Namun ibunya bukannya ikut tenang tapi makin semangat memaki.Â
"Kamu bohong. Kamu dari tadi melihat dan memandangi saya terus," ujarnya dengan suara lebih kencang.
Dia juga mulai berusaha memukul saya lagi. Untungnya mas-mas di sebelah duduk saya sigap dan menangkis tangan ibu tersebut.
Pak supir akhirnya meminggirkan angkotnya dan menghentikan perjalanan sesaat. Setelah berbicara dengan si ibu dan ibu tetap merasa asumsinya benar, pak supir akhirnya mempersilahkan ibu tersebut turun dari angkotnya tanpa membayar.Â
Awalnya ibunya tak mau tapi akhirnya mau juga. Perjalanan saat itu kami lanjutkan. Tentu dengan obrolan ramai seisi angkot tentang kejadian apes yang menimpa saya sore itu.Â
Kejadian ini, sungguh tak pernah saya lupakan seumur hidup saya dan agak membuat trauma juga. Tapi sekaligus jadi pelajaran, buat hati-hati menatap atau memandang orang lain.Â
**
Perselisihan di transportasi umum memang ada saja terjadi. Salah satunya yang terjadi di KRL beberapa waktu yang lalu. Â Untuk kejadian di KRL ini, Manager External Relations and Corporate Image Care KAI Commuter Leza Arlan, kejadian itu berlangsung di Stasiun Manggarai pada Rabu (18/10/2023).Â
"Kejadian itu pada proses naik dan turun pengguna di peron 13," ujar Leza saat dikonfirmasi, Minggu (22/10/2023). "Proses turun pengguna belum selesai, salah satu pengguna yang akan naik memaksakan masuk sehingga terjadi adu mulut," terang dia, seperti dikutip dari kompas.com (22/10).
Kalau kita perhatikan, permasalahannya sebenarnya tidak terlalu rumit. Di KRL sebenarnya sudah ada aturan tidak tertulis untuk mendahulukan penumpang turun dulu, barulah penumpang baru naik ke kereta. Sayangnya memang, yang mau naik memang ingin secepatnya naik ke KRL karena siapa tau beruntung bisa mendapatkan tempat duduk kosong dan akan nyaman sepanjang perjalanan.