Mohon tunggu...
Erni Pakpahan
Erni Pakpahan Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan Swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film "27 Steps of May"

12 Mei 2019   01:13 Diperbarui: 12 Mei 2019   01:57 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika perlakuan kekerasan terjadi, bagaimana kehidupan korban setelahnya? Seringkali cerita setelah kejadian hanya dia dan orang-orang terdekatnya yang tahu.

Film '27 Steps of May' memberikan gambaran kisah seorang penyintas yang pernah mengalami kekerasan seksual di usia remajanya. Kisah berisi aktivitas keseharian sebuah keluarga antara ayah dan putri, seorang teman ayah, seorang pesulap serta ring tinju sebagai tempat pelampisan kemarahan ayah. Dengan suguhan sedikit dialog dan karakter kuat dari masing-masing aktor film berjudul '27 Steps of May' layaklah menjadi pilihan tontonan.

Sinopsis

Spoiler alert!

Diperankan oleh May (Raihannun), kehidupannya berubah total sejak kekerasan yang dialaminya terjadi di usia SMP. May mengurung diri di kamar hingga bertahun-tahun.

Tampaknya menarik diri dari kehidupan sosial merupakan pilihan paling aman. May tak harus menjawab semua pertanyaan dari sekitar atas pengalaman buruk yang tidak pernah dia harapkan. Minimal dia tidak terpapar dengan orang lain yang sama yang berpeluang menyakitinya dan menjadikannya sebagai korban lagi.

Tidak... tidak... dia bungkam karena dia tidak bisa menceritakan kekerasan yang dialaminya dengan kata-kata, dengan mulutnya sendiri. Diam karena dia merasa tidak ada orang yang bisa menolongnya---walaupun ayahnya (Lukman Sardi) mencoba menolongnya.

May diam karena tidak ada yang bisa lagi yang dilakukan karena semuanya sudah direnggut dari dalam dirinya. Apapun yang dilakukan seakan tidak ada gunanya. May sudah kehilangan dirinya. Semakin kehilangan dirinya sampai delapan tahun melewati setiap waktunya di dalam kamar.

Delapan tahun yang panjang mengisi waktu dengan melihat dunia seluasnya tetapi May, wanita seorang penyintas hidup di dalam goanya. Hidup dengan melakukan kegiatan berulang setiap hari. Mengenakan baju yang sama warna, memita rambut dengan posisi yang sama, makan jenis yang sama, dan membuat pakaian boneka dengan model yang sama.

Delapan tahun yang panjang buat ayahnya mencoba mengerti tapi usahanya tidak pernah berhasil. Delapan tahun waktu yang panjang buat ayahnya memendam kemarahan terhadap dirinya karena tidak bisa melindungi May.

Segaris cahaya yang masuk melalui lobang kecil di dinding

Kerutinan dalam goanya mulai berubah sejak pancaran cahaya masuk melalui lubang kecil di dinding yang membatasi kamar May dengan ruangan di rumah sebelah. Cahaya itu awalnya membuat dia sangat terganggu. Trauma masa lalu membuat May menjadi seorang dengan kepribadian ODC (Obssesive Compulsive Disorder).

Namun lubang itulah juga yang membawa dia kembali ke dunia luar. Pada ruang di sebelah, May melihat seorang Pesulap (Ario Bayu) yang sedang asyik berlatih. Atraksi-atraksi yang dia buat menarik perhatian May hingga May berani mencoba hal-hal baru dan keluar dari kamarnya.

Melalui atraksi-atraksinya di ruangan sebelah yang dapat dilihat May melalui lubang kecil itu, Pesulap itu membangun kepercayaan May melalui perlakuannya. Sampai akhirnya dia merasa aman bertemu langsung dengan Pesulap itu hingga berani keluar dari rumahnya.

Pengalaman May sebagai penyintas kekerasan ialah satu wakil gambaran dari banyak akibat yang ditimbulkan. Seringkali penyintas kekerasan cenderung mendapatkan hasil lebih buruk, penolakan pada diri dan dunia luar.

Film yang tayang pada 27 April ini menggambarkan cara membawa May keluar dari dunianya yang kelam melalui atraksi-atraksi yang dapat menarik perhatiannya kembali ke dunia luar.

May hidup di ruang trauma. Trauma akibat kejadian membawa May pada penarikan diri dari kehidupan sosial. Bayang-bayang masa lalu menjadi ancaman bagi dirinya. Kepercayaan terhadap orang sekitar pupus seketika yang sebenarnya setiap orang mempunyai hak untuk merasa aman di lingkungan masyarakat.

Tidak mudah bagi Pesulap membangun kepercayaan May. Menariknya, Pesulap memperlakukan May sebagaimana dia wanita biasa yang layak diterima, didengarkan, dan dikenal. Sama seperti dia mengenalkan dirinya kepada May sebagai seorang sebagai manusia biasa yang tidak akan dengan sengaja menyakitinya. Sampai akhirnya May berani menceritakan pengalaman pahitnya.

Film ini tidak sepenuhnya melankolis, kehadiran Verdi Solaiman memberi bumbu-bumbu humoris yang membuat suasana berasa ceria.

Diam atas kekerasan yang pernah dialami bagi May kelihatannya menjadi pilihan yang terlihat lebih baik tetapi penerimaan ialah cara terbaik yang bisa dilakukan dunia bagi May. Disutradarai oleh Ravi Bharwani, film berjudul 27 Steps of May berhasil mendapat beberapa penghargaan Festival Film Internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun