Kota Tua tampak ceria seperti sebutan bagi bulan ini. Keramaian pengunjung menghidupkan suasana kota. Walaupun kotanya sudah tua tetapi masih tampak segar dengan pemandangan kota sejarah. Dan namanya tua tentu banyak mengandung ceritera pengalaman bermanfaat yang dapat dipetik.
Saya ceritain singkat saja ya karena memang lebih baik berkunjung kesana jika emang bisa. Tapi jika belum sempat atau belum ada kesempatan bolehlah simak cerita saya. Saya coba bercerita singkat dan mudah-mudahan kamu tidak ngantuk. Biar gak ngantuk, perhatikan gambar di bawah ini dan dalam hitungan ke tiga silahkan tidur. Oops... maksud saya melek!
Pasti kenal dong dengan Kota Tua. Salah satu tempat yang baru afdol dan sah berkunjung ke Jakarta jika sudah ke Kota Tua (Cek lagi di pasal dan ayat berapa nanti). Pula termasuk wisata murah sekaligus kaya akan sejarah. Makanya, Kota Tua terutama di akhir minggu banyak pengunjungnya.
1. Museum Fatahillah
Tibalah saya di museum Fatahillah menyusul teman-teman yang sudah jalan lebih dahulu. Rute jelajah kami hari itu berawal dari museum yang disebut juga Museum Sejarah. Saya mendapat karcis setelah menunggu antrian. Ternyata banyak juga yang berminat mengunjungi museum ini. Ada beberapa rombongan yang sepertinya pelajar hendak berkunjung membuat minat saya memekar menjelajah di siang terik hari itu.
Sekilas menurut saya berbeda tampak luar dan dalam. Dari luar, Museum Fatahillah tampak megah dengan gaya arsitektur neo klasik. Karenanya saya berpikiran akan ada banyak benda bersejarah yang saya lihat di dalam. Ternyata, ruangan terkesan kosong karena diisi oleh beberapa furniture saja. Â Terdapat lemari, kursi, meja, cermin berukuran besar terbuat dari kayu. Beberapa benda sejarah terbuat dari batu.
Museum Fatahillah pernah dipakai sebagai Balai Kota Batavia. Dari dalam kita bisa memandang suasana di luar dari jendela berukuran besar. Pintu-pintu bangunan ini pun dibuat besar dan semuanya tampak kokoh. Â
Dari dalam terlihat di taman Fatahillah bekas mata air di halaman depan dan sekarang bentuknya sudah tidak bagus lagi. Bekas air mancur dan pos pertahanan alun-alun kota tepat berada ditengah taman di depan museum ini.
2. Museum Seni dan Keramik
Museum ini rasanya luas sekali dengan ruangan menurut koleksi masing-masing. Terdapat aneka macam keramik dengan corak masing-masing menurut seni dan budaya negara asalnya.
Pun sejarah tentang seni lukis. Beberapa profil beberapa pelukis seperti Raden Saleh Syarif Bustaman mengisi museum ini.
Lagi-lagi saya menemukan tentang lukisan Mooi Indie. Sebuah keterangan di dinding menjelaskan,
"Istilah Mooi Indie muncul di awal abad ke 20 untuk menandai keelokan lukisan pemandangan alam Hindia Belanda (Pada masa itu banyak pelukis datang ke Hindia Belanda (sekarang Indonesia) karena tertarik keindahan alamnya dan eksotisme wanita maupun pria pribumi..."
Menarik juga, hari itu saya bisa menyaksikan karya lukis Srihadi Soedarsono yang menggambarkan Jayakarta sejak tahun 1527-1970. Lukisan ini kami saksikan di dinding sebuah ruangan. Pintu dimana terdapat patung Raden Saleh Sjarif Boestaman (Maestro of Indonesia Modern Art).
Singkat cerita, beliau meminta maaf pada pelukisnya. Lalu meminta supaya Srihadi membuat sebuah karya untuk mengisi tembok gedung Balai Kota DKI Jakarta yang bersih. Jadilah lukisan Jayakarta di atas.
3. Museum Wayang
Seharusnya ketika berkunjung ke museum ini saya tidak akan merasa greget karena ada banyak "boneka". Serius, boneka bukanlah barang yang saya gemari sebagai perempuan. Justru keberadaan boneka sedikit mengganggu karena saya selalu pikir mereka sedang mendengar dan melihat. Â
Wayang dari berbagai negara dikoleksi juga di dalam museum ini. Wayang dari Amerika, Inggris, Prancis, India, Thailand, Vietnam, Polandia, China, dll.
Pun di luar gedung bagian depan bangunan-bangunan seperti di halaman luas Museum Fatahillah (Taman Fatahillah) dan sekitarnya juga menawarkan kegiatan menarik. Â Terdapat karya seni di sepanjang pelataran, para penjual baju, pernak-pernik, dan kuliner sambil menikmati suasana kota sejarah. Â
Ketika berkujung ke Kota Tua akan banyak berjalan kaki, Â sehingga pakailah outfit yang nyaman, terutama alas kaki yang pas.Â
Demikian cerita saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H