Selain "30 Kisah Teladan", namanya memang sudah dikenal sebagai penulis dengan menggunakan berbagai nama pena. Antara lain Arman Arroisi, Arman Haro, Putu Kalyubi dan beberapa nama lainnya.
Konon, berbagai nama ada tujuannya. Misalnya untuk cerita agama, dia menggunakan nama Abdurrahman Arroisi dan Arman Arroisi.
Sedangkan nama Arman Haro untuk karya cerita populernya. Pada kumpulan puisi digunakan nama Putu Kalyubi, diambil dari nama kakeknya H. Kalyubi. "Putu" sendiri berarti cucu dalam bahasa Jawa. Banyak lagi beberapa karyanya yang hingga kini tetap dikenang orang.
Sebuah puisi yang dikatakan sebagai karya terakhirnya, dibuatnya 7 bulan sebelum kematiannya. Puisi ini ditulis pada dinding triplek sebelah tempat tidurnya di suatu dini hari:
Untuk Ibu dan Anak-anak, dari Bapak
Tuhan,
tidurkan aku malam ini tanpa mimpi
dan seandainya telah tiba penantianku
jangan bangunkan aku pagi-pagi
aku ingin berbaring damai di sisi Mu
tanpa terganggu kenisbian waktu.