Mohon tunggu...
Erni Pakpahan
Erni Pakpahan Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan Swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Home Artikel Utama

Decluttering, Saatnya Berani Melepas Hal Berharga bagi Diri

11 September 2022   13:38 Diperbarui: 11 September 2022   17:16 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi decluttering (Shutterstock/Andrey_Popov)

Halo, lama tidak berjumpa.

Sedang sibuk mencari kos baru yang affordable dan packing-packing barang. Tinggal selama enam tahun di bilangan Jakarta Selatan mepet ke Tangerang Selatan, akhirnya saya pindah. Jadilah beberapa waktu lalu saya mencari kos baru dan sekarang menulis artikel pendek ini dari kos baru saya.

Sudah lama ngekos dan sama sekali tidak pernah pindah, ternyata selama enam tahun ngekos, saya sudah banyak memiliki barang. 

Pakaian, buku, sepatu, koleksi pernak-pernik dan peralatan makanan, hingga kabel-kabel karena sudah berganti laptop, charger, hands free dan beberapa kali ganti ponsel.

Melihat isi ruangan saya, ada banyak pertimbangan tentang apa saja yang akan saya bawa dan mana yang akan saya tinggalkan. 

Belum lagi, saya harus menyesuaikan dengan kamar baru yang akan saya huni. Bila dibandingkan, ukurannya lebih kecil.

Ngomong-ngomong, tepat depan kamar saya ada taman dalam rumah yang nantinya akan saya jadikan tempat bercocok tanam. Tapi ternyata tanaman saya hancur dan membusuk di tempat baru karena derasnya hujan. Jadi mungkin untuk sementara, saya akan berhenti bertanam tipis-tipis. Musim hujan kemungkinan akan berlangsung sampai beberapa bulan ke depan.

Mau tidak mau, saya pun harus melakukan decluttering. Selama ini saya jarang sekali melakukan decluttering besar-besaran. 

Ddecluttering yang saya lakukan paling membuat kertas-kertas, brosur dan flyer serta alat-alat tulis yang sama sekali tidak berguna lagi. Hanya dua kali mengeluarkan pakaian yang tidak saya akan pakai lagi secara besar-besaran. Kadang, malah menumpuk kardus-kardus dan bekas bubble wrap berukuran besar habis belajan dengan pikiran siapa tahu nanti butuh.

Decluttering merupakan proses melepaskan atau mengurangi benda-benda yang kita miliki. Tujuannya untuk mengurangi beban. Entah itu beban ruang atau emosi. Dan sadar bahwa apa yang saya simpan kadang tuh kayak malah menambah kesemrawutan dalam ruangan saya. Cuma karena produk itu bagus saya rasa, jadi saya simpan saja bertahun-tahun lamanya.

Decluttering  (Sumber: tosupedia.com)
Decluttering  (Sumber: tosupedia.com)

Melihat semua barang yang saya punya, sering kali terpikir kayaknya semuanya harus dibawa saja deh. Soalnya masih berfungsi semua. 

Salah satu jebakan decluttering ialah pikiran "siapa tahu nanti butuh." Tak hanya dus packing itu saja, untuk beberapa hal lain seperti pakaian saya juga alami. Beberapa pakaian yang layak pakai menggantung tidak dipakai lebih dari dua tahun. Untung saja lemari kos waktu itu besar menampung pakaian saya.

Jebakan decluttering kedua "ini tuh punya momen berharga dalam hidup gua". Yang saya alami ialah beberapa barang seperti pernak-pernik memiliki momen tertentu. 

Waktu itu saya dan seorang teman ke Bandung, di sana saya membeli pernak-pernik. Beberapa pernak-pernik lain seperti goodie bag pada saat acara seperti kipas tangan, cangkir-cangkir, kotak ponsel lama, kotak foto, dan suvenir pernikahan.

Jebakan decluttering ketiga, aduh sayang bangat dibuang padahal udah dibeli pakai uang, ini masih bagus, loh! Iya sih tetapi bila akhirnya akan mempersempit ruang gerak, bukannya sebaiknya ditinggal saja saja. Toh juga kalau kebanyakan barang, ujung-ujungnya akan ditumpuk juga dalam dus.

Arrghhh, ternyata decluttering itu tidak mudah, apalagi jika benda itu berharga bagi kita. Proses decluttering harus membutuhkan kesadaran tingkat tinggi, bahwa apa yang berharga menurut saya belum tentu berguna bagi hidup saya ke depan.

Namun, mengingat space yang saya peroleh ukurannya lebih kecil, akhirnya saya coba melepaskan saja. Belum lagi selama ini beberapa barang yang saya punya seperti pakaian, ternyata sudah bertahun-tahun tidak saya gunakan, akhirnya beberapa saya lepas.

Sekarang saya sudah pindah di tempat baru. IYA, banyak hal-hal yang saya tinggalkan. Saya meninggalkan sepatu yang masih bagus, melepaskan beberapa pakaian yang saya suka, melepaskan beberapa pemberian orang kepada orang lain, membuang pakaian yang sering saya pakai karena sudah usang dan meninggalkan beberapa pernak-pernik.  

Bagaimana kabar saya sekarang setelah meninggalkan dan membuang beberapa hal itu? Jawabannya tidak terjadi apa-apa. Pikiran saya saja yang terkurung dalam jebakan decluttering di atas. 

Memang berat melepaskan hal-hal berharga dalam hidup. Namun, ternyata ketika melepas hal-hal yang menurut kita berharga itu, tidak ada yang berubah. Terasa biasa saja. Justru hidup saya akan merasa lebih ringan. Kalau saja, saya bawa semua barang yang 'berharga bagi saya', ujung-ujungnya saya akan kerepotan sendiri menyimpannya yang malah mengurangi ruang gerak saya.  

Jadi, saya teringat pada sebuah artikel yang saya pernah baca di Kompasiana ini, kalau mau decluttering coba bayangkan kamu akan pindah. Lalu, tanyakan pada diri sendiri, jika saya pindah barang-barang mana saja yang akan saya bawa?

Dari jawabannya kamu akan melihat hal-hal penting dan hal-hal tidak penting tapi kamu anggap masih berguna dalam hidupmu. Bisa juga melakukan metode Konmari yang sering diterapkan yaitu barang-barang yang memberikan "sparkling" saat kamu menyentuhnya.

Happy weekend!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun