Saya tidak pernah terpikir jika tahun ini akan berkunjung ke Samosir. Terakhir sekaligus kali pertama menyeberang kesana sekitar tiga tahun lalu. Sebelumnya hanya bisa menikmati keindahannya dari dalam bus setiap kali ke Medan.Â
Karena sudah pernah kesana maka jika ada kesempatan saya lebih memilih backpaker ke Pusu Buhit, Simarjarunjung  atau menginap di Tuk-tuk lalu minum kopi Sidikkalang di pagi hari usai menceburkan diri menikmati dinginnya air Danau Toba. Hal yang juga kami lakukan pada waktu itu. Menyambangi Tomok berkali-kali, berenang berkali-kali dan minum kopi berkali-kali.
Saya juga ingin ke Samosir dengan jalur berbeda, berangkat dari Taput melewati Tele langsung ke Samosir dan kembali menyeberang dari Parapat. Melewati Berastagi-Sidikkalang lalu Samosir kemudian pulang dari Parapat sepertinya menarik juga. Gak salah bermimpi kan, ya?
Tapi ya, biarlah angan ini disimpan dulu. Kabarnya masih banyak sekali tempat yang begitu bagus yang belum pernah saya injak di nusantara ini.
Ajibata ke Tomok memakan waktu empat puluh lima menit dengan menggunakan kapal, menyeberangi Danau Toba. Tak jauh dari penginapan kami bergegas ke Pelabuhan Ajibata, tempat penyeberangan menuju Samosir. Saat kami tiba, belasan kendaraan pribadi dan truk sudah masuk jalur antrian menunggu kapal Ferry. Disana, tempat pelabuhan kapal Ferry yang khusus membawa transpotasi dan barang.
Kabar-kabarnya akan ada dua Ferry yang beroperasi mengingat kebutuhan penumpang meningkat hari itu. Â Dua orang teman bersedia naik kapal Ferry bersama kendaraan yang kami tumpangi sedang yang lain ikut kapal penumpang. Masih di Ajibata di tempat yang terpisah tersedia pelabuhan khusus penumpang. Jadilah kami duluan berangkat.
Sembari menunggu kedatangan mereka, kami sepakat berkeliling ke beberapa titik tempat wisata budaya yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki tak jauh dari pelabuhan. Keluar dari pelabuhan Tomok, belok kanan ke pusat perbelanjaan. Tomok merupakan bahasa Batak artinya gemuk atau tambun. Â Disana terdapat pusat perbelanjaan khas etnis Batak. Mendaki mengikuti jalan pusat perbelanjaan, nanti akan bertemu Kampung Batak, Kuburan Raja Sidabutar dan sebuah museum. Â
Kampung Batak
Deretan rumah adat batak terdapat di kampung batak ini berada sebelum kuburan Raja Sidabutar. Lokasinya agak tersembunyi karena ditutupi deretan dagangan oleh-oleh khas batak. Suara khas yang terdengar berupa musik adat batak "gondang" (musik khas batak) akan terdengar bersumber dari kampung batak menandakan ada tarian Sigale-gale. Kita bisa mengikuti arah suarah dan berjalan ke arah sana atau bertanya pada orang sekitar.
Kampung Batak tepatnya tempat pertunjukan Si Gale-gale diadakan. Setiap pengunjung bisa ikut "manortor" (menari tarian Batak) bersama teman-teman mengikuti bunyi "gondang".
Untuk menikmati tarian bersama Sigale-gale, katanya bisa memesan para penari. Tetapi saya  belum pernah melihat para penari tersebut. Biasanya para pengunjung yang akan "manortor" bersama rombongannya.
Saya belum melihat rombongan penari yang bisa dipesan untuk pertunjukan adat batak. Saya kurang tahu apakah ada  pemandu satu atau dua orang yang khusus mengarahkan pengunjung agar bisa menikmati "tor-tor" yang bisa dipesan kapan saja langsung di tempat.
Agak sayang jika ada rombongan yang sama sekali tidak tahu "tor-tor" tapi mereka berminat mencoba menari bersama Sigale-gale. Pada moment-moment tertentu seperti musim liburan misalnya. Saya kira ini akan menjadi pengalaman baru bagi para pengunjung. Kunjungan wisata pun akan lebih menarik.
Ke pemakaman Sidabutar.
Â
Siapa saja bisa memasuki pemakaman Sidabutar asal menggunakan ulos batak yang disediakan di pintu masuk kuburan. Menggunakan ulos pada saat memasuki pemakaman sebagai kesopanan menghormati adat setempat. Konon, Sidabutar ialah orang yang pertama kali datang ke Samosir sekaligus seorang raja.
Cicak bertengger di tiang pintu menghadap payudara wanita. Cicak sebagai simbol kemampuan beradaptasi sedangkan payudara wanita sebagai lambang ke makmuran. Meninggalkan kuburan Sidabutar yang sudah berumur 469 tahun itu kita harus melepaskan ulos batak pada seorang penjaga yang sekaligus pemandu disana.
"Ada banyak tempat makan yang halal disana. Nanti lihat saja di depan rumah makan bertuliskan rumah makan muslim." Begitu kata saya pada teman yang berlibur bulan lalu kesana dari Jakarta.
One Day Trip ke Tomok sangat mungkin dilakukan. Naik kapal penumpang dengan jadwal tertentu dari pagi hingga malam dan membawa kendaraan pribadi atau meninggalkan saja di pelabuhan Ajibata boleh juga. Supaya bisa berkeliling leluasa, lebih baik seberangkan kendaraan pribadi juga, jika punya waktu lebih ingin mengunjungi tempat-tempat lain.
Setelah itu silahkan lupa diri menikmati pemandangan alam dan kekayaan budaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H