Namun, memang sangat jarang, situasi dulu-duluan ini berakhir dengan percekcokan apalagi sampai parah dan sampai ditangani petugas kereta.
Ada beberapa penyebab bisa terjadi cekcok di transportasi umum sebenarnya kalau dari yang saya amati. Yang pertama adalah faktor lelah.
Pagi hari atau jam mau ke kantor, dari rumah ke stasiun atau tempat pemberhentian bis/angkot tentu perlu effort tersendiri. Apalagi  sore hari, ketika pulang kerja dan sudah terasa lelah, tentu ingin cepat-cepat sampai ke rumah. Wajar sekali kalau badan lelah dan kadang memang membuat orang cepat tersulut emosi.
Kedua, soal kemacetan. Pagi hari dan sore hari adalah saat jam-jam sibuk dan tentu jam macet parah. Buat yang naik transportasi umum selain commuter/KRL, sedikit banyaknya pasti akan terdampak juga. Ini juga menambah beban stres akibat kondisi jalanan yang ujungnya bisa berakhir emosi cepat tersulut juga.
Ketiga, mungkin sudah jadi rahasia umum juga, bila ada keributan di transportasi umum, bisa jadi sudah diskenariokan oleh sekumpulan copet yang ingin beraksi. Jadi penumpang memang harus waspada.
Kesimpulannya, seberat apapun beban hidup kita, selelah apapun kondisi tetap jaga emosi dan pengendalian diri. Jangan sampai kita terlibat perselisihan di transportasi umum. Saling menghormati dan menghargai juga menjadi kunci nyamannya suasana dalam transportasi umum.
Perselisihan di transportasi umum kadang memang tak bisa dihindari. Pengendalian emosi yang kuat menjadi kuncinya. Kemudian , jangan lupakan berdoa dalam setiap perjalanan, agar dijauhkan dari hal-hal yang buruk.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H