Mohon tunggu...
Ernip
Ernip Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan Swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Terbiasa "Decluttering", Lebih Sadar Diri Saat Membeli dan Membawa Barang ke "Rumah"

8 Januari 2025   12:53 Diperbarui: 9 Januari 2025   12:29 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Decluttering (Sumber kolase foto: Freepik/kostikova dan Pexels/rodnae prod)

Awal tahun ini saya jalankan dengan rasa lega dan plong. Kami baru saja melakukan decluttering benda-benda yang ada di rumah. Berhubung kami memiliki libur panjang saat nataru, maka kesempatan ini kami gunakan untuk melakukan deep cleaning dan decluttering.

Decluttering adalah kegiatan yang dilakukan untuk memilah dan membuang benda-benda yang kita miliki. Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan dan menata kembali ruangan yang dilakukan dengan cara memilah barang yang kita miliki, apakah perlu kita simpan atau lepaskan saja.

Saat melakukan decluttering, maka kita akan berhadapan dengan pertanyaan, apakah benda ini masih bermanfaat? Jika tidak, maka benda tersebut disisihkan pada bagian barang yang akan dibuang. 

Jika ya, pertanyaan selanjutnya ialah seberapa sering barang ini akan digunakan lagi? Jika jawabannya ragu atau tidak sering, maka benda itu kemungkinan besar berpotensi harus berpindah tangan.

Kami menata rumah kembali dan mulai merapikan barang-barang dengan cara memilah. Proses pemilahan ini menghasilkan tiga kelompok barang yaitu barang tidak berguna, barang yang masih berguna tetapi tidak akan kami pakai dan barang yang berguna yang masih akan kami pakai.

Kegiatan decluttering ini kami lakukan secara bertahap. Tahap pertama merapikan kamar yang kami jadikan sebagai gudang alias tempat segala barang. Tahap kedua merapikan ruang tamu, dapur dan kamar mandi. Tahap ketiga, merapikan kamar.

Oke, mari kita mulai.

Tahap pertama, pembersihan gudang, tempat paling banyak barang. Tahapan paling mudah dan singkat. Banyak barang yang mudah saja kami keluarkan. Sampai saya yakin, pemulung tersenyum lebar melihat tumpukan kardus yang sudah terpilah terletak di dekat sampah rumah kami.

Tahap kedua, adalah pembersihan ruang tamu dan dapur. Ruangan ini tantangannya semakin besar. Ruangan ini berisi benda-benda yang menemani perjalanan keseharian kami. 

Ada pula peralatan dapur yang berasal dari kado pemberian orang terkasih, peralatan dapur yang kami beli sendiri, peralatan dapur yang sudah kami pakai lama, peralatan dapur yang belum juga dipakai sampai sekarang tetapi rasanya akan berguna suatu saat nanti.

Juga, ada banyak peralatan dapur yang sebenarnya masih layak pakai tetapi jarang sekali kami pakai. Ada banyak wadah kotak plastik, botol kaca bekas, sendok, saringan yang berkarat, dan peralatan dapur lain. Lalu, beberapa pernak-pernik di ruang tamu yang unik-unik dan masih bermanfaat namun tidak memiliki ruang yang cukup di sana.

Tahap ketiga, pembersihan kamar. Tempat ini terbilang memiliki barang paling sedikit dibandingkan kedua tahap tadi tetapi nyatanya kegiatan decluttering pada isi lemari belum kelar sampai sekarang.

Saya baru selesai dengan membersihkan bagian lain dan kotak skincare. Mengeliminasi wadah skincare yang sudah habis, skincare yang tergoda saya beli hanya karena tertarik sesaat tetapi tidak dipakai lagi sampai kedaluwarsa dan beberapa skincare yang ternyata tidak cocok pada saya.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Berat Di awal, Ringan Setelahnya

Kegiatan decluttering selain membutuhkan tenaga dan waktu yang banyak, perlu persiapan hati yang besar. Ada rasa berat di hati saat kita harus melepas barang yang menurut kita masih "berharga". Menganggap suatu saat benda itu mungkin akan terpakai suatu saat nanti. Well, buat kamu yang juga pernah melakukan decluttering mungkin juga mengalami perasaan yang sama.

Hal yang sama saya rasakan saat tiba pada lemari, beberapa pakaian yang saya miliki masih bagus dan layak pakai tetapi pakaian itu sangat jarang saya pakai. Pakaian yang seharusnya sering dipakai malah bertengger di sana hingga belasan bulan. 

Beberapa diantaranya sudah saya keluarkan sedangkan beberapa yang lain masih di sana karena saya sedang menimbang-nimbang untuk mengeluarkannya. Maybe it will be useful someday. 

Kegiatan decluttering memang memerlukan proses. Proses melepaskan itu saya lewati dengan cara memilah lalu menunggu waktu yang tepat untuk melepaskannya. Sehingga saya tidak akan memaksakan diri melepaskan barang "berharga" itu dalam sehari karena menurut saya perlu persiapan mental untuk melepaskannya.

Walaupun ada kalanya decluttering harus dilakukan dengan cara memaksakan diri melepaskan benda-benda yang menurut kita masih berharga. Jika rasa tidak rela selalu bertengger dalam diri.

Setelah merelakannya, seringkali barang yang kita anggap "berharga" itu akan kita lupakan. Saya justru menyadari bahwa ternyata semua baik-baik saja. Bahkan ada rasa plong setelah melepaskannya.

Lebih Mindfulness Setelah Melakukan Decluttering 

Terbiasa melakukan decluttering, menurut saya akan memunculkan rasa mindfulness dalam membeli sesuatu. Dua kebiasaan baik yang saya rasakan ialah saat membeli skincare dan pakaian. 

Produk kecantikan dan pakaian adalah benda yang paling banyak saya beli. Saya akui, saya yang paling banyak belanja dibandingkan suami. Dua benda ini sering saya beli namun berujung tidak cocok atau berakhir hanya sekali dua kali pakai saja.

Sekarang, pada saat tergoda mencoba skincare baru, saya bisa menahan diri untuk tidak membelinya sampai skincare saya yang masih ada habis dulu. Begitu juga dengan pakaian, saya lebih mengutamakan pakaian yang bisa saya pakai dalam jangka lama, berulang-ulang, serta cocok dalam beberapa kegiatan. 

Kadang saya memilih pakaian yang bisa dipakai ke tempat ibadah, ke tempat kerja, main bersama teman secara sekaligus. Selain itu, saya lebih memilih memerhatikan kualitas bahan yang akan saya beli dibandingkan brand dan trend saat ini.

Kesadaran baru pun muncul, jika benda yang saya gunakan ternyata tidak mencapai tujuannya, mengapa saya harus memiliki, menjaga, dan menyimpannya. 

Benda-benda itu untuk digunakan, bukan untuk disimpan dan ditumpuk. Jika iya, mungkin sebaiknya, lepaskan dan relakan saja.

Happy weekday!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun