Mohon tunggu...
Pena Herawati
Pena Herawati Mohon Tunggu... Guru - One Day, One Writing .

Suka berbagi manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Habis Gelap Terbitlah Terang". Hari Kartini di Penghujung Ramadhan

21 April 2023   23:28 Diperbarui: 21 April 2023   23:32 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu'alaikum Para Sahabat Reader ...

Pada tahun 2023 ini, hari kartini jatuh pada hari Jumat, 21 April 2023 bertepatan dengan 30 Ramadhan 1444 H. Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat atau lebih dikenal dengan Raden Ajeng Kartini atau R.A Kartini ditetapkan sebagai pahlawan kemerdekaan Indonesia dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia No 108 Tahun 1964, pada tanggal 2 Mei 1964. Saat itu juga,  Presiden Soekarno menetapkan hari lahir Kartini, yaitu  21 April, sebagai Hari Kartini yang diperingati hingga masyarakat Indonesia hingga saat ini. Raden Ajeng Kartini adalah salah satu penggagas kesetaraan atau emansipasi wanita di Indonesia. Hari Kartini diperingati sebagai wujud penghormatan dan penghargaan tehadap perjuangan beliau, terutama dalam memajukan kehidupan Wanita Indonesia

Raden Ajeng Kartini lahir  pada tanggal 21 April 1879 di Kota Jepara, Jawa Tengah.  Dia adalah putri  seorang bangsawan bernama Raden Mas Sosroningrad, yang menikah dengan seorang wanita desa, Mas Ajeng Gashira. Pada tahun 1885, Kartini bersekolah di European Laguerre School (ELS),  sederajat Sekolah Dasar (SD). Bahasa pengantar di ELS adalah bahasa Belanda, sehingga Kartini dapat  meningkatkan kemampuan bahasanya. Setelah menyelesaikan pendidikan di ELS, pendidikan Kartini cukup sampai di sana, tidak dapat melanjutkan pendidikannya karena ayahnya tidak setuju jika Kartini melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Ayah Kartini menginginkan supaya Kartini tinggal di rumah saja sebagai Wanita bangsawan dan mengikuti adat istiadat.  Tidak ada pilihan lain,  Kartini pun mengikuti keinginan sang ayah untuk tetap tinggal di rumah.  Kartini yang cerdas, tidak ingin berpangku tangan. Kartini yang suka membaca dan menulis, mengisi waktu dengan  mengumpulkan dan membaca buku pelajaran dan buku sains di taman rumah dan sering bertanya kepada ayahnya. Kartini tertarik dengan kemajuan pemikiran perempuan di Eropa (Belanda) yang saat itu masih menjajah Indonesia. Karena ketertarikan tersebut, muncul keinginan Kartini untuk memperbaiki kehidupan wanita Indonesia.  Karena bagi Kartini, seorang wanita tidak hanya harus berada di dapur, tetapi juga memiliki ilmu.

Berdasarkan keinginan tersebut, Kartini mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan menulis dan ilmu pengetahuan.  Di tengah kesibukan mengajar, Kartini tidak pernah berhenti membaca dan menyempatkan diri menulis surat kepada teman-teman Belandanya. Kartini juga sempat mengirim surat permohonan ke Mr. J.H. Abendanon,  supaya mendapatkan beasiswa belajar di Belanda.  Akan Tetapi, lag-lagi Kartini tidak dapat mengklaim beasiswa tersebut  karena dinikahkan oleh orang tuanya dengan Bupati Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat pada 12 November 1903. Setelah menikah, Kartini harus mengikuti suaminya ke daerah Lembang.  Setelah menikah, sang suami mendukung penuh keinginan Kartini mendirikan sekolah untuk para perempuan dengan tujuan supaya perempuan pribumi juga bisa mendapatkan dan belajar ilmu pengetahuan.  Kartini mendirikan sekolah putri di sebelah timur  gerbang kompleks Kantor Camat Lembang, yang sekarang digunakan sebagai gedung Pramuka. Setelah mimpinya terwujudnya, perjuangannya berhasil, sang pahlawan perempuan Raden Ajeng Kartini wafat dalam usia 25 tahun pada tanggal 17 September 1904 setelah empat hari melahirkan seorang putra yang bernama Soesalit Djojoadhiningrat pada tanggal 13 September 1904. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Pada tahun 1912, Yayasan Kartini mendirikan sekolah khusus wanita yang disebut 'Sekolah Kartini'.  Sekolah ini tersebar di beberapa daerah seperti Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun dan Cirebon.

Setelah R.A Kartini wafat, J.H. Abendanon yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda mengumpulkan surat-surat tersebut lalu dibukukan menggunakan bahasa Belanda  dan diberi judul Door Duisternis tot Licht yang artinya dari kegelapan menuju terang'. Buku tersebut diterbitkan pada tahun 1911.
Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkan buku versi terjemahan menggunakan Bahasa melayu yang berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran". Kemudian  pada tahun  1938,  dirilis buku  Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane, seorang sastrawan Pujangga Baru. Habis Gelap Terbitlah Terang adalah  sebuah buku karya Raden Ajeng Kartini yang  berisi kumpulan surat yang telah dikirim R.A Kartini kepada para sahabatnya di Eropa. Surat itu berisi pemikiran Kartini yang menjadi tonggak awal  emansipasi perempuan di Indonesia..Buku Habis Gelap Terbitlah Terang berisi 106 surat. Surat-surat tersebut menjelaskan pemikiran Kartini tentang berbagai hal, termasuk tradisi feodal yang menindas, kawin paksa dan poligami bagi perempuan  kelas atas Jawa, dan pentingnya pendidikan  anak perempuan. Kartini juga menuliskan keluh kesahnya, terutama  tentang budaya  Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Surat tersebut juga  mencerminkan pengalaman hidup Kartini sebagai putri seorang Bupati Jawa. Selain itu, Kartini juga menyumbangkan pemikirannya tentang bagaimana seharusnya peran perempuan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, sebuah gagasan yang kemudian menjadi titik tolak emansipasi Wanita.


Berikut adalah beberapa penggalan isi surat Kartini untuk para sahabatnya yang dikumpulkan dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang :

Surat Kartini untuk   Prof. Anton dan Nyonya, tanggal 4 Oktober 1902)

"Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita, bukan karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunatullah) sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun