Di lihat dari transportasi umum lumayan banyak buat pekerja ngelaju alias yang tiap hari bolak-balik Depok-Jakarta . Commuter line, sejak lama, bisa menjadi andalan buat warga Depok yang bekerja di Jakarta dan harus menggunakan transportasi umum.
Depok memiliki pusat pendidikan yang bisa dikatakan lengkap. Bahkan kampus UI ada di Depok disamping banyak universitas swasta bagus di Depok. Jadi soal pendidikan, tentu Depok salah satu kota andalan di Indonesia.
Intinya berbagai aspek fisik dan sosial cukup terpenuhi di kota Depok. Namun, pertanyaannya mengapa Depok, di persepsikan warganya sebagai kota yang tak baik-baik saja dan persepsinya bahkan minim?
Saya menduganya ada beberapa faktor penyebabnya. Yang pertama,adalah pengaruh media sosial yang memang tiap hari memberitakan ketidaknyamanan kota Depok. Mulai dari kasus mayat yang ditemukan di sebuah rumah di Cinere, pencurian motor seputaran Depok, kasus hipnotis dan banyak lagi kasus yang tiap hari muncul di beranda medsos pemberitaan soal kota Depok.
Kedua, faktor kenyamanan dan transportasi. Salah satunya adalah soal macet.Jangan ditanya seperti apa macetnya kota Depok. jangankan ada pembangunan atau perbaikan jalan, hari-hari biasa juga sangat macet. Akhirnya setiap hari warga yang ingin bekerja atau beraktivitas dituntut untuk mencari jalan alternatif.
Kalau weekend, jangan ditanya lagi. Meskipun Depok bisa dikatakan kota kecil, dikutip dari depok.go.id, Â dengan luas wilayah 200,29 km2 dan jumlah penduduk 2.123.349 jiwa, kota Depok sangat macet. Kota bisa dikatakan tak terlalu besar mempunyai banyak mall di setiap sudut kota sehingga memang mengundang kemacetan apalagi di akhir pekan.
Transportasi juga menjadi penilaian warga untuk mempersepsikan kota Depok. Selain commuter line dan busway yang menghubungkan Depok dengan kota lain di seputaran Jabodetabek, namun dalam kota Depok sendiri transportasi itu-itu saja.Mulai angkot yang dari puluhan tahun lalu suka ngetem (berhenti) dan membuat macet hingga Depok kebanjiran transportasi online yang lagi-lagi membuat macet.Intinya transportasi umum sangat minim di Depok.
Ketiga, rata-rata warga Depok bekerja di Jakarta, dan hanya sebagian kecil yang bekerja di kota Depok .Mereka pergi pagi dan sudah sampai Depok lagi diatas jam 19.00. Menghabiskan waktu secara utuh ketika weekend saja,itupun kalau taka da kondangan atau diajak keluarga berwisata seputaran Depok atau lagi-lagi ke Jakarta juga.
 Faktor inilah, yang membuat mereka tidak melihat Depok secara utuh dan memberikan persepsi yang sangat rendah terhadap kota Depok. Ya ujung-ujungnya poin kota Depok terendah diantara 51 kota lain yang juga di survei.  Â
Nah, tiga faktor ini yang menurut saya mempengaruhi poin kota Depok terendah,Bagaimana menrut kalian, khususnya warga Depok? Benarkah demikian?
Â