Sejak era pandemi, tak dapat dipungkiri sebagian besar dari kita berbelanja daring. Layanan marketplace merupakan pilihan terbaik karena mengurangi interaksi dengan pihak lain.
Dalam beberapa hal, berbelanja daring memberi banyak kemudahan. Kita mudah memperoleh barang tanpa harus menuju tempat perbelanjaan, bisa belanja kapan saja tanpa mengganggu jam kerja (mengurus rumah tangga, kerja, Â kuliah, dsb), dan tentu saja menghemat biaya.
Saya juga pun melakukan hal sama. Sejak pandemi saya lebih sering menggunakan marketplace untuk berbelanja kebutuhan pribadi saya. Mulai dari keperluan dapur hingga kebutuhan umum lainnya seperti skincare, pakaian rumah dan barang elektronik.
Ada sesuatu yang menarik tentang belanja online. Tak jarang paket yang saya terima dibungkus dengan kemasan yang terlalu berlebihan.Â
Saya ingat waktu itu ketika membeli online kemasan dibungkus dengan menggunakan kardus, buble wrap dan plastik sekaligus. Padahal produk pesanan saya tidak apa-apa tanpa buble wrap.
Ada lagi paket yang datang di mana ukuran kemasannya sangat besar padahal isinya hanya botol plastik ukuran di bawah 100 ml.Â
Menurut saya hal tersebut berlebihan karena hal terpenting ialah produk tiba di tangan dengan kondisi baik.
Bergesernya Penilaian Kemasan dari ProdukÂ
Suatu kali, ketika saya berselancar di salah satu marketplace langganan saya, ada satu ulasan yang cukup menggelitik hati. Pembeli yang mengulas ini mengeluhkan kemasannya yang lecek. Saya mengartikan ulasan itu bahwa produknya dalam kondisi baik. Kemasannya saja yang lecek.
Komentar seperti kemasan lecek tanpa adanya indikasi produk rusak beberapa kali hadir di antara ulasan pembeli lainnya. Membuat saya bertanya-tanya, bukankah pembeli seharusnya tidak mengeluhkan kemasan lecek jika produk datang dalam kondisi baik?