caranya dengan memanfaatkan beberapa tanaman air untuk mengatasi limbah domestik.

Dalam prosesnya, yang berperan adalah mikroorganisme yang ada di akar kemudian menyerap pencemar dan menyimpannya di batang tanaman. Zat pencemar memang hanya dipindah ke tanaman tapi tidak menghilangkannya.

Bisa dikatakan dalam proses ini, pencemarannya pindah ke tanaman air tersebut. Karenanya tidak disarankan menggunakan tanaman air yang bisa dikonsumsi untuk proses fitoteknologi ini.

Tidak semua tanaman air bisa digunakan dalam proses fitoteknologi.

Tanaman apu-apu, kapu-kapu, atau kayu apung (Pistia stratiotes) menjadi salah satu tanaman air yang bisa digunakan. Apu-apu berfungsi sebagai pembersih dari pencemaran air. (sumber: portal taman kita)

Selain itu, tanaman air seperti teratai/bunga lili bisa digunakan. Saya rencana menggunakan teratai buat dan apu-apu buat kolong rumah tapi belum menemukan, sementara pakai kangkung dulu.

Kangkung sebenarnya juga bisa digunakan tapi lebih banyak digunakan untuk pencemaran berbahan logam. Ini pun harus hati-hati karena memang tanaman ini dikonsumsi banyak orang sebagai sayuran sehari-hari.

Cukup letakan ragam tanaman ini di rawa/sungai, maka akan menyerap racunnya.

# Memilih detergen /sabun yang lebih ramah lingkungan

Detergen yang penuh busa bisa dipastikan sangat tidak ramah lingkungan.Walaupun memang terasa nyaman mencuci bila busanya banyak.Padahal tidak ada hubungannya busa banyak dengan kebersihan mencuci.

Detergen ramah lingkungan kini sudah ada beberapa di pasaran. Tips yang bisa menjadi panduan antara lain belilah produk yang bahan surfaktannya ramah lingkungan (LAS/LABS), kandungan fosfatnya paling rendah (kalau bisa tidak ada). Karena air detergen yang berasal dari kandungan fosfat yang rendah (apalagi nil) masih bisa digunakan untuk menyiram tanaman. 

Kandungan NaOH-nya juga harus rendah dan tentu detergen yang sedikit busanya.

Demikianlah beberapa cara mengatasi limbah domestik dengan cara sederhana agar kita semua bisa menjaga lingkungan dari limbah domestik.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun