Mohon tunggu...
Erni Pakpahan
Erni Pakpahan Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan Swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Sharing Perempuan Tentang Film Nusantara Bersama Danamon Menginspirasi

21 Mei 2017   19:37 Diperbarui: 26 Mei 2017   08:30 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu alasan pada tahun 1971 ketika ada desakan kepada pemerintah menyesuaikan dengan film impor, mulailah bermunculan filem erotis nasional di layar lebar hingga tahun 1998. Film berjudul Cinta Pertama (1973), Inem Pelayan Seksi (1976), Gadis Malam (1994). Produksi film-film serupa berlanjut hingga tahun 1998.

Syukurlah, film nasional sejak tahun 1998 sudah lebih baik. Beberapa film mewarnai wajah layar lebar. Filem keluarga Petualang Sherina, film remaja Ayat-ayat Cinta, Tiga Dara, film perjuangan seperti 3 Srikandi, Habibi Ainun, dan banyak deretan film nasional ditunggu-tunggu rilis di layar lebar. Bahkan sudah ada film nasional ikut berlaga di kancah internasional.

Dari pengalamannya, Mba Swastika Nohara menuturkan, untuk memberi suguhan film menarik kepada masyarakat diperlukan riset. Riset dilakukan untuk mendapatkan karakter tokoh-tokoh sesungguhnya dalam cerita, menemukan emosi dalam cerita, menyesuaian skenario dengan durasi, menemukan tokoh yang sesuai, dan memperhitungkan budget. Dan para sineas film harus bisa menterjemahkan cerita memberi “cita rasa” pada setiap detail adegan.

Tiga buah film diangkat sebagai contoh yaitu 3 Srikandi, Hari Ini Pasti Memang dan Cahaya Dari Timur.

“Semua elemen dalam film tidak ada yang tidak penting.” Tegas Mba Swastika Nohara, memperlihatkan slide presentasi saat 3 Srikandi sedang mengikuti latihan diperankan oleh Bunga Citra Lestari, Chelsea Islan, dan Tara Basro, dengan Reza Rahardian sebagai pelatih.

“Dari warna baju, celana dan garis samping celana benar-benar diperhatikan bahkan hingga bentuk alis.” ujarnya melanjutkan slide berikutnya yang memperlihatkan 3 Srikandi dengan bentuk alis berbeda.

Meski tayangan hanya berdurasi puluhan menit, para sineas harus memberikan perhatian pada setiap detail dalam film. Butuh upaya, ketelitian dan kesabaran tinggi memproduksi sebuah film. Bayangkan, riset film 3 Srikandi memakan waktu selama dua tahun, sejak November 2014 sampai tahun 2016.

Tips menulis lain yang sangat relevan bagi para kompasianer ialah, “Sukai menulis, menulis, latihan, menulis, latihan,..., menulis latihan”.Ucapwanita Master Screen of Documentary lulusan University of London ini.

Blog Review dan Perannya di Dunia Perfiliman Indonesia

Semakin majunya film nasional besar peluang masyarakat akan gemar menonton. Ulasan film dibutuhkan calon penonton sebagai sumber referensi terhadap pilihan yang tersedia. Blogger film punya andil penting dalam promosi film. Apalagi film-film berkualitas—yang mengandung nilai-nilai pencerahan, kudu dipromosikan!

Kesempatan Mba Balda Zain Fauziyyah, seorang wanita muda penggemar film sekaligus blogger film berbagi cara-cara membuat ulasan film kepada peserta kompasianer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun