Pernahkah memikirkan warisan buat anak-anak ketika kelak kita tiada? Mungkin hampir sebagian orang tua pernah memikirkan ini. Secara terlintas bahkan serius memikirkannya.
Â
Seorang teman di kantor lama dulu terlihat bekerja sangat keras. Bahkan bisa dikatakan workholic. Bila ada tawaran lembur, mungkin dia orang yang berada di garda depan untuk lembur. Saking pekerja kerasnya. Dari sudut pandang perusahaan, tentu ini bagus banget.
Kerja kerasnya sejak dulu memang berbuah manis. Dia mendapat jabatan sebagai general manager (GM) saat ini di kantor. Denger-denger juga punya banyak rumah kontrakan di jakarta Selatan. Bisa kebayang kan, berapa banyak uangnya hehe. Bukan hanya dari gajinya yang melesat naik tapi juga dari kontrakannya yang terus berkembang.
Kalau ditanya,buat apa punya banyak banget kontrakan, padahal istrinya cuma 1 dan anaknya juga 1 aja, dia dengan sigap menjawab, buat warisan anak kalau dia sudah tiada nanti.
Ada lagi seorang teman yang kebetulan suaminya pejabat di sebuah kementerian. Anaknya masih kecil dan remaja, 3 orang. Namun pikirannya sudah sangat jauh kedepan.
Selain rumah yang dia tinggali saat ini, mereka juga sudah menyiapkan tiga rumah lainnya buat masing-masiing anak. Katanya bila sudah menikah nanti, anak-anak tak perlu repot memikirkan beli rumah lagi. Luar biasa.
Mungkin bukan hanya mereka. Banyak oranng tua lain yang berpikiran demikian juga. Memang sih setiap orang memiliki pilihan hidup masing-masing.Â
Ada yang memilih mewariskan harta yang banyak, ada pula yang memilih mewariskan adab dan ilmu. Mungkin yang terakhir ini golongan yang tak mempunyai harta terlalu banyak. Tapi bisa juga mereka memiliki pandangan tersendiri dalam memandangan hidup. Mungkin lebih baik baik lagi mewariskan semuanya ya. Namun tak semua orang bisa demikian. Bila tak mampu mewariskan harta berlimpah, jangan dulu berkecil hati. Warisan adab dan ilmu jauh lebih utama. Â Â
Mewariskan adab dan ilmu
Salah satu warisan yang jarang kita pikirkan buat masa depan anak-anak adalah mewariskan adab dan ilmu. Dalam Islam, adab bisa diartikan sebagai akhlak atau kepribadian seseorang. Sedangkan ilmu mengacu kepada ilmu pengetahuan dan pendidikan tentunya.
Adab yang baik tentu saja menjadi harapan semua orang tua pada anak-anaknya. Bahkan dalam Isalam, adab harus didahulukan dibandingkan ilmu.
Ada perumpamaan bahwa orang beradab pastilah berilmu. Sedangkan orang berilmu, belum tentu beradab yang baik. Itulah mengapa orang tua harus serius membangun adab yang baik untuk anak-anaknya.
Bagaimana menumbuhkan adab yang baik? Ini tentu saja pertanyaan serius dan tidak bisa semudah membalik telapak tangan.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membekali anak-anak agar memiliki adab/akhlaq yang baik.
Misalnya memberi contoh yang baik, menanamkan nilai-nilai yang baik pada anak sejak dini, sampai melakukan berbagai aktivitas kebaikan yang menumbuhkan akhlak dan perilaku yang baik. Tentu lingkungan pergaulan anak dan dukungan sekolah juga menentukan keberhasilan penanaman adab yang baik ini.
Selain adab, tentu jangan lupakan soal ilmu. Orang berilmu, apapun jenis ilmunya tinggi derajatnya dalam Islam. Bekali anak-anak dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan yang mumpuni. Warisan berupa ilmu dan pendidikan yang baik merupakan modal mereka untuk meraih masa depan yang baik.
Harta, kelak mereka bisa mencari sendiri
Adab dan ilmu adalah modal besar buat anak-anak buat meraih masa depan yang baik. Masa depan disini tentu saja kita artikan mereka dicukupkan dalam kehidupannya dan menjadi orang yang bermanfaat pastinya.
Siapapun orang tua, wajar bila ada kekhawatiran. Banyak orang tua yang kepikiran dan takut pada yang akan dihadapi anak-anak kedepan. Namun yakinlah dengan adab yang baik yang telah kita bekali,mereka akan mampu berteman dengan banyak orang,berkomunikasi yang baik,terlatih berempati dan kedepannya akan fight menghadapi berbagai tipe manusia.
Sedangkan dengan ilmu yang mumpuni dan pendidikan yang baik,mereka telah kita persiapkan untuk menghadapi masa depannya yang mungkin sangat-sangat berbeda. Dengan dua modal utama ini, niscaya hartapun tetap ada dalam kehidupan masa depan anak-anak. Jangan lupa pula, titipkan juga mereka pada sang Pemilik, karena sejatinya, kita hanya diberi amanah berupa anak-anak.
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H