Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A.
Enny Ratnawati A. Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Enny Ratnawati A. -- Suka menulis --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sampah di Sungai, Masalah dari Generasi ke Generasi

27 November 2023   17:00 Diperbarui: 1 Desember 2023   09:06 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampah menggunung | KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN 

Beberapa hari lalu, saya kembali ke kota ini, menegok sungai yang sering digunakan mandi dan bermain saat kecil dulu. Ternyata, sungainya sudah menyempit, batang dari bambu sudah tak ada juga. Yah, maklumlah, orang sudah nggak mandi di sungai lagi saat ini. 

Kalau dulu sungai juga sudah dilewatin perahu bermotor -- dan menimbulkan kegembiraan bagi anak-anak, karena sungai tiba-tiba berombak -- kini sudah tak terlihat lagi. Mungkin transportasi air di sungai kecil ini juga sudah punah.

Cuma yang mengherankan, di pinggir sungai bukan lagi terlihat beling tapi tumpukan sampah-sampah lain. Berbagai jenis sampah sepertinya ada, tapi yang terbanyak sampah plastik. Artinya apa? Kebiasaan penduduk untuk membuang sampai ke sekitaran sungai/pinggir sungai tak juga berubah. Padahal tentu saja generasinya saja sudah berubah.

**

Itu cerita soal sampah di sebuah sungai kecil kabupaten di Kalsel. Di ibukota provinsi beda lagi. Meskipun sungainya masih besar-besar dan masih digunakan masyarakat untuk aktivitas transportasi air, urusan sampahnya tak jauh berbeda. 

Selain sungai besar, aliran sungai-sungai kecil tentu juga penuh dengan sampah. Bahkan menurut saya pribadi, susah menemukan satu saja sungai yang bersih dari sampah. 

Maklumlah, Banjarmasih dikenal sebagai kota 1000 sungai juga, kebanyang banyaknya sungai di sini. 

Hampir di semua sungai- kecil dan besar -- tumpukan sampah seringkali terlihat. Eceng godok, seperti yang saya tulis beberapa waktu lalu, tentu saja masih ada. Namun, di sela-sela eceng gondok, dengan gampang sekali kita lihat sampah-sampah yang memenuhi sungai.

Tidak tahu persis sampahnya dari mana. Apakah dari hulu sungai yang mengalir ke hilir atau dari rumah-rumah lanting yang masih ada di spanjang sungai-sungai di Banjarmasin. Namun bisa juga, dari masyarakat yang memang membuang sampahnya ke sungai. Apalagi banyak sekali pasar-pasar yang berjualan di pinggir sungai . Yah, kemungkinan sampahnya di buang ke sungai di belakang mereka berdagang.

Tidak ingin menuduh sebenarnya siapa yang membuang sampah ke sungai dan siapa yang tega-teganya terus mengotori sungai. Namun yang jelas, semuanya berawal dari ketidak adanya kesadaran.Kesadaran bahwa sungai bukanlah tempat sampah.

Padahal sudah jadi rahasia umum, sampah di sungai bukan hanya soal merusak pemandangan sungai, tetapi smpah di sungai juga bisa menyebabkan banjir dan kerugian bagi ekosistem yang di sungai. Sampah menyebabkan sinar matahari tidak optimal juga masuk ke dalam air yang tentu membuat kadar oksigen dalam sungai berkurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun