Kalau ada yang mengatakan, banyak lansia tingkahnya balik seperti anak-anak lagi, mungkin ada benarnya juga.Â
Beberapa waktu lalu, Kompasiana memuat tulisan dr, Ariana Maharani dengan judul "Jika aku menjadi pasien di usia senja". Tulisan ini berkisah tentang pasien beliau denganusia senja yang menolak opname dann dirujuk karena khawatir tak lagi ada teman-temannya yang menengok ketika opname di RS.
Usia senja atau usia lanjut usia (lansia) memang kadang-kadang, perilaku kita bisa saja berada di luar prediksi. Masa muda, segar bugar dan rajin olahraga misalnya, ternyata masa tua sakit-sakitan bahkan pikun.
Masa tua memang tak bisa diprediksi akan seperti apa, dan kita semua, kalau berumur panjang, akan sampai ke masa-masa tersebut.
Lansia, perilakunya unik dan memang sudah banyak dialami teman-teman saya yang hidup bersama orang tua mereka bahkan ada juga yang hidup dengan tante-nya yang tak punya suami/anak sehingga harus tinggal bersama ponakannya.
Ini dialami seorang teman saya, yang selain hidup bersama kedua orang tuanya yang sudah sepuh, juga harus hidup dengan tantenya yang qadrullah terkena stroke. Awal-awal tentu saja seisi rumah ikut stres, namun lambat laun semua bisa menyesuaikan.
Hanya saja, tantenya sampai kini masih agak susah untuk dibiasakan berpola hidup sehat, baik dari sisi makanan maupun aktivitas harian.Â
"Kalau pagi hari tertidur saja, padahal kan bagusnya berjemur biar sehat," keluh teman saya.
Pengalaman kawan lain juga unik. Keluarganya tinggal bersama ibu bapaknya dalam satu rumah. Ibunya menderita penyakit diabetes yang memang harus dijaga gaya hidupnya sampai persoalan makannya.
Makan yang mengandung gula haruslah sangat dibatasi. Namun sang ibu rupa-rupanya sangat sulit untuk dibatasi mengonsumsi yang manis-manis, bahkan semakin dilarang semakin menjadi-jadi.
"Kami sampai menyembunyikan letak gula dan teh, agar ibu tak sering minum teh manis," ujarnya. Namun ternyata ibunya tak kehilangan ide. Beliau minta tolong anak tetangga untuk membelikan teh dan gula pasir ke warung.
Demikian juga dengan makanan. Ibunya juga suka nitip ke tetangga makanan yang disukai tapi tak dibolehkan anak-anaknya. Padahalan sebenarnya, anaknya bukan tak membolehkan, tapi diminta dokter jangan banyak-banyak mengkonsumsi makanan manis. Rumit kan jadinya?
Hubungan Bersahabat dengan Lansia
Menurut Peraturan Presiden Nomo 88 Tahun 2021 tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan, yang dimaksud dengan Lanjut Usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. (dinsos.riau.go.id)
Jadi tidak heran, banyak tiket tempas wisata, bis atau kereta, yang mendiskon untuk usia 50 tahun ke atas, karena memang usia itu sudah masuk ke usia lansia.
Namun demikian, jangan salah. Tidak semua lasia seperti yang diceritakan di atas. Ibu saya maupun ibu mertua bisa dikategorikan lansia yang cukup aktif.Â
Ibu mertua yang berusia 72 tahun, masuk kategori lansia tetap aktif, misal ikut datang ke acara-acara keluarga di kampung, meskipun berjarak cukup jauh dari rumah beliau.
Demikian juga ibu saya. Walau beberapa hal sudah sangat terbatas, di usianya yang lebih dari 70 tahun juga masih menekuni hobi memasaknya, yang tentu membuat kami semua gembira dnegan masakan-masakan enaknya. Ibu saya juga rajin merawat tanaman di halaman rumah.
Secara umum, bagi yang hidup bersama lansia memang ada beberapa hal yang harus terus dimaklumi agar kehidupan berjalan damai.
Jangan dianggap beban
Bagaimanapun orang tua, mertua bahkan tante/om, adalah orang-orang yang pernah berjasa di hidup kita/pasangan di masa lalu.Â
Saatnya berbuat baik ke mereka. Menyayangi mereka sepenuh hati juga. Sama sekali jangan dianggap beban walaupun di luar sana ada teori semacam sandwitch generation.
Ajak bicara
Sudah rahasia umum, para lansia sangat membutuhkan teman bicara. Usahakan, ada waktu bicara kepada mereka tentang apapun. Apalagi ketika pasangan mereka sudah tiada, mereka hanya butuh teman bicara.
Berprasangka baik selalu
Mungkin ada rencana Allah, sehingga kita yang diberi amanah untuk turut menyertai/merawat hidup orang tua kita. Tak perlu iri dengan kehidupan saudara lain yang mungkin lebih bebas/santai tanpa ada amanah merawat lansia. Berprasangka baiklah kepada-Nya.
Perhatikan kebutuhan mereka
Sedapat mungkin perhatikan kebutuhan mereka. Misal mereka yang tiap bulan harus kontrol dokter karena penyakitnya, usahakan untuk menemani. Atau mereka yang butuh vitamin/obat rutin juga perlu diperhatikan anak-anaknya khususnya. Memang kasih sayang tak harus selalu materi. Namun, buat para lansia, sudah selayaknya kita mengorbankan sedikit materi dan waktu kita juga buat mereka.
Bagaimana menurut para pembaca? Ada pengalaman hidup bersama lansia juga?
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H