Mohon tunggu...
Pena Herawati
Pena Herawati Mohon Tunggu... Guru - One Day, One Writing .

Suka berbagi manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Makam Keramat dan Birunya Laut

25 April 2023   16:53 Diperbarui: 25 April 2023   19:08 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Mangku Makam Keramat Sugian/Dokpri

Pasca tragedi pembunuhan di pinggir pantai, masyarakat Desa Sugian dikejutkan dan diherankan  oleh turunnya hujan selama 9 hari 9 malam berturut-turut  tanpa henti. Turunnya hujan menyisakan tanda tanya, apakah gerangan yang telah terjadi ataukah bencana apa yang akan terjadi ?

Setelah hujan yang berlangsung selama 9 hari 9 malam itu, salah seorang warga desa Sugian, yang tiada lain adalah nenek moyangnya Wak Her (Sang Mangku Makam Keramat saat ini ) hendak menjala ikan. Saat itu, ia mencium bau harum di sekitar pantai kemudian mencari sumber bau wangi  tersebut. Di tengah pencariannya, ia dikejutkan oleh sosok jasad yang sudah meninggal sedang dikelilingi beberapa ekor buaya putih. Ternyata, sumber bau harum tersebut adalah berasal dari sana. Di tempat tersebut masih berupa hutan dan dikelilingi banyak semak belukar.

 Melihat jasad dikelilingi buaya-buaya putih, sang penemu jasad  tersebut meminta semua buaya itu pergi meninggalkan jasad Syekh Ismail supaya dia bisa memakamkam beliau. Semua buaya putih itu pun pergi dan Syekh Ismail di makamkan di sana, dipinggir pantai tempat jasad beliau ditemukan.

Inilah kisah sang Waliyullah, Syekh Ismail Al-Batawi yang dimakamkan di Makam Keramat Sugian. Hingga kini, masih banyak peziarah yang berdatangan ke sana, berdoa dan bertawajjuh kepada Allah berwashilah dengan Syekh Ismail Al-Batawi.

Dulu, sebelum menggunakan batu nisan seperti yang digunakan sekarang ini, makam beliau menggunakan batu nisan dari puing perahu dari pemilik perahu yang membunuh beliau. Beberapa lama kemudian, datang enam orang mencuri nisan dari puing perahu tersebut untuk tujuan tertentu. Setelah mereka berhasil mencabut nisan kayu tersebut, di tengah perjalanan pulang dari makam, keenam pencuri itu pun mati. Lagi-lagi Allah menunjukkan karomah sang wali.

Sebagai tradisi, ketika para peziarah datang ke makam keramat Sugian, mereka membawa pisang mentah yang dibakar untuk dimakan sebagai tapak tilas dari perjalanan sang wali. Selain itu, membawa kelapa muda untuk di minum. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun