Dalam rangka menumbuhkan semangat nasionalisme kepada terutama anak muda, Komunitas Jelajah Budaya yang diketuai oleh Bapak Kartum Setiawan dan Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Munasprok), mengadakan acara Napak Tilas Rengasdengklok. Tepatnya menjelang peringatan hari kemerdekaan nasional pada tanggal 12 bulan ini. Acara ini bertepatan di hari kelahiran Bung Hatta.
Clicksiana bersama-sama kedua komunitas ini menyaksikan bukti sejarah peristiwa pengasingan Soekarno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok.
Peserta yang hadir berasal dari semua kalangan umur. Ada pula peserta yang membawa anak-anak mereka, membuat acara menjadi unik.
Dari Munasprok kami menggunakan dua bus pariwisata dan tiba di Rengasdengklok 3 jam kemudian. Kami berada di bus pertama yang ditempati Bapak Rusli.
Disambut oleh Ibu Yanto dan cucu Djiaw Kie Siong, kehadiran kami memenuhi rumah bersejarah itu.
Rumah sederhana yang sekarang sudah mengalami beberapa penambahan. Di bagian belakang dijadikan sebagai tempat tinggal menetap keluarga Ibu Yanto. Rumah tersebut tampak masih utuh dan kamar di mana Soekarno dan Bung Hatta menginap pun terlihat sangat rapi. Setiap hari rumah Djiaw Kie Siong dibuka kepada siapa saja yang ingin berkunjung alias terbuka untuk umum.
Rumah sebenarnya pada saat itu terletak di pinggir sungai Citarum. Tak begitu jauh dari lapangan Tugu Kebulatan Tekad. Posisinya tepat berada di belokan sungai yang mana tanah di sekitarnya kian hari semakin terkikis.Â
Maka, pada tahun 1970, rumah Djiaw Kie Siong dipindahkan secara utuh ke tempat di mana rumah yang kami kunjungi berada sekarang. Dari rumah ini, kami bisa melihat Sungai Citarum  dan bisa dijangkau dengan berjalan kaki.
Pada saat itu daerah Rengasdengklok masih tergolong terpencil membuat rumah Djiaw Sie Kiong. Adanya tentara PETA disana menjadikan Rengasdengklok dianggap paling aman. Anak Djiaw Sie Kiong adalah anggota di Peta (Tentara Pembela Sukarela Tanah Air).