Mohon tunggu...
Erni Pakpahan
Erni Pakpahan Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan Swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jalani Gaya Hidup Minimalis, Kamu Gak Harus Naik Angkot, Kok!

23 April 2021   22:18 Diperbarui: 23 April 2021   23:07 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya saya ingin mengganti kata dalam judul "minimalis" menjadi "sustainable". Cuma, menurut prediksi saya, lebih banyak orang yang familiar dengan kata minimalis dibandingkan kata sustainable. Sustainable dalam bahasa Indonesia diartikan menjadi berkelanjutan.

Berkelanjutan kalau disimpulkan dalam bahasa sederhana artinya menjalankan atau memiliki hidup berkualitas tanpa mengorbankan kehidupan anak cucu ke depannya.

Gaya hidup minimalis dan berkelanjutan rasa-rasanya mirip-miriplah, kan. Ada banyak alasan dan tujuan menerapkan gaya hidup seperti ini. Ingin mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan pada lingkungan dengan cara menerapkan hal-hal yang memberi kontribusi positif terhadap lingkungan, ingin mencapai tujuan keuangan, memperbaiki pola hidup yang suram seperti hidup terlalu konsumtif dan lain sebagainya.

Pada dasarnya kedua gaya hidup ini tujuannya untuk membuat hidup lebih baik. Biasanya seseorang yang menerapkan gaya hidup ini, memiliki pengendalian diri yang cukup kuat. Mereka bisa membedakan dengan jelas antara kebutuhan dan keingingan. Dan mereka adalah orang yang "stick to the plan."

Trus, apa hubungannya dengan naik angkot?

Jadi ceritanya, dalam perjalanan saya bersama seorang teman, dia bertanya mengapa saya naik angkot dan apa saya tidak berencana membeli kendaraan pribadi?

Salah satu jawaban yang saya berikan ialah "tidak ada SIM". Lebih tepatnya tidak ada uang, sih! Hahaa.

Tapi karena kami punya banyak waktu dan saya rasa dia orang yang mau mendengarkan alasan saya, akhirnya saya jelaskan juga. Membuat saya terpikir beberapa tahun sebelumnya.

Sebelum tahun 2017 akhir, saya pernah terpikir, sepertinya lebih baik menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan transportasi umum, terutama ke tempat kerja. Mengingat waktu itu jalanan sangat maceet. Saya juga akan lebih mobile jika hendak pergi kemana-mana.

Namun, mendekati akhir tahun tersebut, pikiran saya semakin berubah. Secercah harapan muncul. Pada saat itu pemerintah menyediakan angkot Mikrotrans Jak Lingko. Angkot yang berintegrasi dengan bus TransJakarta.

Pelayanan angkot yang sekarang disebut dengan Mikrotrans Jak Lingko terasa sangat berbeda dengan angkot konvensional. Beberapa perbedaan yang paling mencolok misalnya angkot Jak Lingko jalan terus tidak seperti angkutan konvensional yang ngetem hingga bermenit-menit. Sejak saat itu saya pun bisa memperkirakan waktu berangkat dan pulang ke tempat kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun