Mohon tunggu...
Erni Pakpahan
Erni Pakpahan Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan Swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pengalaman Periksa Mata dan Scaling Gigi Menggunakan BPJS

26 Juni 2021   19:13 Diperbarui: 27 Juni 2021   17:56 3493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kantor BPJS Kesehatan Pamekasan ramai dikunjungi warga. BPJS Kesehatan diklaim memiliki utang ke RSUD Pamekasan sebesar Rp 8 miliar. (KOMPAS.com/TAUFIQURRAHMAN)

Saya peserta BPJS namun sebelumnya tidak pernah menggunakan BPJS. BPJS yang saya gunakan diurus oleh tempat saya bekerja. 

Selama ini, saya hanya mendengar cerita tentang pengalaman menggunakan BPJS. Ada banyak cerita tentang menggunakan BPJS yang saya dengar baik positif ataupun sebaliknya.

Salah satu cerita positif tentang BPJS, yaitu saat teman saya operasi polip menggunakan BPJS. Dia merasa sangat tertolong dengan adanya BPJS.

Sampai suatu saat saya mengalami masalah di mata saya. Ada benjolan di mata sebelah kanan saya. Jika saya lama-lama menatap layar maka mata itu akan memerah dan terasa gatal atau perih.

Jadilah saya mencari-cari informasi tentang cara menggunakan BPJS. Sesuai informasi yang saya peroleh, sebelum mendatangi rumah sakit (RS) maka saya terlebih dahulu ke faskes tingkat I. 

Hal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi mata saya. Dari faskes tersebutlah nanti saya akan ketahui apakah cukup periksa di faskes tingkat I atau harus merujuk ke RS.

Kecuali dalam keadaan darurat barulah saya boleh langsung menuju RS tanpa harus mendapat rujukan dari faskes terlebih dahulu.

Masih berbekal informasi tersebut, saya mendatangi faskes tingkat I dengan membawa kartu BPJS, fotokopy KTP, dan kartu KK. 

Saya pun langsung menuju resepsionis. Tetapi di sana, yang diminta ialah kartu BPJS dan KTP (seingat saya). 

Lalu saya diminta menunggu di depan salah satu ruangan. Ruangan tempat faskes yang saya datangi terlihat bersih dan nyaman.

Di sana ada dua orang petugas yang memanggil nama dan memeriksa tensi dan mengukur berat badan. 

Setelah berat badan dan tensi saya diukur, barulah saya diarahkan menuju ruangan dokter.

Dokter di dalam ruangan mempersilahkan saya duduk lalu bertanya tentang keluhan yang saya alami serta memeriksa mata saya.

Menurut beliau tidak ada masalah dengan mata saya. "Benda ajaib" itu hanya daging tumbuh dan tidak berbahaya. 

Kalau di dunia kedokteran disebut dengan pterigium. Dia pun bertanya kondisi pekerjaan saya.

Beliau menjelaskan pterigium tersebut muncul untuk orang yang banyak melakukan aktivitas di luar ruangan, biasanya karena cahaya yang banyak masuk ke mata dan debu.

Namun untuk memastikan, akhirnya Dokter memberi saya surat rujukan ke RS agar pihak RS memeriksanya lebih lanjut.

Kartu BPJS (Sumber: Indonesia.go.id via nova.grid.id)
Kartu BPJS (Sumber: Indonesia.go.id via nova.grid.id)
Saya meminta rujukan ke RS terdekat dengan tempat tinggal saya. 

Sayangnya karena sudah penuh, dokter memberi rujukan ke tempat yang dia berikan sebelumnya. Tidak apa-apa karena RS tersebut lebih dekat dengan tempat saya bekerja.

Setelah mendapat rujukan ke rumah sakit, esoknya saya ke rumah sakit dengan membawa surat rujukan, fotokopy KTP dan kartu BPJS.

Setiba di rumah sakit, saya tidak langsung diperiksa tetapi harus buat janji terlebih dahulu. 

Saya pun menyesuaikan waktu dengan jadwal dengan dokter dan kembali beberapa hari kemudian sesuai jadwal tersebut.

