Joni (nama samaran), preman yang terkenal di kampung Sidorejo, di siang bolong bulan puasa, tiba-tiba berkeliling kampung.
Beberapa hari ini memang Joni tak terlihat wara-wiri di kampung. Warga mengira karena bulan puasa, ya Joni tiba-tiba juga jadi mem-puasakan dirinya untuk melakukan berbagai tindakan aneh di kampung.
Kalau biasanya ulahnya ada-ada saja, mulai dari memalak pengendara motor, khususnya yang bukan warga kampung atau mabuk-mabukan bersama beberapa temannya, nah bulan puasa ini tampaknya, kelakuan buruknya tak ada lagi.
Tentu saja warga bersyukur. Siapa tau Joni dan kawan-kawannya memang dapat hidayah, kan?
Namun ternyata tak berlangsung lama. Di hari ke-15 ramadhan, Joni kembali melakukan operasinya. Kali ini berkeliling kampung. Memang sih tak terlihat mabuk-mabukan atau ada tanda-tanda melakukan kejahatan lain. Tampilan Joni juga berubah.
Kalau biasanya bergaya ala anak punk, kali ini terlihat lebih santun. Dia memakai kaos berkerah dan bercelana panjang. jauh lebih sopan dong tentunya. Warga jadi lega.
Joni ternyata tak sekedar berkeliling kampung tapi dia menuju sebuah warteg. Warteg Saudara pak Le, namanya. Joni rupa-rupanya melakukan razia warung-warung yang buka di siang hari di bulan Ramadan.
" Mana pemilik warteg ini?" suaranya tedengar kenceng, sampai terdengar di ruko sebelahnya. pemilik ruko sebelah terlihat mengintip dengan takut-takut.
" Saya pak," ujar pak Le, panggilan akrabnya, yang memang pemilik warteg di kampung tersebut.
"Ini kenapa warteg tetap buka. ya, gak apa-apa kalau buka juga. Tapi seharusnya pakai penutup. Kita harus menghormati orang yang berpuasa, " kata Joni ala-ala petugas satpol PP yang melakukan aksi razia.
" Sekarang cari penutupnya atau saya tutup paksa. Saya mau pergi dulu sekarang, " tambahnya dengan suara yang tegas.
Pak Le manggut-manggut dengan muka ketakutan sekaligus bingung.Â
Dia memanggil salah satu pekerjanya dan menjelaskan lagi yang dikatakan Joni. Pekerjanya bergerak cepat ke bagian dalam warteg. Rupanya dia  mencari kain penutup untuk menutupi wartegnya yang buka di siang hari ramadan.
Pak Le terlihat lega karena wartegnya sekarang sudah tertutup rapat  dan orang yang makan tak akan terlihat dari luar.
30 Â menit kemudian, Joni datang kembali. Pak Le kembali gugup, takut ada kejadian baru lagi.
"Nah, begini yang benar. Kita menghormati orang yang berpuasa bila tertutup begini, " ujarnya sambil masuk dan duduk santai di kursi panjang warteg.
" Sekarang, kasih saya, 1 es teh manis dan nasi  pakai ayam tempe. Jangan lupa tumis kangkung dan sambalnya, "Â
Pak Le : hmmmm....
Depok, 21 Ramadhan 1444 H (12/04/2023)
Catatan : tulisan ini hanya sebuah fiksi humor ramadhan Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H