Di akhir semester seperti saat ini, orang tua kembali berhadapan dengan rapor anak dan lagi-lagi soal peringkat di kelas.
Akhir minggu lalu, saya kembali menerima rapor anak saya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).Â
Di pintu gerbang sekolah, sudah bertemu dengan seorang ibu yang anaknya juga sekelas dengan anak saya. Dia sudah panjang lebar bercerita siapa saja yang masuk peringkat di kelas. Tentunya, karena dia udah lebih dahulu mengambil rapor anaknya.
Saya kemudian meneruskan perjalanan menuju kelas anak saya. Saat itu ternyata kelas sudah sepi, maklumlah saya memang sengaja datang agak siang biar tidak antri lagi, hehe.
Saya pun maju kedepan. Setelah mengisi absen kedatangan dan berbincang dengan sang ibu guru soal perkembangan anak, ibu guru mulai menyerahkan rapor anak saya.
Belum sempat saya membukanya, ibu guru sudah memperlihatkan selembar kertas di hadapan saya. Ternyata ini merupakan ringkasan nilai anak-anak sekelas dan peringkatnya. Kenapa diperlihatkan? Karena memang di rapor tidak dicantumkan peringkat kelas masing-masing anak.
Tentu saja setiap orang tua yang datang tak hanya akan hanya melihat nilai dan peringkat anaknya saja tapi juga akan melihat nilai dan peringkat anak lainnya. Tak apa juga sebenarnya, hehe.
Seperti yang kita ketahui bersama, peringkat kelas biasanya adalah data siswa yang menjelaskan urutan prestasi mereka berdasarkan jumlah nilai yang tertera pada rapor. Biasanya dalam satu semester. Peringkat kelas juga akan mengungkapkan posisi seorang anak dibandingkan anak lainnya dalam satu kelas.
Makin bagus peringkatkan, diasumsikan makin bagus pula pemahamannya atas sebuah materi pelajaran.
Setelah melihat kertas yang pegang ibu guru, ternyata nilai dan peringkat anak saya juga biasa-biasa saja. Nilai paling bagusnya malah pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Nilai seperti matematika, bahasa Inggris atau IPA tidak jelek namun bisa dikategorikan biasa-biasa saja.
Bagaimana respon saya? Biasa-biasa saja. Bahkan saya katakan ke gurunya bahwa masa depan anak-anak masih sangat panjang, sekolah yang akan dia tempuh juga masih banyak. Apapun hasilnya hari ini, harus terus kita support.
Manfaat peringkat kelas dan nilai yang bagus
Banyak sekolah yang saat ini tak lagi memperlihatkan soal peringkat anak di kelas. Mereka lebih fokus pada kelebihan anak dan pengembangan bakat/minat anak.
Namun, di tempat lain, banyak juga sekolah yang masih mendewakan peringkat kelas dan dijadikan indikator keberhasilan akademik seorang anak. Bahkan peringkat kelas semacam kebanggaan bagi orang tua untuk membandingkan pencapaian anaknya dibanding anak lainnya dalam satu kelas.
Dilansir dari Kompas.com, dalam sebuah artikel "Benarkah Peringkat Anak di Kelas Cerminkan Kecerdasannya?" menyebutkan nilai tidak selalu cerminkan kemampuan anak di kelas
Anak bisa jadi memahami materi pelajaran yang diajarkan guru selama kelas berlangsung, hanya saja ia masih tidak dapat menerjemahkannya ke dalam jawaban soal ujian. Nilai, dalam artikel tersebut juga disebutkan tidak selalu cerminkan kemampuan anak di kelas
Jadi anak bisa jadi memahami materi pelajaran yang diajarkan guru selama kelas berlangsung, hanya saja ia masih tidak dapat menerjemahkannya ke dalam jawaban soal ujian. Tulisan tersebut juga menyebutkan, kecerdasan anak masih sangat bisa untuk dikembangkan kedepannya. Misal melalui berbagai pelatihan. Apalagi memang banyak sekali jenis kecerdasan anak-anak.
Namun bagaimanapun, nilai dan peringkat kelas memang tetap ada manfaatnya. Misalnya untuk menyaring beasiswa, yang tentu yang pertama dilihat adalah nilai akademis.
Buat guru tentu juga ada manfaatnya. Misal dengan ada peringkat kelas, guru tentu bisa lebih "membantu" anak yang kurang dalam pemahaman pelajaran. Guru mungkin juga bisa menyesuaikan metode pengajaran yang tepat bagi siswanya di kelas. Intinya ini sebagai salah satu bahan evaluasi bagi para pengajar juga.
Tapi, saran saya, kalaupun dalam rapor kali ini, nilai dan peringkat anak biasa-biasa saja, tak perlu dirisaukan. Selain anak punya kecerdasan masing-masing, perjalanan anak-anak menuju masa depan masih panjang.
Tugas kita, sebagai orang tua tentu adalah mempersiapkan mereka masa depan mereka sebaik mungkin. Masa depan yang barangkali sangat berbeda kondisinya dengan keadaan kita hari ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H