Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A.
Enny Ratnawati A. Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Enny Ratnawati A. -- Suka menulis --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

WFH atau WFO Tetap Bekerja Maksimal

15 Januari 2023   14:31 Diperbarui: 27 Januari 2023   09:54 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pekerja wfo (foto : allianz indonesia)

Banyak perkantoran yang menerapkan WFO kembali. Padahal sudah banyak yang merasa sangat nyaman dengan WFH saja. WFH bukan hanya favorit anak muda saja, tapi segala usia.

Salah satunya tentu suami saya. Beliau tentu bukan anak muda lagi karena sudah 40 tahun ke atas. Bekerja work from home (wfh) sejak pandemi. Namun di awal 2023 sudah ada pengumuman akan bekerja kantoran lagi.

Mau nolak? Tentu tak mungkin. Kebijakan kantor tak mungkin dibantah-bantah. Namun kelamaan bekerja di rumah, tampaknya memang memunculkan "kemalasan" tersendiri untuk kembali baik kantor full.

Sudah kebayang ritme kerja seperti dulu. Berangkat pagi-pagi dan pulang harus menunggu kelar magrib dulu. Kenapa? Ya apalagi kalau bukan alasan kemacetan. Kalau pulang kerja tepat waktu, sudah bisa dipastikan terkena macet parah dan sholat magrib terlewat. Makanya biasanya dimundurkan dulu setelah waktu magrib baru pulang dari kantor. Tentu saja, sampai rumah sudah pasti hampir jam 9 malam.

Nah, pengumuman soal work from office (wfo) tentu saja sedikit meresahkannya. Tapi tiba-tiba dia punya "solusi". Solusinya adalah ngekost dekat kantor saja dan pulang akhir pekan saja.

Alasannya tentu menghindari kemacetan, kelelahan dan menghemat uang transportasi. Eh, tapi tunggu dulu, jangan-jangan memang hemat uang transportasi tetapi ternyata membengkak biaya kost dan biaya makan. Hehe. Wah sudah terbayang WFO mempengaruhi pendapatan lagi.

ilustrasi pekerja wfo (foto : allianz indonesia)
ilustrasi pekerja wfo (foto : allianz indonesia)

Tapi ternyata, WFO menimbulkan banyak semangat baru bagi para pekerja. Apa penyebabnya?

WFH vs WFO

Tentu saja, keuntungan bekerja dari rumah atau WFH sudah banyak yang kita ketahui dan sebagian dari kita mungkin sudah merasakan juga manfaatnya

Misalnya, seorang teman, merasakan "kesimbangan hidup" yang luar biasa dengan WFH. Dia merasa bekerja dengan baik dan sesuai target. Namun di sisi lainnya, dia sangat sempat mengerjakan hobinya yaitu nonton film. Bukan di bioskop tentu saja, tapi nonton berbagai film di rumah saja di sela-sela waktu kerjanya. Bahkan sekilas kelihatan nggak bekerja, karena di sela-sela waktunya santai nonton film saja.

Secara umum memang pekerja yang memilih WFH lebih merasa lebih fleksibel dan keseimbangan hidup tercipta. Sebenarnya dari sisi perusahaan juga, seperti yang banyak kita baca, banyak juga keuntungan.

Salah satunya biaya operasional yang barangkali bisa dipangkas. Misalnya ya tak perlu lagi menyediakan meja/kursi/ruangan kerja, komputer/laptop, internet,listrik dan barangkali juga makan siang.

Walau seperti kita ketahui juga, hanya beberapa pekerjaan saja yang memang bisa WFH ini. Jenis pekerjaan "lapangan" misalnya pertambangan, konstruksi dan banyak lagi, nggak bakal bisa WFH.

Selain soal tak semua pekerjaan bisa WFH, ada beberapa kekurangan WFH juga. Misalnya, banyak di antara pekerja yang sampai kehilangan motivasi kerja karena memang suasana di rumah, berbeda jauh dengan suasana di kantor.

Beberapa perusahaan juga sering merasa miskomunikasi, ya karena berbeda tempat kerja dan suasana kerja tadi. Intinya tidak setiap pekerjaan yang dilakukan dari rumah bisa berjalan dengan baik dan lancar.

Tidak heran, setelah pandemi, perusahaan mulai lagi menerapkan bekerja secara normal alias harus hadir di kantor. Selain menganggap lebih efektif dan lancar dengan tatap muka langsung,

Dilansir dari dataindonesia.id, mayoritas pekerja Indonesia ternyata memang lebih nyaman dengan WFO. Ada sejumlah alasan mengapa banyak pekerja di Indonesia lebih memilih WFO. Sebanyak 63% responden yang memilih WFO karena merasa efektivitasnya paling tinggi.

Penelitian yang dilakukan dari 24 Juni-4Juli 2022, menyebutkan 63% responden merasa lebih efektif dengan WFO. Kemudian ada alasan komunikasi dan koordinasi yang lebih lancar (63%), fasilitas kerja lebih memadai (59%), bahkan 58% responden merasa WFO menguntungkan karena bisa bersosialisasi dengan rekan kerja.

Jadwal kerja yang teratur juga menjadi salah satu alasan, ini disetujui oleh 57% responden. Sisanya alasan batas yang jelas antara kehidupan profesional dan pribadi, fasilitas penunjang dari kantor dan menyebutkan tingkat stress berkurang dengan WFO.

Pada akhirnya sih saya berpendapat mau WFH dan WFO, setiap pekerjaan haruslah disikapi dengan tetap passionate, penuh semangat tentu agar hasilnya maksimal dan memuaskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun