Mohon tunggu...
ENNY Soepardjono
ENNY Soepardjono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang senior citizen yang mencintai hidup dan mencoba bersyukur atas kehidupan itu sendiri

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Getuk dan Ongol-ongol di Bandara Changi, Singapore

27 Januari 2015   14:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:18 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_393568" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi getuk singkong. (TABLOID NAKITA/FERDIANSYAH)"][/caption]

Setiap kali bolak-balik Jakarta-Manila (PP), pesawat yang saya tumpangi selalu transit di Bandara Changi, Singapore. Biasanya saya meluangkan waktu agak lama di sana, karena pernah terjadi bahwa penerbangan berikutnya hanya terpaut kira-kira satu jam, dan saya agak panik karena luasnya bandara, dan harus mencari gate yang kadang berada di terminal lain. Walaupun pengunjung sangat dimudahkan saat harus pindah terminal namun kalau waktunya mepet, rada-rada merepotkan juga.

Bandara tersebut merupakan salah satu bandara terbaik di dunia, mudah mencari informasi tanpa harus bertanya, banyak restoran/café, tempat duduk yang nyaman, toko-toko yang selalu membuai pengunjung, dll.

Salah satu toko yang ada di sana adalah toko kue Bengawan Solo. Pastilah kita semua tahu bahwa lagu dengan judul tersebut diciptakan dan dinyanyikan oleh Alm. Gesang. Selain di Indonesia, lagu tersebut juga dikenal di Jepang, dan telah diterjemahkan ke berbagai bahasa.

Beberapa kali saya mampir ke Bengawan Solo tersebut, karena kue-kuenya Indonesia banget, seperti getuk singkong, ongol-ongol, klepon yang disebut ondeh-ondeh, serta kue kering seperti puteri salju, nastar, kastengels, dll dengan kemasan yang bagus.

Saat transit terakhir, saya membeli getuk dan ongol-ongol, dan mungkin ada yang heran mengapa koq membeli makanan tersebut saja harus di Singapore? Utamanya adalah karena ada rasa bangga bahwa kue tradisional Indonesia dijual di suatu toko di bandara luar negeri, selain saya pengin mencicipi rasa kue-kue tersebut dengan versi aslinya. Ternyata rasanya mendekati kue asli yang biasa saya santap.

Harganya? Lumayan mahal seperti tertera di struk:

Untuk 3 kue total S$ 2.90 / +/- Rp 27.000 (1 S$ = Rp 9.300)

Sedikit sejarah toko Bengawan Solo yang saya baca di website-nya, yaitu bahwa awalnya hanya usaharumahan yang dikelola oleh seorang ibu rumah tangga bernama Tjendri Anastasia, pada tahun 1979. Seperti halnya di negara maju yang lain, usaha rumahan pun harus memiliki ijin usaha, dan Ibu Tjendri pernah mendapat masalah saat usahanya diketahui tidak ada ijin yang sah. Namun nampaknya, si ibu ini tidak menyerah, dan memutuskan untuk tetap melanjutkan usahanya yang makin maju tersebut, dan bahkan bisa membuka toko pertamanya di daerah Marine Terrace. Di Changi, Bengawan Solo ada di Terminal 1, 2, dan 3.

Bagi yang berdomisili di Singapore, tentunya mengenal toko ini yang tersebar di banyak lokasi di Singapore.

Semoga kuliner Indonesia semakin dikenal di seluruh dunia, seperti halnya kuliner dari negara tetangga seperti Vietnam, Thailand, dll, yang sebenarnya dari segi rasa, mirip-mirip dengan kuliner Indonesia.

[caption id="attachment_348179" align="aligncenter" width="152" caption="Struk bon getuk + ongol-ongol / dok pribadi"]

14223179622146216495
14223179622146216495
[/caption]

[caption id="attachment_348180" align="aligncenter" width="252" caption="Getuk, ongol-ongol, kue lapis / dok pribadi"]

14223180262101016257
14223180262101016257
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun