Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A.
Enny Ratnawati A. Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Enny Ratnawati A. -- Suka menulis --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Artikel Utama

Menghadapi Saudara Kepo Saat Pulang Kampung

16 April 2022   11:33 Diperbarui: 19 April 2022   01:00 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kumpul saat lebaran via www.kompas.com

"Pulang Malu, Tak Pulang Rindu" (cuplikan lagu) 

Lebaran sebentar lagi. Hari raya yang membahagiakan pastinya bagi umat Islam yang menuntaskan ibadah puasa Ramadhannya. Sekaligus tahun ini bisa pulang kampung kembali.

Ajang pulang kampung setiap tahunnya -- kecuali dua tahun terakhir -- bagi saya selalu jadi momen menggembirakan sekaligus mendebarkan. 

Menggembirakan karena akan bertemu orang tua sekaligus keluarga dekat. Namun mendebarkan karena juga akan bertemu keluarga besar.

Keluarga besar? Iya. Karena dalam keluarga saya, bukan hanya keluarga inti dengan orang tua atau saudara kandung/ipar plus ponakan-ponakan, tapi juga mudik berarti harus menemui keluarga besar. Sebut saja, om tante dan anak-anaknya. Kemudian juga ada saudara yang sangkut pautnya saya juga bingung tapi terasa dekat sama orang tua. Mereka inilah yang dinamakan keluarga besar.

Di satu sisi, ada uniknya memiliki keluarga besar ini. Misalnya bila ada kegiatan seperti nikahan, mereka bisa " dikerahkan" untuk acara masak misalnya. Atau ada kegiatan lainnya yang memang melibatkan keluarga besar.

Namun di satu sisi, ya kita " dituntut" untuk berakrab-akraban dengan mereka. Minimal selama pulang kampung.

Ya kan, sehari-hari tidak bakal ketemu, Karena tinggal di lain kota. Bahkan komunikasi via WhatsApp juga hampir tak pernah. Jadilah lebaran jadi momen bertemu kembali dan silaturahmi sebenarnya.

Sayangnya kadang-kadang, momen bertemu yang harusnya apa adanya, tanpa beban dan ajang kangen belaka, sudah "dikotori" dengan beberapa pertanyaan yang tak perlu ditanyakan harusnya. 

Mungkin niatnya berbasa-basi atau mencari bahan pembicaraan. Namun terkadang, ada yang mengganjal di perasaan masing-masing orang. bahkan bisa jadi membuat tersinggung. Inilah kadang yang membuat pulang kampung jadi membuat galau. 

Misalnya soal pekerjaan saat ini atau ada harapan dari keluarga besar untuk lebih sukses karena bekerja di luar kampung. Padahal ini tak selamanya demikian. Mungkin bila tetap stabil di pekerjaan misalnya mereka yang bekerja di bidang pemerintahan (ASN) atau BUMN bonafit tak begitu galau.

Namun bagaimana dengan mereka yang jadi pengusaha tiba-tiba usahanya bangkrut karena pandemi, atau mereka yang di-PHK karena Covid-19 dan baru bekerja lagi di perusahaan baru tentu agak menyesakkan bila mendapat pertanyaan demikian.

BUDAYA SAAT PULANG KAMPUNG

Saya tak begitu paham budaya saat pulang kampung atau mudik di tempat lain. Namun, di daerah saya adalah wajar orang bertanya kapan datang, naik apa, berapa jam perjalanan, saat ini kerja di mana, dan banyak lagi. Ya itu tujuannya untuk membuka ajang pembicaraan dan keakraban kembali.

Selain pertanyaan tadi, mereka juga suka memperhatikan oleh-oleh apa yang dibawa saat pulang kampung. Bila tangan kosong dan hanya ada sedikit dana buat perjalanan menemui orang tua, ya ada baiknya dipikirkan ulang niat buat pulang kampungnya.

Orang tua mungkin tak mengharap apa-apa dari anaknya. Namun tuntutan keluarga besar sedemikian rupa.

Soal ajang pamer saat pulang kampung, itu juga bukan ilusi. Saya tak paham, setelah Covid-19 melanda, apakah masih banyak orang yang pamer saat pulang kampung ya.

Tetapi dulu, saudara bahkan masih memperhatikan mobil apa yang dibawa pulang. Kalau ternyata ikut mudik gratis yang dulu ramai diadakan oleh BUMN atau bank-bank besar, ekspresi mereka terlihat aneh ketika diceritakan soal mudik gratis tersebut.

ilustrasi mudik (foto : kompas tv)
ilustrasi mudik (foto : kompas tv)

Belum lagi dengan budaya bagi-bagi THR (Tunjangan Hari Raya) ke keluarga besar. Kalau dulu masih bekerja dan menerima THR, mungkin tak masalah. Namun bagaimana bila tak lagi menerima THR dan hanya cukup buat tiket PP saja karena masih merintis usaha baru misalnya. Atau bekerja sebagai pekerja lepas saja yang tak ada THR-nya. Ya saya sekali lagi menyarankan sebaiknya, memang tak usah pulang kampung dulu.

Pulang kampung bukan hanya soal menemui orang tua namun akan bertemu keluarga yang lebih luas. Bila tak siap dengan segalanya, atau hanya berujung kegundahan, ada baiknya dipikirkan kembali.

DIMULAI DARI SENDIRI SAAT BERTANYA

Kembali ke tema awal, bagaimana menghadapi saudara yang kepo (ingin tahu berlebihan) dengan kondisi kita saat ini. Kalau menurut saya bila kita memang sudah berniat pulang kampung tentu niatnya juga yang baik.

Tak perlu lah berpura-pura kaya seperti dulu kalau memang faktanya tak demikian. Kalau ditanya, ya katakan apa adanya.

Saudara yang kepo perlu kita tanggapi dengan pikiran positif saja. Bisa jadi mereka mencari tema pembicaraan, bisa jadi mereka mengajak saling sharing saja. Tak perlu berpikir negatif.

Dan bila memang kondisi masih baik-baik saja, tak ada salahnya untuk berbagi rezeki dengan sanak saudara yang ada di kampung halaman. Hitung-hitung sebagai bentuk rasa syukur bisa bertemu kembali dengan keluarga besar yang terpisah lama.

Namun tak perlu juga pamer saat mudik secara berlebihan. Ingat di atas langit ada langit lagi. Sedikit berempati mungkin sangat bagus. Apalagi banyak kondisi saudara-saudara kita yang masih tak menentu di sisi keuangan khususnya di saat pandemi. Bila kita bisa membantu, kenapa tidak kita bantu.

Oh iya, bila kita tak menginginkan orang kepo dengan kondisi kita saat ini, ada baiknya kita pun mengerem diri untuk tak kepo dengan orang lain secara berlebihan.

Mungkin benar kita perlu mencari tema pembicaraan tapi tak perlu lah terlalu detail bertanya ke orang lain apalagi ada potensi menyakiti perasaan lawan bicara kita.

Selamat buat yang ingin mudik. Semoga menambah kebahagiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun