"Lapangan Banteng," tulis saya via chat.
Pada Juli 2018 Lapangan Banteng diresmikan oleh Gubernur Jakarta. Revitalisasi Lapangan dilakukan oleh arsitek yang dijuluki sebagai "Pendekar Arsitektur Negara". Bagi yang sudah pernah berkunjung sebelumnya pasti bisa merasakan perbedaan. Apakah lebih baik atau tidak.
Baru diresmikan, belum pernah juga kesana, lokasi ini pilihan tempat tujuan yang paling mencolok di benak mengisi akhir minggu. Awalnya bukan itu sebenarnya tujuan utama. Melainkan bersua dan bicara spontanitas dengan teman. Kita sepakat pilih tempat yang kalau bisa belum pernah disambangi.
Hari minggu lalu jadilah kita ke Lapangan Banteng. Bertemu di salah satu halte busway menuju Harmoni. Darisana transit naik TransJakarta menuju halte Pasarbaru. Singgah sebentar makan di Pasar Baru, setelah itu berjalan kaki ke Lapangan Banteng.
Untuk yang suka berjalan kaki, dari halte busway Pasar baru atau halte Juanda, tempat ini mudah dijangkau dengan berjalan kaki. Dari Pasar Baru, area pejalan kaki yang luas dan zebra cross di perempatan jalan raya sangat mendukung berjalan kaki.
Walaupun baru pertama kali berkunjung, tempat ini mudah ditemukan. Kami hanya menggunakan Google Maps. Kalau dari Pasar baru, lurus saja terus ke arah tujuan TransJakarta ke arah PGC atau Kalideres.
Pas di perempatan jalan bakal kelihatan Lapangan Banteng zona olahraga tepat di seberang Kantor Pos. Kalau Transjakarta belok kanan kita cukup jalan menyeberang menuju  Kantor Kemenkeu. Dari sana bisa masuk ke Lapangan Banteng.
Oh iya, Lapangan Banteng yang sebelumnya merupakan tugu singa memiliki tiga zona: zona olahraga tepat di seberang Kantor Pos, zona monumen, serta zona hutan kota.
Memasuki zona monumen, patung dan tulisan-tulisan di dinding, membuat aroma pembebasan Irian Barat terasa lekat sekali. Bebasnya Irian Barat dari kolonialisme Belanda pada tahun 1963 yang disebut Papua sekarang dilambangkan dengan borgol tangan dan kaki yang sudah putus.
Menurut dari Kompas.com, asal muasal patung bertubuh kekar berdiri tegak sejak 17 Agustus 1963 tidak lepas dari sejarah Trikora. Monumen yang terdapat di tengah Lapangan Banteng dicetuskan oleh Soekarno. Diwujudnyatakan dalam bentuk patung terbuat dari perunggu oleh Henk Gantung.
Monumen ini, sebagai ingat-ingatan perjuangan merebut  Irian Barat dari tangan Belanda.  Pembebasan Irian Barat dari kolonialisme Belanda memakan waktu yang cukup panjang. Sejak awal kemerdekaan, pemerintah sudah melakukan berbagai usaha melepaskan Irian Barat dari tangan Belanda. Cara diplomasi ke dunia internasional hingga gencatan senjata.