"Kopi bukan untuk diminum tapi dinikmati!"
Kopi dan persahabatan Ben Jody adalah dua hal yang tak terpisahkan dalam film Filosofi Kopi 2. Film ini diangkat dari cerpen karya Dewi Lestari, kerap dipanggil Dee sebagai nama pena.
Saya sendiri ketika membaca kumpulan cerpen berjudul "Filosofi Kopi" serta menemukan bagian cerpen tentang Ben dan Jody, timbul daya tarik dalam setiap percakapan mereka. Jody yang selalu bertentangan dengan Ben yang jalan pikirannya susah dimengerti. Ben, walaupun "sudah" bisa membuat kopi ternikmat tetapi pencarian itu serasa belum selesai, "ada lagi!", bentak nalurinya.
Nah, oleh karya ini tercetuslah film Filosofi Kopi, sekarang pun muncul lagi Filosofi Kopi 2, tayang hari ini, 13 Juli.
Dalam film Filosofi Kopi 2, menurutku tak terduga, Ben yang notabene sudah menemukan passionnya tentang secangkir minuman kopi, masih juga dicemasi oleh nalurinya tentang kopi. "Ada lagi!"
"Ben, apa sih hasrat kamu yang sebenarnya, kapan kamu puas meneliti kopi?"
Minuman berwarna hitam dari biji kopi yang orang lain sering memandangnya minuman yang harus dihindari, tetapi sebenarnya minuman yang layak dinikmati. Nikmat karena rasa juga manfaatnya sebagai antioksidan dan baik untuk jantung (jika tidak berlebihan). Tetapi akhirnya dia menemukan, lebih dari secangkir kopi ternikmat yang pernah dia racik sendiri.
Kedua, meski tidak disampaikan secara gamblang film ini seakan meyakinkan bahwa kita punya banyak daerah asal kopi terbaik yang layak dinikmati. Dalam film Filosofi Kopi 2 beberapa kota sumber kopi terlibat seperti Jogjakarta, Toraja, dan Lampung. Menyambangi berbagai tempat di nusantara seakan membawa penonton berpetualang. Tidak lupa Jakarta tempat pertama Ben meracik kopi terbaiknya pertama kali, terkenal dengan Kedai Filosofi Kopi Melawai.
Ngomong-ngomong tentang kedai Filosofi Kopi Melawai, pantas saja dekorasi depan kafe kopi unik itu sudah berubah sejak beberapa bulan lalu. Penyegaran rupa kedai itu dilakukan dalam rangka menghidupkan detail adegan karya Dewi Lestari.
Aah... Cerpen filosofi kopi itu sungguh memikat hati memang, tentang Ben yang selalu penasaran menemukan rasa kopi yang sebenar-benarnya. Dia pun  mencari dan meracik kopi ternikmat. Jadilah mereka berpetualang membuka kedai kopi di beberapa tempat kota berbeda. Lagi tentang persahabatan mereka berdua, Ben dan Jody, yang berbeda karakter dan skill tetapi justru saling melengkapi.
Dalam percakapan di film ini bertebaran filosofi yang memberikan pandangan positif dalam menjalani kehidupan berasal dari filosofi kopi.
Ketiga, lho bukannya cuma dua hal? Bonus dari saya. Yuk, kita tonton! Film Filosofi Kopi 2 sudah ambil andil ikut meyakinkan kualitas produksi kopi nusantara dari berbagai daerah. Sekarang tiba saatnya kita dukung juga film nusantara dan para petani kopi.
Menonton film ini memberikan cerita rangkaian asal-usul secangkir kopi yang pernah kamu lihat atau kamu minum. Mulai dari biji, bibit, pohon, buah oleh petani lokal. Bagi kamu yang belum pernah bertani kopi ini seperti petualangan baru bersama filosofinya. Bagi saya yang tinggal di daerah pertanian kopi sekaligus pernah merawat pohon kopi, film ini adalah penghargaan bagi kopi, terutama semua petani kopi di nusantara.
Lebih dari satu tiket adalah satu bibit kopi untuk petani kopi di Merapi di Jogja.
Aaa... tentu saja saya mengatakan ini karena filmnya memang cocok untuk dinikmati.
Simak trailernya:
Sutradara: Angga Dwimas Sasongko
Pemain: Chicco Jerikho, Rio Dewanto, Luna Maya, Nadine Alexandra, Ernest Prakasa, Tio Pakusadewo, Joko Anwar, Whani Darmawan, dkk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H