Ini juga hal utama. Anak-anak nanti akan belajar dari panutannya di pondok pesantren tersebut.
Sesuaikan dengan cara ibadah di rumah
Ini sebenarnya pendapat seorang teman, tapi menurut saya ada benarnya juga. Karena banyak ragam pondok pesantren, usahakan yang sesuai dengan cara ibadah di rumah, misalnya soal mahzab-nya.
Fasilitas Pendukung
Mungkin ini sesuai selera saja. Cuma kami lebih menyukai pesantren yang agak luas, maklumlah anak 24 jam hanya di dalam pondok. Bila hanya sebuah rumah, kurang  cocok bagi kami.
Dengan lebih luas, bukan hanya udara lebih segar, anak-anak bisa lebih banyak eksplor dan melakukan banyak aktivitas.Misalnya olahraga.
Memang ada pesantren yang tidak ada sekolah umumnya,misalnya pesantren full tahfiz (penghapal qur'an) saja atau pesantren yang mempelajari kitab saja.namun ada pula yang menyediakan sekolah formal, seperti SMP Islam, SMA Islam, Mts dan MA bahkan untuk kuliah, namun tetap mondok juga.
Nah, menurut saya, ini juga perlu dilihat akreditasi sekolahnya. Menurut keputusan Mendiknas nomor 087/U/2002, akreditasi sekolah bertujuanmemperoleh gambaran kinerja sekolah sebagai alat pembinaan, pengembangan, dan peningkatan mutu; serta menentukan tingkat kelayakan suatu sekolah dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan (mysch.id)
Pertimbangkan biaya
Ada pesantren gratis, ada pula yang biayanya murah saja. Namun beberapa pondok pesantren mensyaratkan biaya yang tidak sedikit, baik berupa uang pangkal maupun biaya SPP bulanan. Belum termasuk biaya lain misalnya biaya study tour (rihlah) Â akhir semester misalnya dan tentu biaya uang saku anak. Tentu orang tua harus menyesuaikan dengan kemampuan keuangan masing-masing dan jangan sampai berhenti ditengah jalan sekolah anak-anak.