Secara kasat mata, perubahan ini tidak dapat dibuktikan. Hanya uji lab yang dapat memperlihatkan terjadinya proses fragmentasi plastik hingga terdegradasi.
Perubahan dapat diukur dengan menurunnya berat molekul plastik di bawah 5000 Dalton. Uji kuat tarik dan elongasi (Tensile elongation at break) kurang dari 5% setelah disinari UV dan gel permeation lebih kecil dari 5%.
Fragmentasi dapat dilihat dari uji menggunakan spektroskopi FTIR. Adanya gugus fungsi karbonil C=O dan ester COOH pada plastik oxo-biodegradable menunjukkan telah terjadi fragmentasi.
Diantara keduanya, kemasan manakah yang paling bagus?
Belum lagi, bahan baku plastik biodegradable berasal dari bahan makanan. Muncul anggapan akan ada persaingan antara bahan pangan dan bahan baku plastik ke depan.
Plastik biodegradable juga tidak bisa didaur ulang layaknya plastik konvensional dan oxo-biodegradable. Plastik jenis ini digadang-gadang aman jika termakan hewan.
Sementara plastik oxo-biodegradable hanya akan terfragmentasi pada suhu dan kondisi tertentu. Kondisi perairan dan daratan tentu sangat berbeda berbeda. Jika lingkungan tidak memenuhi proses fragmentasi plastik pada akhirnya akan memperlambat penguraiannya. Mungkin keburu ditelan hewan.
Permintaan plastik biodegradable dan oxo-biodegradable bukan tidak mungkin semakin meningkat ke depan. Namun kehadiran kedua plastik ini bukan jadi alasan untuk kita berhenti bijak berplastik. Jejak-jejak logam pada plastik bisa mencemari lingkungan.
Walaupun dianggap lebih baik dari plastik konvensional, kita tidak boleh melupakan ada permasalahan lain yang timbul akibat kedua kehadiran plastik ini. Bijak berplastik tetaplah pilihan utama karena kita sedang dalam masalah berat akibat overdosis plastik.
Sumber referensi/bibliografi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H