Mohon tunggu...
ENNY Soepardjono
ENNY Soepardjono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang senior citizen yang mencintai hidup dan mencoba bersyukur atas kehidupan itu sendiri

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Untung Ada Pak Tjiptadinata

28 November 2014   14:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:38 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah Mas Cecep seperti ditulis oleh Bpk Tjiptadinata dengan judul “Kehilangan istri di Kompasianival”, membuat saya merenungkan kembali bahwa acapkali kita mengabaikan hal-hal yang nampaknya sepele namun sangat penting.

Inilah beberapa kisah yang pernah saya alami sendiri dan juga teman-teman saya yang lain :

++ Saya pernah ikut wisata ke Cina. Dalam suatu kesempatan, rombongan mengunjungi suatu tempat untuk menonton pertunjukan kesenian local. Tempatnya sangat luas dan banyak toko dan gedung-gedung pertunjukan yang letaknya terpisah-pisah. Pertunjukan dimulai senja hari, dan karena masih ada waktu, kami diijinkan untuk berbelanja. Begitu mendengar kata “berbelanja”, dengan sigapnya saya langsung masuk ke toko-toko souvenir di lokasi tersebut. Saat selesai berbelanja, dan akan keluar dari toko, saya kaget karena hari sudah gelap, dan saya tidak bisa menemukan kelompok saya. Selain itu, saya tidak bisa berbahasa Cina dan saya tidak tahu tempat pertunjukan berlangsung.

Saya tahu nomor telpon tour leader saya, namun tidak bisa saya hubungi, mungkin karena di luar jaringan atau di off-kan. Suasana gelap menambah kepanikan saya. Saya marah kepada diri sendiri, koq terpisah dari kelompok dan koq tidak mendengarkan penjelasan dengan baik saat tur leader menjelaskan lokasi tempat pertunjukannya, karena konsentrasi untuk berbelanja.

Akhirnya saya keliling-keliling sambil mencari-cari kelompok saya, dan untunglah bisa bertemu karena teman-teman saya berkumpul di tempat terang yang mudah terlihat.

++ Teman saya dari Indonesia pernah bekerja bareng saya di Manila, namun kemudian mengundurkan diri. Saat bekerja, dia mendapatkan kartu ijin kerja yang harus ditunjukkan saat di imigrasi Manila mau pun juga di Jakarta. (Catatan : Kalau di Manila, pemilik kartu ijin kerja memiliki loket khusus dan dikenakan biaya khusus pula. Kalau di Jakarta, pemilik kartu tidak harus memiliki tiket pesawat pp ke Jakarta atau kota lain di Indonesia).

Seharusnya kartu tersebut tetap harus dibawa untuk ditunjukkan ke imigrasi di Manila, namun atas anjuran HRD kantor, katanya tidak perlu karena dia tidak akan kembali bekerja di Manila. Jadilah dia berangkat tanpa kartu tersebut.

Ternyata HRD saya salah, dan akibatnya teman saya tidak diijinkan terbang dan harus mengurus / membereskan kartu tersebut. Keteledoran HRD saya mengakibatkan kerugian materi dan waktu.

++Ini kisah teman lain yang mengabaikan peraturan airlines dan menggampangkan urusan. Saat akan kembali ke Jakarta, dia membawa banyak barang, yang melebihi berat yang diijinkan. Menurut dia, “tidak apa, nanti bisa dibayar di tempat kalau ternyata lebih”.. Benar sekali, memang kita bisa membayar di tempat, namun apakah uang kita cukup ?..

Ternyata biaya kelebihan bagasi tersebut mahal sekali, dia kehabisan uang,dan menelpon saya dari bandara, yang cukup jauh dari lokasi kantor saya.. Dengan perhitungan waktu yang sudah mepet, akhirnya saya minta dia nitip saja ke orang-orang yang satu tujuan dan mau dititipi (kalau saya belum tentu mau dititipi oleh orang yang tidak dikenal, siapa tahu isinya barang terlarang). Untunglah berhasil mendapatkan teman baru yang mau dititipi sekedar untuk mengurangi barang-barangnya.

Dari kisah Mas Cecep, dia beruntung bertemu Pak Tjiptadinata yang baik hati dan bersedia menolong, sehingga tetap bisa bertemu istri tercinta dan semoga juga tidak ketinggalan kereta. Belum tentu kita selalu seberuntung Mas Cecep bertemu orang yang mau dan bersedia membantu.

Sebenarnya banyak sekali hal-hal yang sepele yang mestinya harus diperhatikan, namun kita abaikan, sehingga akibatnya  merugikan diri sendiri dan orang lain. Jadi siapa yang kudu hati-hati selain diri kita sendiri ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun