indekos (kost/kos) ternyata bukan perkara gampang. Selain butuh pendanaan yang tak sedikit, persiapan mental anak ternyata juga sangat perlu.
Melepas anakBeberapa hari lalu, saya ngobrol dengan dua teman semasa SMA. Kebetulan tahun ini takdir kami sama hehehehe. Takdir buat melepas anak-anak untuk kuliah keluar daerah dan harus indekos. Ternyata ceritanya mirip-mirip meskipun anak kami tinggal dan berkuliah di kota yang berbeda-beda.Â
Teman saya yang anaknya kuliah di Malang, jauh-jauh hari kos anaknya sudah dicarikan oleh kerabatnya yang ada di Malang. Jadi cukup praktislah. Sampai ke Malang, sudah ada kos tersedia, walau sempat ada kekhawatiran kosnya kurang cocok.
Anaknya yang laki-laki kebetulan juga tak rewel. Barang-barang eks kos kakaknya dulu, kini bisa dipakainya. Tak perlu banyak barang baru lagi. Kosnya juga lumayan terjangkau. Atau bisa jadi karena di Malang kos-kos-an masih ada yang lumayan murah harganya. Per kamarnya Rp 450.000 per bulannya. Anak teman saya ini juga sudah dikirimkan motor ke kosnya. Jadi walau tak dekat banget dari kampus letak kos-an tersebut, bisa naik motor ke kampusnya.
Karena ibu kosnya buka jasa cateringan, pagi hari katanya akan dapat roti gratis sedangkan siang hari bisa catering ke ibu kos juga. Bila siang makan di kampus, makanan bisa diganti buat makan malam juga. Hmmm..boleh juga ini kosnya.
Teman saya yang anaknya kuliah di Bandung lain lagi ceritanya. Mencari kost kosong, susahnya minta ampun juga. Namun ada satu kamar kos yang masih dihuni kakak tingkat yang bulan depan katanya akan berhenti kos.Â
Nah soal bayarannya ini, ibu kosnya minta tahunan, sebesar 15 juta setahun. Karena kamar kos-an belum kosong, ibu kos minta DP dulu buat kamar itu dengan janji bulan depan pelunasan biaya kos selama setahun.
Tak punya banyak pilihan lagi, teman saya pun oke saja. hehe. Dia membayar DP dulu, meskipun kamarnya belum kosong. Namun tak sampai disitu, anaknya juga minta dikirimkan motor buat dikirimkan ke Bandung dan persiapan barang buat kos ternyata juga tak sedikit. Lumayan menguras dompet selain tentu biaya awal kuliah seperti SPI (Sumbangan Pembangunan Institusi) dan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang juga harus dibayar di awal semester.
Cerita anak saya tentu beda lagi. Karena kami sampai di Surabayanya mepet waktu kuliah, perlu ekstra tenaga banget buat mencari kos yang cocok.Â
Awalnya kami keliling-keliling seputar kampus, tapi ternyata sudah penuh semua. Karena lelah, kami menghentikan pencarian dulu hari itu dan besoknya berhasil dapat pinjeman motor.
Alhamdulillah akhirnya dapat kos juga. Itupun satu-satunya kos yang kami dapatkan. Letaknya di sebuah perkampungan dengan jalan yang lumayan sempit. Ada larangan menyalakan motor bila ingin masuk ke gang tersebut. Tak apalah, lingkungannya lumayan bersih dan katanya cukup aman juga. Kalau malam soalnya ada portalnya.
Soal harga sempat jadi pertimbangan juga. Namun berapapun harganya tentu saja kami terima dulu. Untungnya cuma bayar bulanan. Harapannya nanti kedepannya, kalaupun tak cocok,bisa cari-cari lagi saja. Cukup mengutungkan kalau bayarnya bulanan ini.
Fasilitas kos anak saya awalnya biasa saja. Di kamar dapat tempat tidur, meja belajar sederhana dan lemari. Yang membuat saya cocok satu hal sih, kosnya terlihat bersih. Anak kos dapat fasilitas dispenser dan dapur bersama yang sudah disediakan ibu kos alat masaknya. Oh iya, ini ibu kosnya gak serumah sama anak kosnya tapi rumahnya berdekatan saja.Â
Namun, beberapa hari ini menurut anak saya, ibu kos menambah fasilitas seperti menambah kulkas dan memasang wifi di rumah kos. Wah lumayan banget kan? Anak-anak bisa meletakkan makanan di kulkas buat masak sederhana dan wifi tentu saja sangat bermanfaat buat urusan tugas-tugas kuliah.
Melepas Anak Nge-kos
Setelah persiapan yang bisa dibilang cukup menguras energi, melepas anak ngekos, ternyata juga nggak semudah itu. Anak perempuan dan anak laki-laki, saya yakin sama saja kekhawatiran ortu. Kekhawatiran terbesar, tentu saja karena mereka sudah jauh di mata, orang tua tak bisa mengawasi secara langsung dan mempercayakan sepenuhnya kepada anak apa saja yang harus dilakukannya.
Namun demikian, menurut saya, ada beberapa hal penting yang harus dimiliki orang tua ketika melepas anak harus ngekos, khususnya dalam rangka menuntut ilmu.
1. Berikan kepercayaan
Ini merupakan hal dasar yang harus diberikan ke anak. Kepercayaan penuh kepada anak anak membuat mereka bisa menentukan langkah terbaik dalam menuju kemandirian kehidupan dan dunia pendidikan mereka kedepan.
2. Jalin komunikasi positifÂ
Walau jauh, komunikasi positif harus terus dijaga tentunya bahkan untuk hal receh sekalipun.
3. Berikan dukungan
Dukungan finansial sudah pasti. Walau anak-anak tetap harus diberi pengertian sejauh mana kemampuan orang tuanya dalam hal finansial dan tak perlu dipaksakan. Namun yang lebih penting adalah dukungan secara menyeluruh, bahwa keluarga adalah benteng terdepan mereka ketika berhadapan dengan berbagai permasalahan kehidupan, termasuk di dunia perkuliahan baru mereka.
4. Jangan lupa mendoakan
Doa adalah penghubung ketika semua berjauhan. Memohon perlindungan dari-Nya tentu sangat wajib dilakukan. Saling support dan mendoakan tentu salah satu faktor sukses anak-anak mampu menghadapidunia kos-kos-an yang mugkin selama ini tak mereka bayangkan.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H