Namun, entah apa yang terjadi, tiba-tiba Cumil jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Comel yang mengetahui saudaranya mati, mulai terlihat gelisah dan lesu. Dia sepertinya kehilangan nafsu makan dan minum, sehingga kami harus paksa memberikan susu dan vitamin dengan menggunakan spet  kecil. Ini juga saran dari dokter hewan yang sempat kuhubungi. Kian hari kondisinya makin lemah, badannya kurus. Suaranya juga sudah sangat jarang terdengar. Hingga akhirnya tepatnya tadi malam, dia tiba-tiba menghilang. Aku panik dan terus mencarinya. Pukul 02.00 dini hari, aku masih terbangun dan buliran kristal itu menetes. Aku sangat khawatir akan keadaan COMEL. Aku khawatir dia kedinginan di luar sana, segala kemungkinan terjadi terbayang di benakku.Â
Tadi pagi sekitar pukul 7, aku dan anak-anak mencarinya di kamarku. Ada firasat sejak semalam ingin mencarinya di bawah spring bed tempat tidurku, karena tadi malam dia selalu berusaha masuk ke dalam sana, tapi aku menariknya kembali ke tempat tidurnya.Â
Dan .... Firasat itu benarÂ
Tadi pagi, aku mencarinya di bawa spring bed itu, betapa terkejutnya aku melihat COMEL sudah tegeletak tak bernyawa. Air mata ini tumpah, aku tidak malu lagi menangis sesenggukan di hadapan suami dan anakku. Aku langsung mengangkatnya dan membungkusnya dengan sebuah hijab berwarna biru berukuran sedang dan itu lah menjadi pakaian terakhir untuk COMEL, si kucing ajaib.Â
Kubur mereka berdua berderet saling berdampingan tepat di samping kamarku.Â
Aku menulis diary ini, dengan perasaan kehilangan yang amat sangat. Saat sarapan pun, air mata ini masih sempat  tertumpah.Â
Susu formula dan makanan kucing masih tersimpan dengan rapi. Semoga besok, Allah kirim kucing lucu dan baik seperti COMEL.Â
Saat ini, hanya ada GEMBUL yang sudah mulai lincah menghabiskan makanan.Â
Pesan untuk kita semua !Â
Jangan pernah memisahkan anak ku ing dari ibunya.Â
Jangan membuang anak kucing yang masih menyusu.Â