Mohon tunggu...
Erni Pakpahan
Erni Pakpahan Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan Swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ada Pertunjukan Air Mancur Menari Menarik di Lapangan Banteng

16 November 2018   18:15 Diperbarui: 16 November 2018   18:22 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lapangan Banteng," tulis saya via chat.

Pada Juli 2018 Lapangan Banteng diresmikan oleh Gubernur Jakarta. Revitalisasi Lapangan dilakukan oleh arsitek yang dijuluki sebagai "Pendekar Arsitektur Negara". Bagi yang sudah pernah berkunjung sebelumnya pasti bisa merasakan perbedaan. Apakah lebih baik atau tidak.

Baru diresmikan, belum pernah juga kesana, lokasi ini pilihan tempat tujuan yang paling mencolok di benak mengisi akhir minggu. Awalnya bukan itu sebenarnya tujuan utama. Melainkan bersua dan bicara spontanitas dengan teman. Kita sepakat pilih tempat yang kalau bisa belum pernah disambangi.

Hari minggu lalu jadilah kita ke Lapangan Banteng. Bertemu di salah satu halte busway menuju Harmoni. Darisana transit naik TransJakarta menuju halte Pasarbaru. Singgah sebentar makan di Pasar Baru, setelah itu berjalan kaki ke Lapangan Banteng.

Untuk yang suka berjalan kaki, dari halte busway Pasar baru atau halte Juanda, tempat ini mudah dijangkau dengan berjalan kaki. Dari Pasar Baru, area pejalan kaki yang luas dan zebra cross di perempatan jalan raya sangat mendukung berjalan kaki.

Walaupun baru pertama kali berkunjung, tempat ini mudah ditemukan. Kami hanya menggunakan Google Maps. Kalau dari Pasar baru, lurus saja terus ke arah tujuan TransJakarta ke arah PGC atau Kalideres.

Pas di perempatan jalan bakal kelihatan Lapangan Banteng zona olahraga tepat di seberang Kantor Pos. Kalau Transjakarta belok kanan kita cukup jalan menyeberang menuju  Kantor Kemenkeu. Dari sana bisa masuk ke Lapangan Banteng.

Oh iya, Lapangan Banteng yang sebelumnya merupakan tugu singa memiliki tiga zona: zona olahraga tepat di seberang Kantor Pos, zona monumen, serta zona hutan kota.

Memasuki zona monumen, patung dan tulisan-tulisan di dinding, membuat aroma pembebasan Irian Barat terasa lekat sekali. Bebasnya Irian Barat dari kolonialisme Belanda pada tahun 1963 yang disebut Papua sekarang dilambangkan dengan borgol tangan dan kaki yang sudah putus.

Menurut dari Kompas.com, asal muasal patung bertubuh kekar berdiri tegak sejak 17 Agustus 1963 tidak lepas dari sejarah Trikora. Monumen yang terdapat di tengah Lapangan Banteng dicetuskan oleh Soekarno. Diwujudnyatakan dalam bentuk patung terbuat dari perunggu oleh Henk Gantung.

Monumen ini, sebagai ingat-ingatan perjuangan merebut  Irian Barat dari tangan Belanda.  Pembebasan Irian Barat dari kolonialisme Belanda memakan waktu yang cukup panjang. Sejak awal kemerdekaan, pemerintah sudah melakukan berbagai usaha melepaskan Irian Barat dari tangan Belanda. Cara diplomasi ke dunia internasional hingga gencatan senjata.

Belasan tahun memperjuangkan Irian Barat dari tangan Belanda, merundingakan dengan PBB tetapi tidak membuahkan hasil. Belanda masih bersikukuh menarik Irian Barat dari wilayah kesatuan RI dengan membentuk Negara Papua. Pada 19 Desember 1961, Trikora (Tiga Komando Rakyat) dikumandangkan. Langkah awal tindakan-tindakan pembebasan Irian Barat dimulai.

Atas usaha keras para pahlawan, pada tahun 1 Mei 1963 wilayah Irian Barat mendapat pengakuan secara de-facto maupun de-jure. Irian Barat yang sekarang menjadi Papua sah merupakan wilayah kekuasaan RI.

Sore itu mendung. Kedatangan kami disambut gerimis ringan yang tidak lama. Dan seperti biasa, karena teman saya suka fotografi dan dia membuat saya merasa percaya diri sebagai objeknya. Kami menghabiskan waktu berkeliling dan berfoto.

