Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A.
Enny Ratnawati A. Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Enny Ratnawati A. -- Writerpreneur, social worker, suka baca, bersih2 rumah dan jalan pagi --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Mengatasi Kesenjangan di Pernikahan Beda Usia Jauh

25 September 2023   14:50 Diperbarui: 1 Oktober 2023   07:15 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Victoria Rayburn Photography

Tiga tahun lalu, ketika seorang teman bercerita akan menikah lagi, setelah suami pertamanya meninggal, agak sedikit kaget. Bukan kaget karena mau menikah lagi tapi kaget karena calonnya ini usianya terpaut jauh.

Saat itu usia teman saya 42 tahun dan memiliki 3 anak. Sedangkan calon suaminya berusia 62 tahun, sudah memiliki 1 orang cucu dan 1 anak lagi masih kuliah. Calon suaminya ini juga duda yang ditinggal istrinya karena sakit, beberapa tahun sebelumnya.

Wah 20 tahun beda usianya, pikir saya. Namun melihat betapa teman saya ini antusias tentang calonnya rasanya memang tak ada alasan berkomentar apa-apa.

Alhamdulillah, tidak berapa lama dari pembicaraan dengan saya itu, teman saya memutuskan menerima lamaran sang calon dan kemudian mereka akhirnya menikah.

Bagaimana saat ini? 

Setelah 3 tahun berjalan, alhamdulillah tampaknya mereka terlihat makin serasi saja. Karena anak-anak, dari kedua belah pihak juga sudah besar-besar, mereka jauh lebih santai. Santai dalam artian, lebih banyak waktu untuk berdua, baik kulineran atau jalan-jalan. Intinya mereka terlihat damai-damai saja.

Dalam sebuah kesempatan, teman ini bercerita, karena suaminya sudah pensiun, memang lebih banyak aktivitas di rumah saja. "Bapak hanya perlu teman bicara dan ditemani kalau makan," ujar teman saya riang menjelaskan tentang suaminya.

**

Pernikahan beda usia mungkin biasa-biasa saja bagi sebagian orang. Tapi tidak juga bagi sebagian yang lain. Apalagi hanya beda usia 1-5 atau bahkan malah sepantaran. Namun yang dikatakan terpaut jauh adalah beda usia dengan rentang 10 tahun atau di atas 10 tahun.

Mungkin kita masih ingat cerita pernikahan beda usia antara Selamat Riyadi yang masih berusia 16 tahun dengan Nenek Rohaya yang berusia 71 tahun di Sumatera Selatan. Atau cerita Andi Darfan, lelaki 24 tahun yang menikah dengan Andi Rosmiati Untung, perempuan berusia 55 tahun di Sulawesi Selatan. Walau tidak update lagi bagaimana kelanjutan pernikahan mereka tersebut.

Tentu di sekitar kita pun banyak mereka yang menikah beda usia terpaut jauh walau rata-rata usia sang suami lebih tinggi daripada sang istri. namun sebaliknya juga tentu ada saja. 

Harus diakui setiap pernikahan memiliki tantangan masing-masing. Biasanya tantangan pernikahan dengan usia sepantaran atau terpaut dekat saja adalah soal pengelolaan emosi dua pihak -suami istri - yang mirip. Sama-sama masih muda, sama-sama masih merintis, sama-sama masih emosian. Walau tentu tak bisa disamaratakan demikian. 

"Kalau menikah lagi buat kedua kali, tidak mau yang seumuran lagi. hari-hari bertengkar saja," kata seorang teman 

Namun pernikahan beda usia jauh mungkin tantangannya mungkin memang jauh lebih besar. Tantangan awal misalnya pandangan dari masyarakat sekitar atau keluarga terdekat yang beranggapan sedikit aneh dengan pernikahan mereka

Namun tantangan yang paling terasa mungkin adalah perbedaan generasi yang menyebabkan perbedaan pola berpikir yang lebih jauh lagi.

Misal seorang suami rentang usia 45- 60 tahun dan menikahi perempuan 30 tahun-an atau kurang tentu harus lebih sabar. Karena mungkin sang istri yang berjiwa muda, lagi senang-senangnya jalan-jalan dan " nge-mall" bersama banyak temannya. Sedangkan suami sudah dalam tahap pencarian makna hidup dan fase rajin-rajinnya beribadah. Wah tentu harus menyamakan visi lagi.

Namun tentu saja tidak ada patokan pasti soal beda usia pernikahan ini. Setiap orang berhak memilih pasangan atau orang yang dicintainya, menjatuhkan pilihan kepada yang berusia lebih muda/tua dan bahkan mempunyai prinsip yang berbeda dalam memandang beda usia pernikahan ini.

Sebuah studi dari Purdue University, Indiana AS, menyebutkan hasil bahwa perempuan yang memiliki suami jauh lebih tua merasa lebih bahagia menjalani pernikahan dibandingkan pasangan menikah yang tidak memiliki beda usia jauh.

Salah satu aspek yang menjadi penentu kebahagiaan dari pernikahan beda usia jauh tersebut adalah kemapanan secara finansial. Selain matang dalam sisi emosi dan psikologis, laki-laki berumur 45-60 tahun umumnya telah mapan secara ekonomi sehingga kebutuhan hidup yang membutuhkan banyak biaya seperti rumah dan kendaraan sudah bisa terpenuhi.

Namun penelitian di Korea pada 2015 juga menemukan bahwa kesenjangan usia dalam hubungan jangka panjang dapat memengaruhi kemungkinan masing-masing pasangan mengalami depresi. 

Secara khusus, ditemukan bahwa pasangan dengan usia yang sama memiliki tingkat depresi yang paling rendah, sedangkan pasangan dengan perbedaan usia 3 tahun atau lebih memiliki tingkat depresi yang sedikit lebih tinggi.

Pertanyaannya, bagaimana mengatasi berbagai kesenjangan pernikahan beda usia jauh ini? Pada akhirnya tentu saja sebuah pernikahan tergantung dari mereka yang menjalaninya. 

Berapa pun beda usia dan bagaimanapun keadaannya tentu tak akan lepas dari sejumlah konflik dan tantangan. Tinggal bagaimana mereka yang menjalaninya yang memutuskan mau dibawa ke mana pernikahan tersebut. #

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun