Meskipun banyak manfaat les tambahan, tidak serta merta anak harus mengikutinya. Perhatikan juga jadwal anak dan faktor kesehatannya.
Seorang teman bercerita guru sekolah anaknya menyarankan agar anaknya les tambahan lagi di luar waktu sekolah. Karena memang nilai anaknya menurun di semester lalu.Â
Awalnya teman saya ini sempat mengikuti saran sang guru. Namun ikut dua kali saja les tambahan, anaknya terlihat lelah dan tak ada waktu luang lagi.
Apalagi sekolah anaknya sudah full day school alias seharian. Anaknya pun nyaris tak punya waktu santai lagi. Teman saya akhirnya memutuskan untuk menolak saran dari guru anaknya tersebut. Les tambahan memang positif, apalagi dengan les tambahan, anak akan mengerti lebih dalam beberapa materi pelajaran.
Intinya les tambahan atau les privat akan membantu meningkatkan prestasi anak di sekolah, les juga akan meningkatkan intensitas belajar anak.Â
Biasanya les tambahan dengan sistem yang lebih informal dibandingkan di sekolah, membuat anak belajar dengan lebih nyaman dan menyenangkan. Les tambahan biasanya melalui lembaga pendidikan, les privat atau bisa juga diadakan oleh pihak sekolah.
Perlunya Memperhatikan Kesehatan Mental Anak
Pernah membaca atau mendengar, anak bisa terganggu kesehatan mentalnya karena terlalu banyak les? Fakta ini bisa jadi benar adanya.
Orang tua memang perlu lebih bijak lagi memutuskan berbagai kegiatan yang harus diikuti anak. Apakah memang anak tersebut membutuhkan pelajaran tambahan? Apakah les yang diikuti memang sesuai bakat atau memang keinginan anak? Jangan-jangan semua hanya obsesi orang tua belaka.
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan orang tua khususnya yang kelak akan berkaitan dengan kesehatan mental anak-anak. Terutama anak di bawah usia 12 tahun dan biasanya masih sangat "nurut" apa kata orang tua tentang les/tambahan aktivitas.
Hanya orang tualah yang sebenarnya tahu persis bagaimana kondisi mental dan fisik anak. Apakah anak merasa tertekan dengan banyak kegiatan dan tidak bahagia? Atau malah anak kelihatan senang saja?
Ada beberapa anak yang secara fisik juga tak terlalu bagus. Anak kedua saya misalnya, terlalu banyak kegiatan dan lelah akan membuatnya gampang sakit, apalagi bila sampai lupa makan dengan teratur.
Nah hal-hal seperti ini tentu sangat perlu mendapat perhatian dari orang tua. Terlalu banyak kegiatan akan membuat anak tidak menikmati kegiatan yang mereka jalani dan bisa jadi rentan mengalami stres atau permasalahan mental..
Kehilangan waktu bermain
Terlalu banyak kegiatan bisa membuat anak juga kehilangan waktu bermain bersama teman-temannya. Tentu kita harus memikirkan hal ini. Buat yang sudah remaja juga demikian, mungkin dia akan kehilangan waktu untuk bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.
Utamakan kebahagiaan anak
Walau kata orang kebahagiaan sangat relatif, tidak ada salahnya orang tua melihat lagi perilaku anak sehari-hari. Apakah dia tampak bersemangat dan antusias? Atau malah menjalani hari-harinya dengan kemurungan.
Beberapa saat lalu melihat anak teman yang enggan bermain dengan teman sebayanya. Dikala anak seusianya main petak umpet ramai-ramai, anak teman tersebut hanya diam tak bergabung dan hanya fokus main handphone. Saya tak tahu persis sih, apakah anak ini bahagia atau tidak. Mungkin hanya orang tuanya yang tahu persis.
Pada akhirnya, setiap orang tua harus mengutamakan kebahagiaan dan kesehatan mental anak-anak. Anak yang berprestasi barangkali memang sangat membanggakan tetapi mencoba merebut kebahagiaan anak dengan memberinya berbagai aktivitas yang tak disukainya tentu bukan langkah bijak.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H