Cukup lama saya menunggu antrian, ada banyak orang tua yang berobat hanya saya yang paling muda. Malu sendiri. Ckck. Hanya sayakah anak muda yang sakit atau mereka gak pakai BPJS?

Sambil menunggu dokter datang, suster memanggill nama kami untuk diperiksa, nama saya akhirnya terdengar. Suster bertanya tentang keluhan yang saya alami. 

Menurut suster, "benda ajaib" di mata saya bukanlah masalah besar. Benjolan itu bukan benjolan berbahaya, ada banyak orang mengalami hal yang sama. 

Saya pun bertanya lagi apakah itu akan hilang. Sayangnya, dia menjelaskan benda ajaib itu akan tetap di sana. 

Beberapa orang melakukan operasi pengangkatan untuk alasan estetika tetapi bisa jadi tumbuh lagi. Tapi dia mengingatkan, nanti lihat saja apa kata dokter.

Dia lanjut memeriksa mata saya dengan peralatan yang dia punya. Alat itu saya tahu adalah alat untuk mengukur minus, plus, silindris mata. 

Saya pernah menemani teman memeriksa matanya di optik salah satu mall. Dia bertanya angka dan huruf yang tertera di depan papan tulis di dinding.

Setelah selesai saya diminta menunggu giliran diperiksa oleh dokter. Tibalah giliran saya ke meja dokter. Dia memeriksa mata saya dengan peralatannya. 

Saya tidak bertanya dengan dokter tersebut. Apa alasan, barusan ada seorang ibu yang bertanya banyak pada dokter. Pada akhirnya dokter mengatakan, nanti lihat hasil pemeriksaan saja ya bu.

Jadilah saya mengurungkan niat bertanya langsung pada dokter tentang masalah mata kanan saya.

Jadi setelah diperiksa, saya menerima selembar kertas dari dokter yang harus diserahkan ke salah satu loket. Di sanalah saya bertanya apa hasil diagnosa dari dokter tersebut.

Petugas di loket tersebut melihat kertas yang saya serahkan. Menurut beliau mata kiri saya silindris dan saya harus menggunakan kacamata. 

Dia menjelaskan lagi jadwal agar mengambil surat keterangan untuk digunakan ke optik mitra RS tersebut. Surat keterangan tersebut kemudian saya ambil beberapa hari kemudian.

Memang beberapa waktu terakhir, saat saya melihat layar komputer ada bayangan yang agak mengganggu. 

Saya pikir mata saya mungkin minus atau mungkin karena "benda ajaib" di mata sebelah kanan saya yang membuat mata saya agak kabur.

Jadi? Menurut hasil pemeriksaan mata kiri saya-lah yang bermasalah.

Pada akhirnya saya datang lagi menjemput surat keterangan dari R dan membawa surat tersebut ke optik. 

Belum ada rencana mencari tahu informasi lagi tentang mata saya. Sebab mereka mengatakan "benda ajaib" itu tidak membahayakan.

Teman saya yang berprofesi sebagai dokter juga mengatakan hal yang sama. Ketika saya kembali dari klinik, saya mengirim pesan padanya. 

Mengirimkan foto mata kanan saya dan teman saya menjelaskan bahwa itu tidak berbahaya. Hanya perlu dihindari pemicunya seperti debu dan cahaya yang terlalu banyak.

Dengan berat hati, saya pun pakai kacamata silindris dengan tambahan antiradiasi. 

Mengenai biaya, saya hanya membayar untuk tambahan antiradiasi di kacamata saya. 

Sampai sekarang "benda ajaib" di mata saya masih ada, muncul kalau saya kelamaan menatap layar atau jika sabun masuk saat mencuci muka.

Lain cerita pada saat periksa gigi. BPJS menangani scaling gigi maksimal 1 kali setahun. 

Berhubung saya sudah lama tidak scaling gigi, jadi saya mencoba menggunakan BPJS untuk scaling gigi di mana sebelumnya saya scaling menggunakan asuransi swasta.

Ketika saya ke sana, resepsionis mengabari kalau alat untuk scaling gigi sedang dalam perbaikan. Saya berhasil scaling gigi setelah kunjungan yang ketiga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun