Rumah itu setiap hari terlihat sepi, bukan karena tak berpenghuni melainkan selalu ditinggal pergi. Semua anggota keluarga keluar bekerja, pergi pagi pulang malam meninggalkan seorang anak laki-laki  yang baru saja masuk sekolah dasar. Panggil saja, Rama.Â
Rama memiliki orang tua lengkap dengan tiga orang kakak dan semuanya telah memiliki pekerjaan masing-masing. sebelum Ibunya bekerja, Rama merasakan kasih sayang yang cukup, berpakaian rapi dan bersih saat pergi sekolah. Namun, setelah Ibunya memilih ikut bekerja, Rama tak lagi terlihat ceria dan bersih seperti dulu. Â Jarang sekali ia bertemu lagi dengan ibunya. Saat ia masih terlelap, ibunya sudah pergi bekerja dan pulang saat Rama sudah kembali tertidur di malam hari.Â
saat temannya membawa bekal makanan  ke  sekolah, Ia hanya mampu menahan rasa ingin tanpa berani mengungkap. Berkat pendidikan karakter islami di sekolahnya, ia tak pernah sendiri. Teman-teman sekolahnya selalu berbagi dengannya.Â
***
Sekolah Islam tempat Rama bersekolah memiliki program unggulan dalam menghafal Qur'an wal Hadits dan setiap tahunnya, menyelenggarakan wisuda Tahfidz, tepat pada saat pembagian rapot semester akhir. Rama yang masih duduk di kelas 1 Sekolah Dasar pun termasuk yang menghafal Qur'an dan hadits, akan tetapi sayangnya dia tidak mampu mengejar target untuk wisuda 1 juz tahun ini, sementara temannya yang lain, sudah mencapai target bahkan ada yang melebihi target di atas 1 juz. Bagaimana mungkin Rama mencapainya, hampir semua keluarganya sibuk bekerja dan terus bekerja. Kalaupun ia tekun menghafal, siapa yang akan menjadi motivasi utama bagi dirinya, yang tekun ikut mendampinginya untuk mengasah kemampuan menghafalnya di rumah ? jika pun dia mendapatkan nilai bagus di hafalannya, tak akan ada seorang pun yang memberi apresiasi walaupun sekedar kalimat "Rama, Kamu hebat."Â
dan akhirnya, tiba lah di mana hari pembagian rapot sekaligus wisuda terselenggarakan.Â
para siswa datang dengan penuh bahagia didampingi orang tuanya, kecuali Rama. setelah ia di antar ke sekolah oleh kakaknya, ia pun ditinggal dan akan menerima rapot tanpa orang tua, tanpa saudara. Sebelum acara wisuda dimulai, Rama terlihat ceria dengan senyum manis yang khas terukir di wajah polosnya. Canda tawa, riang gembira bersama teman-temannya.Â
beberapa lama kemudian, acara demi acara pun dimulai dan tiba lah saatnya, acara yang ditunggu-tunggu oleh para wisudawan untuk maju menerima piagam penghargaan dan dikalungkan  selempang merah di leher  bertuliskan nama wisudawan dan jumlah pencapaian  hafalan. sungguh pemandangan indah dan air mata bahagia terlihat jelas dari pelupuk mata para orang tua yang dengan bangganya menyaksikan putra-putrinya yang masih kelas 1 sekolah Dasar, sudah mampu menghafal lebih dari 1 juz Al-Qur'an.Â
Dari semua teman kelasnya, hanya Rama yang tidak maju. saat dia menyadari bahwa namanya tidak ada dalam daftar wisudawan, ia pun menjauh dan memilih bersembunyi di balik tembok tempat acara.Â
Di tempat persembunyiannya, ia menumpahkan segala kesedihan yang telah ia pendam sekian lama, ia membiarkan air matanya tumpah dan menangis sesenggukan tanpa suara. sungguh terlihat jelas di matanya, rasa sedih dan kecewa. tetapi, rasa itu entah ditujukan kepada siapa. ia seperti ketakutan dan tidak berani menatap orang lain yang datang membujuknya. hingga akhirnya, seseorang pergi menemui kepala sekolahnya. Sang kepala sekolah pun langsung mencari Rama dan memeluk anak tersebut sambil membujuk dengan lembut dan penuh kasih sayang. akhirnya, Rama pun luluh di gendongan sang kepala sekolah.Â