Sebagai karyawan, kita pasti harus "hidup bersama" dengan bos di kantor, paling sedikit 8 jam lamanya. Idealnya bos dan asistennya harus bisa menjalin kerja sama yang baik sehingga melancarkan tugas masing-masing. Misalnya si bos maunya "A", si asisten juga "A", dan kalau pun ada yang tidak sepaham, bisa dibahas dan diputuskan bersama-sama.
Namun ada hal-hal yang mutlak menjadi keputusan bos, tanpa tanya-tanya ke asistennya. Saya yang pernah bekerja sebagai seorang sekretaris sering mengalami hal tsb.
Profesi seorang sekretaris adalah jabatan strategis, karena selalu dekat dengan bos dan sering menjadi orang pertama yang mengetahui jadwal bos. Waktu itu belum ada HP, dan segala telpon yang keluar dan masuk adalah melalui operator dan ditransfer ke sekretaris. Kadang juga, telpon langsung masuk direct line bos.
Saya biasanya selalu datang lebih awal dari bos, sampai suatu pagi, koq bos sudah datang dan lagi telpon. Bos saya bukan type bos yang mandiri, beliau tidak akan telpon sendiri, pasti minta saya ataupun operator. Namun saat itu yang ada baru office boy, terus tanpa ditanya si OB memberitahu saya bahwa tadi dia diminta bos telpon ke suatu hotel bintang 5 dan yang mengangkat perempuan ...
Kemudian saya sambung-sambungkan dengan kejadian sebelumnya di mana ada seorang perempuan yang ngakunya kerja di hotel, dan datang-datang membawa satu buket bunga untuk si bos. Waktu si bos tahu ada kiriman bunga tsb, dia cepat-cepat menaruhnya di meja saya. Lho koq? Pasti takut ketahuan si istri yang juga sekantor, karena memang itu perusahaan keluarga, dengan sebagian keluarga besar kerja di sana.
Suatu pagi, si istri datang ke meja saya dan membawa tagihan telpon rumah, menanyakan ke saya no telpon luar negeri yang tidak dikenalnya, dan saya diminta mengeceknya. Wah bagaimana caranya ya? Menanyakan ke bos saya, takut dia merah padam mukanya. Terus saya minta sekretaris kantor cabang di kota tsb untuk mengeceknya, dan ternyata, no telpon perempuan lain lagi yang ternyata adalah karyawati di cabang tsb...
Puncaknya adalah saat bos mau kunjungan bisnis ke Eropa, dan memberitahu saya, "Saya mau atur semuanya sendiri." Lho, biasanya kan saya yang mengatur... Oh ternyata, ada si bodyguard yang mengaturnya... Syukurlah, pekerjaan jadi berkurang...
Benar, kan, ada hal-hal yang diputuskan sendiri oleh si bos.
Menghadapi bos seperti ini, bagaimana saya bersikap ?
1.. pura-pura tidak tahu
2.. melindungi bos dari pertanyaan teman ataupun keluarganya sendiri
(Suatu saat, si bos dijemput oleh drivernya di bandara, tapi koq katanya tidak ada.. Kemudian si ayah datang ke meja saya, menanyakan tentang hal itu dan saya jawab "oh pesawatnya di cancel, Pak".. Untunglah beliau percaya ..(dan untunglah belum ada HP), walaupun sebelumnya bos saya telpon bahwa dia sudah di Jakarta.. Oh, jadi umpet-umpetan dengan si driver... Ah cerdas si bos saya ini)
3.. tidak pernah menyadarkan dia untuk meninggalkan pacar-pacarnya... Ini kan sudah masuk wilayah pribadi, walaupun dalam hati saya mengutuk perbuatan beliau ini.
4.. waktu saya dipindahtugaskan ke bagian lain (kata teman saya, karena saya sudah terlalu banyak tahu hehe..), saya memberitahukan hal ini ke pengganti saya, agar dia juga tahu. Kalau tidak, coba kalau si pacar telpon, dan di depan istrinya, dia menyebutkan siapa yang telpon.
Sebagai ucapan terima kasih atas "jasa baik" saya, saya diminta mengambil S-2 atas rekomendasi beliau, kalau tidak saya tidak di Manila sekarang...