Mohon tunggu...
Erni Pakpahan
Erni Pakpahan Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan Swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Setop "Catcalling", Hanya Pengecut yang Beraninya Saat Ramai-Ramai!

18 Juni 2021   12:24 Diperbarui: 18 Juni 2021   12:41 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya lupa kapan terakhir mendengar catcalling di jalan yang saya sering lewati. Kalau tidak salah bisa dikatakan dalam dua tahun belakangan. Mungkin mereka lelah setiap wanita yang mereka suit-suitin tidak menanggapi catcalling mereka atau mungkin mereka sudah tidak disitu lagi atau ada sesuatu hal yang membuat mereka jera.

Atau mereka sadar bahwa itu merupakan pelanggaran yang tidak pantas dilakukan alias pelecehan seksual. Mungkin mereka sudah mendapat edukasi tentang perlindungan anak dan perempuan. Terutama mengetahui bahwa catcalling merupakan pelecehan seksual.

Jalanan itu memang tergolong sepi dan teduh. Apalagi untuk kami yang kerap jalan kaki menuju jalan raya. Disana, sekelompok laki-laki suka duduk-duduk, berteduh atau menunggu penumpang.

Kali pertama saya mendengar catcalling alias suit-suitan dari antara mereka, saya cuekin saja. Sampai kemudian itu terjadi beberapa kali. Jadi, setiap melewati jalanan itu, jika ada sekelompok pria sedang ngumpul disana, saya pun langsung kecut.

Kenapalah ada manusia-manusia ini ada disitu. Terpaksa, saya melanjutkan perjalanan saya yang hampir diujung jalan. Saat melewati mereka rasanya jarak jalan bertambah jadi tiga kali lipat. Saya lewat... terdengarlah suit-suitan kosong itu.

Suka sedih sekaligus geram kalau ada laki-laki tak dikenal suit-suitin alias melakukan catcalling saat melewati jalan. Orang kek gini emang kurang kerjaan sekali! Padahal, tidak juga menoleh cari perhatian mereka. Hanya jalan biasa. Pakaian juga tidak aneh-aneh, ada saja catcalling.

Beberapa kali crosscheck tentang pakaian yang saya kenakan dan gaya berjalan saya, rasanya biasa saja. Pakaian yang saya kenakan juga hanyalah mode pakaian kerja. Baju berkerah atau berkurung di bawah leher dengan celana panjang.

Biasanya pakain saya kemeja lengan panjang atau baju kurung dengan menutupi lengan beberapa sentimer dari siku. Baju yang saya padukan dengan jeans dan itu tidak transparan dan tidak ketat. Engga juga menggunakan pakaian yang jreng atau menarik perhatian. Ya engga mungkinlah karna pakaian kek gini aja. Elus dada dah. Cuma jalan gitu doang.

Menurut saya, mereka yang duduk-duduk di situ seharusnya tidak melakukan hal seperti itu. Jalanan itu merupakan jalan umum. Mereka tidak berhak mengganggu saya dan siapapun.

Dalam hati kadang bertanya, apa mereka tidak tahu kalau catcalling itu pelecehan seksual. Lagian, kalau mereka tidak tahu, apa gunanya melakukan hal seperti itu.

Sedihnya itu, mereka adalah laki-laki dewasa. Bukankah seharusnya mereka tidak mengganggu kenyamanan orang lain?

Bertambah pula, ketika saya melihat dari jauh, beberapa di antara mereka adalah sekelompok laki-laki berseragam dimana saya sering menggunakan jasa mereka. 

Suatu saat, saat saya sedang memesan ojek online, saya berbicara dengan driver yang membawa saya. Menanyakan tempat dia sering nongkrong menunggu pesanan. Apa dia juga pernah nongkrong di pinggir jalan tempat saya sering mendengar catcalling.

Mendengar si bapak ini ternyata sering nongkrong disana. Saya pun mengutarakan kekesalan saya pada sekelompok orang yang beberapa diantara mereka mengenakan seragam yang sama dengannya. Kalau mereka suka melakukan catcalling saat saya melewati jalanan itu.

Saya tidak tahu siapa di antara mereka yang suka iseng melakukan catcalling ketika saya melewati jalan itu. Mereka ada banyak. Ogah juga menoleh ke arah mereka.

Saya melanjutkan, sangat disayangkan mereka melakukan catcalling. Tidak pantas melakukan catcalling kepada orang lain apalagi orang yang tidak dikenal. Catcalling termasuk bentuk pelecehan seksual loh pak, kata saya menambahkan. Tidak peduli deh dia merasa gak nyaman bahas pelecehan seksual dengannya.

Paling membuat kesal itu, catcalling hanya terdengar saat mereka ada disana rame-rame.

Saat saya melewati jalanan itu, jika hanya ada satu dua laki-laki sedang disana, sama sekali tidak ada suit-suitan. Suit-suitan yang sangat saya tunggu-tunggu. Sayangnya tidak ada.

Si bapak menanggapi memang ada saja orang yang suka iseng-iseng ya, meredakan amarah saya.

Dalam beberapa hari terakhir catcalling itu tidak ada lagi. Hanya ada satu dua pertanyaan yang mereka sampaikan.
"naik gojek, neng?"
"mau diantarin, mba?"

Pertanyaan seperti itu lebih etis. Saya anggap mereka menawarkan ojek saja.

Catcalling di jalan yang saya ceritakan sudah berlalu, sudah lama tidak ada lagi, saya merasa lebih nyaman melaluinya dan kurasa semakin aman saja.

Tapiii...

Kemarin pagi ketika saya hendak kerja, saat melewati sebuah rumah yang tak jauh dari tempat saya tinggal, saya mendengar catcalling. Catcalling dari salah satu pria di antara berempat atau bertiga pria.  Astaga, ingin rasanya mengacungkan jari tengah ke arah mereka. Hanya, tidak ada gunanya membalas tindakan kosong seperti itu.

Lagi-lagi, kirain sudah pada punah.

Benarkan, mereka kan beraninya kalau rame-rame!

Dapat saya simpulkan, laki-laki yang melakukan catcalling adalah laki-laki pengecut. Bisanya lempar batu sembunyi tangan. Beraninya saat rame-rame saja! Kalau sendiri saat bertemu di jalanan, diam seperti kaki seribu.

Heran sekali.

Padahal, sudah sepatutnya setiap orang saling menghargai. Kenal ataupun tidak kenal. Tidak mengganggu kenyamanan orang lain, apalagi tanpa sebab. Hanya karena perempuan dianggap lemah, laki-laki tidak boleh malah memanfaatkan hal tersebut untuk mempermainkan perempuan.

Pada dasarnya kita semua adalah manusia. Sederajat! Bedanya ada laki-laki dan perempuan dengan peran masing-masing. Kita berbeda tetapi saling melengkapi satu sama lain.

Dan berhubung catcalling itu sellau berasal dari laki-laki, please-lah berhenti melakukan itu. Dan ajak temanmu yang lain berhenti melakukan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun