Membacakan buku ini buat anakku, rasa-rasanya seperti kembali ke jaman aku masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) hingga SMP. Terbayang almarhum abah, yang hanya seorang PNS biasa, bela-belain membelikan bacaan-bacaan bermutu bagi anak-anaknya.
Ada yang tahu buku "30 Kisah teladan" karya KH Abdurrahman Arroisi? Entah kenapa aku awalnya tak pernah ingat sama sekali dengan buku yang dulu setia menemani masa kecilku ini . Hingga suatu hari, ketika bahan bacaan untuk menemani tidur anak malam hari sudah habis tiba-tia teringat lagi dengan buku ini. Â
Buru-buru membuka beberapa market place. Wow, amazing, ternyata buku ini masih ada yang jual. Walau kalau membaca komentar-komentarnya, hanya beberapa yang masih ori. Yang lainnya, tidak ori lagi.
Beruntung , ketika bongkar-bongkar buku di perpustakaan rumah, ketemu 2 buku ori "30 Kisah telatan" seri 1 dan 5. Keduanya terbitan 1986 dan 1988. Namun dilihat dari cetakan pertamanya, buku ini terbit pertama kali pada 1985, dengan penerbit CV Rosda Bandung.
Buku " 30 Kisah Teladan" sendiri terdiri dari 12seri. Masing-masing berisi 30 cerita yang menurut aku sangat --sangat istimewa karena memang mengajarkan banyak kebaikan. Kita akan bahas beberapa kisah diantara dibawah ini.
Sosok KH. Abdurrahman Arroisi
Siapa sebenarnya KH. Abdurrahman Arroisi yang telah menulis buku ini hingga 12 jilid banyaknya atau 360 kisah teladan?
Dikutip dari Binziadkadafi Blog, beliau adalah penulis yang lahir di Pemalang, Jawa Tengah. Nama aslinya adalah Abdurrahman dan terlahir 3 Desember 1944, dari pasangan H. Rois dan Hj. Munihah.
Banyak pula yang mengenal beliau sebagai Arman Arroisi. Dikutip dari blog ini, beliau , menghabiskan masa kanak-kanaknya dalam latar belakang keluarga agamis. Ayahnya seorang pengusaha batik sukses dan  pemain sepakbola ulung. Sedang ibunya hanya wanita desa sederhana, cara berpikir maupun kehidupan keseharian.
Karena dekat dengan K.H. Thosim Hanafi, paman dari pihak ibu yang merupakan ulama berpengaruh di Pemalang, Â beliau sejak kecil sudah akrab dengan dunia pesantren. Arman Arroisi menjadi akrab dengan kehidupan pesantren dan sekolah di pesantren. Namun bakat sastra dan seninya sudah terlihat sejak duduk di bangku SMP. Saat itu dia memang sudah menulis naskah drama dan puisi.
Tulisa dan ceramahnya kemuidan hari memang banyak bersumber pada kitab kuning yang dipelajarinya selama di pesantren. 30 Kisah Teladan adalah karya fenomenalnya dengan 12 jilid, dan pernah dicetak hingga 13 kali. Serial buku ini juga hingga kini juga masih sangat banyak penggemarnya.
Selain "30 Kisah Teladan", namanya memang sudah dikenal sebagai penulis dengan menggunakan berbagai nama pena. Antara lain Arman Arroisi, Arman Haro, Putu Kalyubi dan beberapa nama lainnya.
Konon, berbagai nama ada tujuannya. Misalnya untuk cerita agama, dia menggunakan nama Abdurrahman Arroisi dan Arman Arroisi.
Sedangkan nama Arman Haro untuk karya cerita populernya. Pada kumpulan puisi digunakan nama Putu Kalyubi, diambil dari nama kakeknya H. Kalyubi. "Putu" sendiri berarti cucu dalam bahasa Jawa. Banyak lagi beberapa karyanya yang hingga kini tetap dikenang orang.
Sebuah puisi yang dikatakan sebagai karya terakhirnya, dibuatnya 7 bulan sebelum kematiannya. Puisi ini ditulis pada dinding triplek sebelah tempat tidurnya di suatu dini hari:
Untuk Ibu dan Anak-anak, dari Bapak
Tuhan,
tidurkan aku malam ini tanpa mimpi
dan seandainya telah tiba penantianku
jangan bangunkan aku pagi-pagi
aku ingin berbaring damai di sisi Mu
tanpa terganggu kenisbian waktu.
Jakarta, 10 agustus 1996
Arman Arroisi akhirnya menghadap sang pemberi kehidupan  pada 27 Maret 1997.
30 Kisah Teladan yang Penuh Makna
Kisah pertama dari buku ini berjudul " Memergoki cacat sang raja". Diceritakan Iskandar Zulkarnain, ternyata memiliki tanduk. Hanya permaisurinya lah yang mengetahui rahasia ini.
Suatu hari raja berburu di hutan bersama pengawalnya dan merasa kepalanya gatal. Diapun segera memisahkan diri dari pengawalnya untuk menggaruk kepalanya. Sayangnya tindakan itu diketahui seorang tukang kayu. Raja hampir saja menghukum mati tukang kayu karena mengathui rahasianya.
Namun karena tukang kayu berjanji untuk merahasiakan hal ini. Rajapun percaya. Namun tukang kayu sangat ingin menceritakan rahasia sang raja namun dia tetap tak berani.
Sebagai pelampiasannya dia pergi ke tengah hutan dan bercerita pada sebatang kayu. Dia merasa lega setelah berhasil bercerita. Namun sayangnya, dia tak menyadari ada seekor burung Beo yang bertengger dan mendengar kata-kata rahasianya.
Burung Beo inilah yang terbang kesana kemari dan menceritakan aib sang raja. Raja tentu saja sangat murka dan memanggil tukang kayu. Amun Tukang Kayu yang jujur tersebut bercerita apa adanya. Raja akhirnya menyelidiki asal muasal tersebar aibnya ke rakyat dan menemukan kebenaran ucapan tukang kayu ini. Raja akhirnya mengangkatnya jadi pegawai kerjaan dan memberikan hadiah.
Cerita diatas hanya salah satu dari 30 Kisah teladan seri 1.
Buku ini juga menceritakan cerita para nasi, para sabahat nabi, kebijakan khalifah sesudah nabi wafat, para wali dan orang-orang sholeh hingga berbagai cerita sarat makna.
Penasara? Saya juga masih sangat penasaran dengan seluruh cerita di buku ini. Apalagi buku ini sudah dibaca ketika kecil dulu, tentu saja sudah banyak yang lupa lagi hehehehe.
Harga
Aku lihat di market place harga 12 seri berkisar Rp 160.000-Rp 180.000 (per paket). Ada juga yang menjual satuannya Rp 50.000-Rp 100.000 per buku. Itupun bukunya tidak semuanya ori, maklum terbitan lama banget.
Padahal di buku yang kemarin saya temukan di perpustakaan rumah, pas belinya Rp 1500 saja. Pesan moralnya : buku lama yang dicari orang harganya ternyata meningkat berkali-kali lipat ya?
Demikianlah, sedikit sharing saya soal buku "30 kisah teladan". Semoga bermanfaat yaaa