Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A.
Enny Ratnawati A. Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Enny Ratnawati A. -- Suka menulis --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Penghasilan Bertambah, Gaya Hidup Harus Berubah?

19 September 2023   09:32 Diperbarui: 19 September 2023   10:33 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini merupakan obrolan dengan kawan-kawan. Agak relate juga dengan tulisan pak Irwan Rinaldi Sikumbang soal parfum pada artikel "Parfum dan kaitannya dengan posisi dan karakter seseorang" . Ketika jabatan meningkat, parfum juga harus di level harga tertentu. 

Hari itu, lagi-lagi kami janjian bertemu. Walau agak dadakan, kami bertiga bisa makan siang bersama di sebuah warung yang menjual gudeg, makanan khas Jogja. 

Warung gudeg ini ternyata hanya beberapa rumah dari rumah salah satu teman saya. Dan, niat teman saya sungguh mulia : ingin mempopulerkan warung tetangganya ini hehe. 

Tentu saja, kami makan siang dengan sangat nikmat dengan sajian nasi, gudeg,krecek dan tempe plus opor ayam. Walau menurut opini pribadi, rasa gudegnya nggak terlalau otenktik banget, mungkin menyesuaikan dengan lidah lokal Kalimantan.

Eh, tapi tulisan ini bukan membahas kelezatan gudegnya sih..hehe.  Di sela-sela makan, kami mengobrol tentang banyak hal. Salah satunya soal gaya hidup. 

Obrolan kami awalnya ngalur- ngidul membahas apa-apa yang sekarang mahal sampai urusan biaya sekolah anak yang juga menguras dompet. Obrolan khas ibu-ibu banget ya ini? 

Menariknya, kesimpulan kami semua sama. jadi berapapun penghasilan bulanan dan uang yang diperoleh, pada akhirnya tergantung bagaimana kita mengelolanya. Mau banyak, mau sedikit, pada akhirnya tergantung pengelolaan dan prioritasnya mau kemana.

Salah satu teman kemudian berkisah bahwa suaminya dulu merintis karir dengan hanya mendapat penghasilan hanya 600.000 per bulannya.Ini kira-kira 20 tahunan yang lalu. Kebayang, katanya bagaimana mengatur keuangan. Belanja baju buat keluargapun kebanyakan di pasar dadakan alias pasar malam yang memang sering ada di kota kami.

Bagaimana setelah 20 tahun kemudian? Alhamdulillah kehidupan mereka membaik. Kini gaji sang suami tentu berlipat-lipat. Apalagi jabatan di sebuah bank juga nggak main-main.

Nah, apakah gaya hidup mereka berubah? Kata teman saya, jelas sangat berubah. Salah satunya dalam hal pembelian pakaian. "Kalau dulu hanya beli baju di pasar dadakan, sekarang sudah di mall atau butik," ujarnya sambil tertawa.

Alasannya, ya menyesuaikan dengan jabatan sang suami sekarang. "Jangan sampai pakaiannya sama dengan pakaian driver kantor," ujarnya memberi alasan. Cukup masuk akal sih ya?

Perlukah Gaya Hidup Berubah? 

Gaya hidup bisa diartikan  kegiatan, minat dan opini dari seseorang (activities, interest, and opinion).  Dan lebih menggambarkan perilaku seseorang, yaitu bagaimana mereka hidup,menggunakan uangnya dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya. (Listyorini Sari, Sumarwan- kompas.com)

Dari pengertian diatas memang ternyata uang memang sangat berpengaruh pada perubahan gaya hidup seseorang.  Uang juga akan menetukan perilaku seseorang.

Nah, tidak heran perubahan gaya hidup memang banyak terjadi di kala penghasilan meningkat. Ada juga yang menyebut fenomena ini sebagai inflasi gaya hidup. Pertanyaannya apakah memang harus terjadi perubahan gaya hidup ketika pendapatan kita meningkat?

Seharusnya,menurut saya jawabannya adalah : tidak

Apalagi bila peningkatan penghasilan tersebut merata pada semua orang dan tidak diimbangi dengan peningkatan jabatan yang luar biasa dalam dunia pekerjaan. 

Kalaupun memang tiba-tiba seorang dosen yang berasal dari dunia akademis jadi seorang Menteri, misalnya,  mungkin memang ada beberapa hal dalam kehidupannya yang harus berubah. 

Karena memang terikat pada beberapa protokoler kenegaraan.Termasuk cara berpakaian atau pakaian apa yang harus dikenakan (dengan harga tertentu).

Namun bila tak terikat , rasa-rasanya tak perlu berlebihan sampai mengubah gaya hidup, walaupun nyatanya penghasilan meningkat. Tidak ada yang salahkan dengan memakai baju yang biasa saja namun tetap rapi dan pantas dipakai buat keperluan kantor? Dengan penghasilan meningkat, tidak apa-apa kan tetap makan di warung Padang (biasa) dan tak selalu di restoran? Apakah juga perlu mengikuti circle kita untuk 

Ada baiknya penambahan penghasilan membuat siapa saja dari kita "mampu" mengendalikan gaya hidup dan tidak sekedar ikut-ikutan saja dengan circle kita. Pertemanan kadang memang sangat mempengaruhi perubahan gaya hidup. 

Bahkan barangkali ada baiknya memanfaatkan uang tambahan ini dengan lebih bijak. Mau ditabung lebih banyak? diinvestasikan? atau malah dimanfaatkan dengan hal lain lebih baik lagi.

Bahkan, mungkin, apakah akan lebih bermanfaat bila penghasilan meningkat bukan buat meng upgrade gaya hidup tapi lebih banyak buat berbagi. Siapa tau kan bisa dilakukan dan bisa menyenangkan orang-orang yang lebih membutuhkan? Semoga ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun