Mohon tunggu...
Erni Pakpahan
Erni Pakpahan Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan Swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sebuah Film Lahir dari Upaya Keras Para Sineas

3 April 2018   12:16 Diperbarui: 30 Maret 2021   12:27 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentu saja melihat rumah produksi itu seperti apa. Ahahaha, padahal kayak kantor biasa saja sih. Big thanks untuk seseorang yang menyarankan saya. Saya harap dia membaca tulisan ini ;)

Harapan diBalik Tercetusnya Hari Film Nasional

Setiap tahun kita resmi memperingati HFN yang ditetapkan pada Oktober 1962. Hari Film Nasional (HFN) tepat pada tanggal 30 Maret. Asal-usul hari film nasional diambil dari hari pertama pengambilan gambar film berjudul Darah dan Doa (The Long March) pada 30 Maret 1950 oleh rumah produksi Perfini (Persatuan Film Nasional).

Film Darah dan Doa disutradarai oleh Usmar Ismail yang sekaligus digelari sebagai Bapak Perfiliman Indonesia. Sebuah film yang menceritakan perjalanan panjang prajurit Indonesia dan keluarganya dari Yogyakarta ke pangkalan utama di Jawa Barat. Film ini menjadi awal kebangkitan film nasional (sumber Rappler.com).

Sayangnya, sejak tahun 1971 hingga 1998 yang cenderung didominasi film-film erotis dalam upaya menyaingi film Holywood dan Hongkong yang menguasai bioskop saat itu.

Sepuluh tahun terakhir hingga saat ini sejak tahun 1998 deretan film nasional semakin menarik memikat hati. Kini, film nasional minim adegan vulgar ikut ditunggu-tunggu oleh penonton.

Bahkan tak sedikit film nasional memberi pengaruh di banyak bidang di negeri kita. Ambil beberapa contoh film yang saraf makna terakhir ini. Film yang menarik banyak penonton pada eranya.

Film Dilan 1990, berhasil merebut perhatian hampir tujuh juta penonton. Malahan bisa menimbulkan efek Dilanisasi di kalangan anak muda. Karena film Dilan, tiba-tiba saja para penontonnya kaya akan kosa kata.

Film Filosofi Kopi dari karya Dewi Lestari ini juga menimbulkan efek serupa. Sedikit banyak berpengaruh menaikkan citra baik minuman kopi di kalangan masyarakat. Memang sih saya enggak punya data, tetapi saya yakin sejak itu trend minum kopi semakin meningkat. Kebaikan film Filosofi Kopi berdampak pada peningkatkan konsumsi kopi dan ada pengaruhnya pada tren kafe kopi. Secangkir kopi menemani saya saat menulis ulasan ini. Kopi Tapanuli :p

Bagaimana dengan film Laskar Pelangi? Film yang diangkat dari novel karya Andrea Hirata ini pun membuka banyak sekali wawasan tidak hanya tentang kondisi kehidupan persahabatan anggota Laskar Pelangi. Tidak hanya di Indonesia, Karya Andrea Hirata ini pun diterjemahkan menjadi The Rainbow Troops dalam Festival Film Internasional Berlin ke-59 (Berlinale 2009). Lewat film anak ini, sektor pariwisata Bangka Belitung mengalami peningkatan.

Termasuk film lawas punya tempat di hati masyarakat asal diselaraskan dengan perkembangan jaman bisa menjadi sangat menarik. Film Warkop DKI Reborn misalnya meraih rekor MURI film dengan penonton terbanyak dalam tiga hari penayangan. Film lawas lain seperti Ada Apa Dengan Cinta 2, Eiffle I’m in Love 2, Ayat-ayat Cinta 2 dan beberapa film horor ikutan membuat penasaran penonton. Sekian penilaian cetek saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun