Lama tak menulis di Kompasiana bukan karena malas-malasan menulis. Tapi karena memang rasanya tak berenergi lagi buat menulis agak panjang kecuali menulis pesan WA atau status ya hehe.
Mulai Juni pertengahan lalu kesibukan saya terasa berkejaran dengan waktu. Yang pertama menyiapkan anak nomer dua buat sekolah lanjutannya tingkat MA di sebuah pondok pesantren. Alhamdulillah ini beres. Kesibukan kedua ini ternyata yang cukup menguras energi dan dompet juga hehe.
Kesibukan tersebut adalah ikut membantu anak sulung yang mau melanjutkan kuliahnya. Setelah kabar tak lulus Seleksi Nasional berbasis tes (SNBT) pada 20 Juni lalu, Alhamdulillah si sulung tak terlalu shock. Sempat kaget dan sedih sebentar tapi untungnya tak berlarut-larut. Dia sangat meyakini masih banyak jalan kedepan, persis yang sellau didengungkan kedua orang tuanya.
Apalagi PTN-PTN kemudian membuka jalur mandiri. Buat yang belum familiar, jalur mandiri adalah salah satu jalur buat diterima di perguruan tinggi negeri (PTN). Jalur ini diselenggarakan oleh masing-masing PTN sehingga penamaan, waktu penyelenggaraan, syarat, penilaian, biaya dan lainnya tergantung kebijakan PTN masing-masing.
Anak saya pun mulai mendaftar jalur mandiri, yang menurut dia cukup rumit dalam pengisian datanya. Pembayaran pun beragam, Â jalur mandiri Universitas Diponegoro (Undip) untuk pendaftaran mengenakan biaya 350 .000, UNS Solo 500.000, dan jalur mandiri Universitas Brawijaya Rp 350.000. Untuk Undip dan UNS saat itu membuka jalur tes tertulis, sedangkan UB anak saya memilih jalur rapor.
Qadrullah, ketika pengumuman, ketiga kampus mandiri tujuan anak saya semuanya tidak lulus, hehe. Meskipun agak kecewa, anak saya menerima dengan lapang dada. Apalagi pada jalur tes tulis, yang dia anggap, peserta lain mungkin lebih bagus nilainya tetapi yang jalur rapor, sempat melakukan jalur sanggah atas ketidaklulusannya. Apalagi dengan nilai rapor yang menurut kami cukup bagus. Tetapi, jawaban sanggah, ya tidak dapat memenuhi kriteria dan data sanggahnya tidak bisa diterima. Baiklah.
Sebelum pengumuman kampus-kampus di atas, ternyata beberapa kampus lain juga masih buka pendaftaran. Anak saya pun mendaftar lagi di UIN Jakarta, Unesa Surabaya, dan Unpad Bandung. Unpad Bandung dengan jalur nilai UTBK, sedangkan dua lainnya dengan tes tulis online.Â
Biayanya pendaftaran juga bervariasi, UIN Rp 300.000, Unesa Rp 400.000, dan Unpad D4 mengenakan biaya Rp 100.000. Sampai tulisan ini ditulis, UIN dan Unpad D4 masih ditunggu pengumumannya, sedangkan tes tulis Unesa Surabaya masih beberapa hari kedepan.
Beragamnya Jalur Tes
Agak susah menebak di universitas mana akan diterima bahkan bisa jadi tak ada yang menerima. Apalagi jenis ujiannya dan persyaratannya sangat beragam. Ada yang melaksanakan ujian tulis jarak jauh, ada juga yang langsung ke mewajibkan datang ke univesitasnya. Kebetulan anak saya memilih yang ujian sesuai domisili saja karena mengingat kerepotan kalau harus tes berpindah-pindah kota.