Pensiun dengan Penuh Syukur

--Sebelum pensiun, hendaknya mempertimbangkan kemampuan financial Anda, karena saat tidak berpenghasilan lagi dari pekerjaan, sedikit banyak tetap harus mengeluarkan uang untuk beberapa keperluan. Tentunya sedapat mungkin sebagai orangtua, kita tidak mengharapkan anak-anak  atau pun kerabat lain untuk menanggung hidup kita. Kebebasan financial tetap harus dipikirkan. Sedapat mungkin, tingkat kehidupan Anda tidak berbeda jauh saat masih aktif, misalnya tetap bisa melakukan rekreasi / wisata, makan di luar rumah, dll.

--Carilah kegiatan-kegiatan produktif, walau pun belum tentu menghasilkan uang, untuk menunjang waktu luang Anda saat pensiun. Saat ini, saya mulai berkegiatan di lingkungan perumahan, serta melakukan kegiatan yang belum terlaksana seperti saat masih aktif, seperti membuat kompos dari sampah organik, mempraktekkan resep masakan / kue, dan tentu saja menulis di Kompasiana ini.

--Yang paling penting, siapkan mental  Anda, agar tidak mengalami post power syndrome, karena sebenarnya hal ini bisa di manage, contohnya mungkin Anda tidak memiliki supir lagi seperti saat masih bekerja, atau mobil Anda tidak sebagus seperti mobil yang diberikan perusahaan. Saat ini pun, saya tidak memiliki mobil dan banyak yang bertanya kepada saya, dan saya jawab bahwa daripada membeli mobil yang harganya ratusan juga, dengan biaya perawatan yang juga besar, lebih baik saya menggunakan dana tersebut untuk hal lain yang menurut saya lebih bermanfaat. Jadi, hanya Anda sendirilah yang bisa mengatasi post power syndrome ini.

Untuk itulah, sekarang saya bersyukur bahwa saya sudah pensiun, dengan sedapat mungkin tetap menjaga kesehatan, melakukan kegiatan sosial serta kegiatan lain yang saya sukai seperti  menulis, membaca, berwisata, dan juga agar bisa nyambung dengan yang muda-muda, tetap belajar bagaimana menggunakan gadget, walau pun tentunya tidak sepandai mereka. (Catatan : Banyak kawan seangkatan saya, yang malas belajar menggunakan gadget.)