Mohon tunggu...
ENNY Soepardjono
ENNY Soepardjono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang senior citizen yang mencintai hidup dan mencoba bersyukur atas kehidupan itu sendiri

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Alangkah Bagusnya Kalau Ada Wadah bagi Para Penulis di Surat Kabar

5 September 2014   20:07 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:31 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Bagi saya, menulis di media sosial adalah hal yang baru saya jalani bebeberapa bulan ini. Dengan menulis di medsos ini, saya merasakan banyak manfaatnya, antara lain : meningkatkan kemampuan menulis, mendapatkan banyak sahabat, memperoleh banyak informasi (Catatan : Bahkan informasinya sering lebih cepat dari sumber berita resmi lainnya), dll.

Saya sangat mengapresiasi kerja keras para Redaksi dan staff Admin K, yang dari menit ke menit harus membaca banyak sekali artikel, dan tentunya pekerjaan yang sangat melelahkan. Saya mengalami sendiri bahwa saya tidak sanggup membaca semua artikel karena lelah dan konsentrasi harus berganti-ganti dari topik yang satu ke satunya lagi. Salam hebat untuk mereka, walau pun dengan segala usaha maksimal mereka, kadang mendapat kritikan (saya pernah juga waktu artikel saya "hilang", hehe)..

Dari banyaknya artikel tsb, Admin dan timnya akan menetapkan apakah artikel tsb akan masuk  HL / Headlines, TA/Trending Articles, HL / Highlights atau HL / Hanya Lewat.. Itu sah-sah saja karena memang hak dan wewenang ada di tangan mereka.. Saya pribadi sangat berterima kasih bahwa artikel saya dimuat, dan syukur-syukur banyak dibaca oleh para sahabat.

Kalau boleh saya menyimpulkan bahwa sebenarnya banyak yang punya hobby menulis dengan hasil tulisan yang menarik dan  menarik sekali (saya belajar dari kawan bahwa semua makanan "enak" dan "enak sekali"). Saya terpikir, alangkah bagusnya kalau para penulis hebat ini diberi tempat di suratkabar, katakanlah KOMPAS, sebagai induk Kompasiana ini, atau yang lainnya.

Mengapa saya berpikir demikian ? Di Manila saya berlangganan suratkabar "Philippine Daily Inquirer" (PDI), selain untuk mengetahui berita-berita di negara ini, juga mengasah kemampuan bahasa Inggris saya. Kalau saya bandingkan dengan beberapa koran berbahasa Inggris yang lain, bahasa Inggris di PDI,  lebih susah.

Selain berita utama, ada beberapa kolom yang tidak pernah saya lewatkan. yaitu YOUNG BLOOD dan HIGH BLOOD.

YOUNG BLOOD merupakan kolom yang ditulis untuk penulis-penulis berusia di bawah 30 th, inilah motonya :

"We want to know what the young are thinking about. What are their thoughts on current issues ? We welcome contributions from the twentysomething and below (Sumber : PDI)

Hampir setiap hari ada artikel dari para penulis muda, dan topiknya macam-macam, seperti halnya di K ini.

Sedangkan HIGH BLOOD, tidak  muncul setiap hari, namun ada kontributor tetap yang menulis setiap hari Minggu. Topiknya juga macam-macam, dari pengalaman jalan-jalan, mengasuh anak / cucu, hobby, dll.

Alangkah bagusnya kalau koran sekelas KOMPAS atau yang lainnya, bisa menyediakan kolom tetap setiap hari untuk memuat artikel-artikel hasil saringan Redaksi dan tim Kompasiana ini. Tidak perlu meniru PDI, namun intinya ada kolom khusus setiap hari.

Menurut saya, ada beberapa manfaat positif, yaitu :

1.. Menulis di koran sekelas KOMPAS atau koran yang lainnya, punya kelas tersendiri. Sudah maklum bahwa tidak mudah untuk berhasil menembus KOMPAS atau koran yang lainnya. Ada rasa bangga tentunya kalau berhasil, dan keberhasilan ini akan memicu penulisnya atau pun penulis-penulis lain untuk mengikuti jejak keberhasilan tsb.

2.. Setahu saya menulis di medsos, tidak ada imbalan, namun berbeda kalau menulis di media seperti KOMPAS atau lainnya. (Catatan : Dulu sekali, saya pernah menulis artikel di suatu  majalah psikologi populer yang sekarang sudah tutup, dan beberapa kali dimuat dan mendapatkan imbalan... Senangnya melebihi menerima gaji bulanan, termasuk bagi teman-teman yang menerima traktiran saya).

3.. Setiap tahun bisa diadakan lomba bagi para penulis terbaik (Catatan : Setahu saya, hal ini dilakukan oleh PDI untuk para penulis di YOUNG BLOOD).

Demikian, sekelumit usulan agar menulis bisa dijadikan ajang kompetisi sehat, dan memberikan energi positif bagi yang lain untuk mengikuti dan menirunya. Bukankah, Indonesia termasuk negara yang "miskin" penulis ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun