Diawali penuturan sebuah dongeng kepada anak kecil, antara ayah dan anaknya. Film Black Panther memperkenalkan kejatuhan benda bernama vibranium di benua Afrika. Unsur metal yang bisa memberikan kekuatan super.
Melihat sampul promosi, saya mengira film Black Panther merupakan film yang gemuk dengan adegan action mengandalkan kecanggihan teknologi. Ternyata perkiraan saya meleset jauh, setelah saya tonton Sabtu minggu lalu.
Film berdurasi 125 menit tersusun apik mengawinkan unsur mitos dan kecanggihan teknologi. Dua hal yang sebenarnya bertolak belakang. Namun film Black Panther menjadikannya terlihat sangat mungkin. Misalnya ketika Tcala bertemu dengan ayahnya yang sudah meninggal setelah penobatannya menjadi raja.
Benua Afrika diperkenalkan sebagai negara yang masih bergelut dalam kemiskinan. Namun siapa menyangka terdapat sebuah negeri bernama Wakanda. Negeri dengan kecanggihan teknologi super dan indah. Â Sebuah negeri dengan sistem pengamanan paling ketat, tak terlihat karena dilindungi sebuah sistem yang sangat canggih dan maju namun kental dengan budaya dan tradisi Afrika.
Vibranium merupakan unsur logam berwarna ungu berkekuatan tinggi. Karena memanfaatkan vibranium tercipta sistem transportasi dan komunikasi yang sangat canggiih di negeri itu. Bahkan menjadikan kostum Black Panther mampu menyerap energi kinetik sehingga memiliki kekuatan besar.
Saking canggihnya, jenderal Okoye sekaligus pengawal raja menganggap sangat primitif tembakan penuh peluru saat mereka sedang berada di Korea mengintai pertukaran vibranium antara Ulysses Klaue (Andy Serkis) dan pihak CIA diketuai Everet K. Ross (Martin Free Man).
Mengikuti setiap plot penekanan pesan moral dalam film ini sangat kuat. Salah satu pesan paling mencolok agar tidak pernah anggap remeh terhadap orang lain. Sama seperti tanggapan salah satu kontingen ketika akhirnya negeri Wakanda memutuskan memperkenalkan diri kepada dunia.
"Apa sih yang bisa dikontribusikan negara berkembang dari hasil pertanian?"
Dia belum melihat seperti apa negeri Wakanda itu melebihi negaranya. Tidak tahu di Benua Afrika ada sebuah negeri bernama Wakanda yang punya kecanggihan teknologi yang sudah sangat jauh dari kecanggihan teknologi negara mana pun di dunia. Dimana selama ini mereka hanya mengamati dan mengirim mata-mata ke berbagai negara untuk mengawasi negara-negara.
Ini juga mengingatkan diri saya, ketika saya merasa anggap remeh melihat penampilan T'Challa (Chadwick Boseman) yang berperan sebagai Black Panther ketika bersanding dengan Erik Killmonger (Michael B. Jordan). Rasa-rasanya Killmonger lebih cocok jadi Black Panther dilihat dari penampilannya yang lebih gagah. Ketinggalan, saya belum pernah menyaksikan Chadwick Boseman sebelumnya.
Tetapi kegagahan bukanlah modal utama. T'Challa menunjukkan sifat seorang raja. Mengetahui kasus ayahnya telah membunuh saudaranya sendiri di masa lalu karena telah menghianati Wakanda dia begitu marah. Inilah yang menjadi titik awal film ini. Pembunuhan karena penghianatan terhadap negara yang berakhir dengan balas dendam hingga perebutan tahta kerajaan yang sudah diserahkan kepada T'challa (Black Panther).
Sementara di luar sana, sepupu T'Chala bernama Erik Killmonger melatih kekuatan otot dan strategi dengan cara merampok dan membunuh. Sambil menanti tiba saatnya membalas dendam ke negara Wakanda. Negeri yang sering diceritakan oleh ayahnya semasa kecil.
Kedua, komitmen kepada janji. Jenderal di negeri Wakanda dijabat oleh sekelompok perempuan. Kejutan baru melihat sekelompok jenderal perempuan penuh komitmen dan skill menjaga seorang raja. Saya tidak tahu maksud mengapa mereka cenderung meletakkan tokoh perempuan dalam film ini. Jenderal dan adik T'challa juga dipilih perempuan yang addict sekali dengan ilmu pengetahuan. Entahlah, pemilihan perempuan untuk meningkatkan kesadaran terhadap isu perempuan.
Jenderal-jenderal perempuan ini pun diperlihatkan menjaga komitmennya terhadap raja. Ketika tahta jatuh ke tangan Erik Killmogner, sepupu kandung T'challa, walaupun berat hati tetap setia pada janjinya---menjaga raja. Namun kemudian mereka berbalik kepada raja mereka yang sebenarnya. Â
Ketiga, melakukan kebaikan bahkan terhadap orang yang menentang kita. Kebaikan yang kita lakukan bisa jadi kembali kepada kita walaupun bukan itu motivasi melakukan kebaikan. Pada akhirnya pemimpin suku yang tidak dibunuh oleh T'Chala malah menjadi sumber bantuan terhadap mereka. T'Chala tidak membunuh kepala suku yang menentangnya karena menurutnya, dia dibutuhkan oleh anggota sukunya.
keempat, pada akhirnya kita  tidak bisa hidup sendiri. Kita butuh pihak lain untuk berbagi. Wakanda pun membuka diri kepada dunia, ikut berkontribusi lebih melakukan dan meningkatkan kesejahteraan orang miskin di berbagai tempat.
Kelima, motivasi yang salah pada cepat atau lambat akan kalah juga. Negeri Wakanda kembali ke tangan raja yang sesungguhnya. Ketika Erik menjabat sebagai raja Wakanda dia ingin merubah sistem pemerintahan di dunia dengan cara peperangan. Nilai-nilai yang jauh dari budaya Wakanda.
Selama film berlangsung film 17+ yang disutradarai oleh Ryan Coogler ini juga minus adegan vulgar, nilai plus film ini sehingga menurut saya cocok ditonton bahkan oleh anak-anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H