NU Â dilahirkan tepat 16 Rajab 1344 H atau 31 Januari 1926, di Surabaya Jawa Timur. Selama 1 Abad NU banyak memberi warna untuk Indonesia.
Pembentukan Nahdlatul Ulama (NU) tak bisa lepas dari peran sejumlah ulama yakni KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Chasbullah, dan KH Bisri Syansuri. Kelahiran NU tidak tiba-tiba tapi melalui berbagai proses. Proses tersebut disebut sebagai proses lahir dan bathin.
Dilansir dari nu.or.id, setibanya di Tebuireng, santri As'ad (KHR As'ad Syamsul Arifin Situbondo) menyampaikan tasbih yang dikalungkan oleh dirinya dan mempersilakan KH Muhammad Hasyim Asy'ari untuk mengambilnya sendiri dari leher As'ad.
Bukan bermaksud As'ad tidak ingin mengambilkannya untuk Kiai Hasyim Asy'ari, melainkan As'ad tidak ingin menyentuh tasbih sebagai amanah dari KH Cholil Bangkalan kepada KH Hasyim Asy'ari.
Sebab itu, tasbih tidak tersentuh sedikit pun oleh tangan As'ad selama berjalan kaki dari Bangkalan ke Tebuireng. Setelah tasbih diambil, Kiai Hasyim Asy'ari bertanya kepada As'ad: "Apakah ada pesan lain lagi dari Bangkalan?" Kontan As'ad hanya menjawab: "Ya Jabbar, Ya Qahhar", dua asmaul husna tarsebut diulang oleh As'ad hingga tiga kali sesuai pesan sang guru.
Setelah mendengar lantunan itu, Kiai Hasyim Asy'ari kemudian berkata, "Allah SWT telah memperbolehkan kita untuk mendirikan jam'iyyah". (Choirul Anam, 2010: 72)
Kelahiran NU memang unik dan bisa dikatakan tak sama dengan organisasi formal lainnya. Kelahiran NU adalah atas petunjuk Allah dan restu para kiai. Walaupun kalau dilihat tahun berdirinya yaitu 1926, kelahiran NU tentu saja juga merupakan jawaban atas berbagai permasalahan kebangsaan saat itu termasuk soal keagamaan di masyarakat.
Tak terasa NU sudah mencapai usia 100 tahun atau 1 abad NU. Waktu yang tentu tak sebentar bagi sebuah organisasi sosial kemasayarakatan untuk bertahan dan berkiprah banyak di masyarakat.
Seperti kata presiden Jokowi di acara  puncak 1 abad NU di Sidoarjo jawa Timur, NU telah memberikan warna yang luar biasa bagi Indonesia selama 1 abad ini, warna keislaman, kebangsaan hingga keberagaman untuk Indonesia. Seperti tercermin dalam perayaan 1 abad NU yaitu  "Mendigdayakan Nahdlatul Ulama, Menjemput Abad Kedua, Menuju Kebangkitan Baru"
Abad Kedua Kiprah NU dan Fikih Peradaban
Abad kedua NU tentu masih banyak yang harus dilakukan NU untuk Indonesia. Salah satu yang menarik adalah soal fiqih peradaban. Dalam sebuah podcast yang digawangi Dahlan Iskan, ketua umum NU, KH. Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya berujar tentang fikih peradaban yang sedang digagas NU di abad keduanya ini. Mengapa fikih peradaban begitu penting?
Gus Yahya mengatakan karena kita harus menemukan fungsi baru agama ini ditengah realitas-realitas baru. Tidak bisa lagi agama dipaksakan untuk  berfungsi seperti masa lalu karena realitasnya sudah berbeda. NU-lah juga yang akan terus membangkitkan kembali ingaatan para ulama bahwa NU bukan hanya membangun satu bangsa dan kumpulan para  ulama tapi NU akan konsen kepada masa depan umat manusia seluruhnya.
Sejak menjabat sebagai ketua umum PBNU, KH Yahya C. Staquf memang, mengadakan halaqoh tentang fikih peradaban di pesantren-pesantren. Setidaknya sudah 280 halaqoh. Salah satunya pemikiran bahwa semua umat di negara Indonesia kedudukannya sama di depan hukum.Â
Tidak boleh lagi ada orang Islam yang mengkafirkan umat agama lain. Hasil dari halaqoh itu dikerucutkan dalam muktamar fikih peradaban. Hasil muktamar itu diserahkan kepada Presiden Jokowi pada peringatan 1 Abad NU di GOR Sidoarjo. (Dahlan Iskan)
Dalam podcast tersebut, Gus Yahya juga menyinggung soal NU kedepan yang ingin memahami hidup dalam peradaban yang berbeda dan berpikir bagaimana seharusnya Islam menanggapi berbagai perubahan yang ada saat ini..Islam, tentu representasinya adalah para ulama
Muktamar 1 Fikih Peradaban yang diselenggarakan NU merumuskan aturan-aturan fikih yang mampu mendukung kemajuan peradaban manusia di dunia Islam sehingga Islam tetap menjadi agama rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam). #
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H