Tulisan deklarasi Djuanda-Jepretan Ade
Tulisan deklarasi Djuanda-Jepretan Ade
Kami cukup lama mengobrol disana. Hingga di tengah pembicaraan kami yang mengalir begitu saja, teman saya menyampaikan menurut informasi yang dia peroleh dari 'gugel'. Setiap akhir minggu akan ada pertunjukan air mancur.

Saya tidak terlalu menghiraukan karena saya tidak mencari sedikit pun informasi tentang Lapangan Banteng sebelum berkunjung selain mencari letaknya saja. Selain pernah melihat postingan Lapangan Banteng terbaru pada postingan Ig orang lain.

Ditambah ketika kami berteduh sebentar di sisi dekat tulisan-tulisan tentang pembebasan Irian Barat, keran air minum langsung yang disana tidak berfungsi. Saya pun tidak terlalu berharap dengan pertunjukan air mancur yang katanya ada itu. Kita lanjut saja terus pembicaraan.

Ilustrasi mengagumi setiap detail patung-Jepretan Ade
Ilustrasi mengagumi setiap detail patung-Jepretan Ade
Sejujurnya ketika berkunjung ke suatu tempat umum dengan tanpa bayaran, saya selalu usahakan 'tidak berharap terlalu banyak', seperti keadaan toilet yang bersih, tersedia tisu atau air atau pilihan kloset duduk dan jongkok atau fasilitas lainnya. Yang sebenarnya sah-sah saja kita berharap. Kebutuhan esensial semestinya tersedia dan berfungsi baik di tempat umum.

Kejutan Air Mancur Menari

Mendekati setengah tujuh malam, lampu di area gelanggang dimatikan.

"Kayaknya bakal ada pertunjukan, deh." Kata teman saya.

Memandang sekeliling, merasa tiba-tiba pengunjung semakin banyak saja yang duduk di gelanggang. Karena dari tadi tidak hirau memang bakal ada pertunjukkan.

Tetiba tawa kami lepas mendengar suara dari mikrofon atas ajakan agar tidak buang sampah sembarangan.

"Itu mah ajakan biar gak buang sampah sembarangan." Kata saya.

Setelah itu, kejutan TARIAN AIR MANCUR pun DIMULAI.

Ohh... Jadi pengunjung yang sedari tadi semakin banyak duduk di ampiteater tujuannya menonton. Mereka sudah tau. Sedang di antara pengunjung yang bertepuk tangan, mungkin mereka baru pertama kali, seperti saya pertama kali kesini.

Tarian air mancur disemarakkan oleh dua lagu daerah dan tiga lagu nasional. Lagu tradisional diwakili lagu Yamko Rambe Yamko dan tiga lagu Betawi medley yaitu Surilang, Ondel-Ondel dan Jali-jali. Sedangkan lagu nasional diwakili lagu Indonesia Pusaka, Bagimu Negeri dan Satu Nusa Satu Bangsa.

Coba bayangkan rasanya menonton air mancur menari dengan alunan musik nasional dan tradisional di tengah monumen yang menjadi bagian sejarah kita? Akhir weekendnya klop dah!

Jadi katanya disini setiap weekend bakal ada pertunjukan air mancur selama tiga sesi. Mulai pukul 18.30 WIB, 19.30 WIB, dan 20.30 WIB. Setiap sesi berdurasi 15 menit. Kami menonton dua sesi pertama.

Sesi pertama selesai, kami jalan-jalan di belakang ampiteater di area pejalan kaki di zona hutan kota. Kalau keran air minum gratis tadi kami temukan mati, keran disini berfungsi dengan baik. Ada pula toilet. Kalau tidak salah, ada petugas kebersihannya. Bapak yang tadi saya lihat petugas kebersihan gak ya?

Keran air minum-Dokpri
Keran air minum-Dokpri
Selain mengobrol, tempat ini dapat dipakai untuk beraktivitas olahraga, menghirup udara segar, tempat bermain anak, dan memaknai perjuangan kemerdekaan. Tentunya menyaksikan air mancur menari yang memesona. *Uhhuk!

Weekend nanti mau kemana? ;)


Referensi:

referensi 1

referensi 2

referensi 3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun