Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A.
Enny Ratnawati A. Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Enny Ratnawati A. -- Writerpreneur dan Social Worker, --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Setop, Perilaku Membandingkan Anak

29 Maret 2022   08:00 Diperbarui: 3 April 2022   10:47 1056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
setiap anak punya potensi (dokumentasi pribadi)

Jangan membanding-bandingkan anak. Baik dengan saudara kandungnya sendiri, saudara sepupunya atau malah anak tetangga. Anak punya potensi sendiri.

Suatu hari, saya keceplosan omongan dengan anak saya yang masih duduk di bangku SMP. Menceritakan soal anak teman kost semasa kuliah dulu yang juga masih SMP, tapi katanya sudah bisa mencari uang dengan berjualan online, hingga dapat hasil sampai belasan juta.

" Terus kenapa," kata anak saya malas-malasan.

"Ya, siapa tahu kamu juga tertrik mencari penghasilan walau masih SMP," ujar saya. Anak saya langsung berubah mukanya.

"Ya, mamah kenapa juga nggak jadi presiden," katanya menjawab lugu.

"Presiden? " Tanya saya. 

"Ya, presiden kan seumuran sama mamah. Harusnya mamah juga bisa dong jadi presiden," ujarnya senyum-senyum.

Saya langsung tertawa. Bukan karena saya tahu, saya nggak bakal jadi presiden, tapi karena faktanya umur saya juga jauh dengan umurnya pak presiden. Hehehe..

Tak Ada Guna Membandingkan Anak

Sebagai orang tua tentu saja kita, khususnya saya. Kadang-kadang kepikiran buat membandingkan anak. 

Jujur sih, kadang ada perasaan iri, kok bisa orang tuanya mendidik anak sehingga anaknya tumbuh jadi anak penghapal Quran, juara kelas, diterima di PTN dan jurusan kuliah favorit pula atau hal-hal baik lainnya.

Sementara anak kita, jangankan juara kelas, rajin mengerjakan tugas sekolah saja ketika di rumah sudah prestasi besar.

Pada kesempatan lain, saya juga terkejut ketika kumpul keluarga. Ponakan saya rajin sekali mengerjakan pekerjaan rumah mulai dari membantu menyapu rumah tiap pagi, rajin ikutan mencuci piring sampai kebaikan lain yang suka diceritakan orang tuanya. Sementara anak sendiri, harus emaknya ngomel dulu baru bergerak. Hahaha.

Wow, rumput tetangga memang sellau terlihat lebih hijau. Anak orang memang kelihatan lebih punya banyak keunggulan.

Namun, bagaimanapun kondisi anak, kita semua harus sampai pada kesadaran, tiap anak memiliki potensi masing-masing.

Setiap anak pastilah dianugerahi keahlian (skill) tersendiri dan keunggulan masing-masing. Anak juga memiliki kecerdasan tersendiri.

Mengutip teori kecerdasan majemuk, yang dilontarkan oleh Howard Gardner, profesor dan psikolog dari Universitas Harvard, dalam bukunya yang berjudul Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences, paling tidak ada sembilan kecerdasan pada setiap individu dalam hal ini anak-anak. Yaitu kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial-visual, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalis dan kecerdasan eksistensial.

setiap anak punya potensi (dokumentasi pribadi)
setiap anak punya potensi (dokumentasi pribadi)

Sudah jelas kan, mengapa tiada guna membandingkan anak. Ya, karena memang anak punya keahlian masing-masing. Tentu saja tugas orang tua untuk mengembangkan kecerdasannya.

Membangkitkan Kecerdasan Anak

Ini tentu pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi orang tua. Apalagi kita terbiasa hidup dengan "label" kecerdasan yang sudah terlanjur kita kenal. 

Misalnya anak pintar adalah yang pintar matematika dan bahasa Inggris. Padahal tidak demikian tentu saja. Bisa saja anak tak pintar matematika, namun ternyata sangat menyukai pelajaran sejarah alias banyak tahu soal sejarah.

Ada lagi anak yang pintar sosialisasi dan senang berorganisasi. Itulah yang ternyata tampak pada anak-anak remaja saya. Nah, ini tentu mereka jelas-jelas memiliki kecerdasan interpesonal.

Mereka senang ikut organisasi, suka bekerja dalam team, punya banyak teman, gemar melakukan kegiatan sosial dan banyak lagi yang merupakan salah satu ciri anak yang memiliki kecerdasan ini.

Paling tidak ada beberapa hal yang harus diperhatikan orang tua untuk membangkitkan potensi kecerdasan yang ada pada anak.

Pertama, bersyukur atas kelebihan ataupun kekurangan anak. Mudah untuk menerima kelebihan tapi susah untuk menerima kekurangan. Bukan hanya anak, diri kita sendiri kadang juga sama. Tentu apapun yang diberikan oleh-Nya harus disyukuri.

Kedua, amati potensi anak. Ini tentu saja bukan pekerjaan gampang. Perlu kesabaran dari orang tua untuk tahu apa sebenarnya kelebihan atau potensi anak.

Ketiga, berusaha support untuk perkembangannya. Misalnya bila anak gemar melukis tetapi lemah di matematika, tak ada salahnya untuk mencarikan guru melukis bagi anak. Demikian juga bila anak menyukai matematika, mungkin bisa didorong untuk mengikuti lomba-lomba dan banyak lagi.

Keempat, memberi pandangan untuk ke depannya. Mungkin anak-anak masih terbatas pengetahuan tentang potensinya yang perlu dikembangkan di masa depan. Tugas orang tua untuk memberi pandangan.

Kelima, motivasi buat sukses di masa depan. Apapun keahlian yang dimiliki anak saat ini, setiap anak berpotensi dan berpeluang untuk meraih kesuksesan di masa yang akan datang. Tanamkan keyakinan tersebut pada anak.

Namun dari kesemuanya, yang tentu juga harus ditanamkan orang tua adalah mental kerja keras, tidak mudah menyerah dan bukan menjadi generasi lembek. Apapun potensi yang dimiliki, tetap perlu kerja keras untuk menggapai impian di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun