Mohon tunggu...
Erni Pakpahan
Erni Pakpahan Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan Swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kampoeng Tempo Doeloe, Makanan Nusantara dan Nostalgia Musim Layang-layang

5 Mei 2017   20:11 Diperbarui: 6 Mei 2017   22:49 1497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Undangan para pemilik stand dan gerobak begitu ramah ingin rasanya mencoba banyak makanan. Aroma olahan berbagai makanan pun begitu menggoda membuat semakin ngiler, tak sabar ingin mencoba. Ada sebanyak 200 lebih menu pilihan yang dapat dinikmati kelezatannya. Dari sekian pilihan, saya membulatkan hati memesan mie godog.

Pulang sebelum memanjakan lidah dengan mie tentu belum klop dong. Kenapa? Karena salah satu tujuan food festival tahun ini ialah melestarikan “Aneka Mie Nusantara”. Bahkan, disini pun ada acara “Kompetisi Pemenang Mie Warisan Nusantara” dari tiga pemilik UKM di kawasan Jabodetabek.

Sedikit informasi, godog artinya rebus. Mie godog berasal dari pulau Jawa, khususnya Jogja. Sekilas melihat mie dalam wadah kertas di hadapan saya dan antrian pembeli, meyakinkan saya tidak salah pilih.

Mie dalam wadah kertas di hadapan saya berbahan dasar mie kuning basah dan warna-warni sayuran dari wortel, sawi, timun, kol, cabai rawit. Berkuah kental, bertabur bawang goreng serta irisan tebal seledri menambah rasa gurih di lidah sejak suapan pertama. Warna-warni dari sayuran membuat diri ingin segera mencicipi. Tapi tunggu dulu... Saya harus jepret sebelumnya sebagai bukti nyata kepada pembaca. Begini penampakan mie godog pilihan saya ;)

begini-penampakan-mie-glodog-pilihan-saya-590c75aa759373993c8b4567.jpg
begini-penampakan-mie-glodog-pilihan-saya-590c75aa759373993c8b4567.jpg
Biasanya saat mengonsumsi mie, saya lebih suka buat sendiri supaya bisa masukin sayur lebih banyak seperti mie godog pesanan siang itu, meniriskan air rebusan pertama, dan membuat bumbu buatan sendiri. Sore ini saya dengan enteng makan mie godog. Slurrpp… Sedap!

Mie godog ini saya peroleh dari Booth B14 Mie Jowo Semar. Dari tiga daftar jenis mie dalam booth ini pilihan saya jatuh pada mie godog. Nah, bersebelahan dengannya, sebelah kanan, ada tiga booth berjejer. Mereka pemenang kompetisi mie warisan nusantara kategori halal dan non-halal. Ketiga pemenang ini diperlombakan lagi mendapatkan pelanggan sebanyak mungkin. Mereka adalah Bakmi Ayam Pelangi (B15), Cwie Mie Malang “Regia” (B16), dan Clift Noodl Bar (B17). Kategori B17: Clift Noodle Bar satu-satunya kategori non-halal.

bule-dan-tiga-booth-kompetisi-mie-warisan-nusantara-590c75bdba22bdaa298b4567.jpg
bule-dan-tiga-booth-kompetisi-mie-warisan-nusantara-590c75bdba22bdaa298b4567.jpg
Meski tidak masuk dalam daftar kategori kompetisi, jangan salah, Booth Mie Jowo Semar ini ternyata pernah juga memenangkan kompetisi. Sayangnya, saya tidak memperoleh banyak informasi karena yang hadir adalah adik pemiliknya.

Pilihan kedua jatuh pada sate lilit ayam. Appetizer sebelum menikmati mie godog. Saya temukan di Booth 37: Masakan khas Bali warung khas Nyoman. Tertutup dalam tudung saji tembus pandang beralaskan daun pisang segar sungguh memikat hati dan kebersihannya pun terjaga. Padat, empuk, dan rasa “kriuk” dari parutan kelapa sanggrai turut meramaikan kunyahan. Tiga tusuk sate seharga Rp. 21.000 sangat memuaskan. Aneka ragam rempah nusantara dalam satu gigitan memanjakan lidah.

sate-lilit-ayam-bali-590c75f6947e61fa038b4567.jpg
sate-lilit-ayam-bali-590c75f6947e61fa038b4567.jpg
Sebagai peserta yang pertama kali bergabung di Komunitas Penggila Kuliner Kompasiana, menurut saya salah satu hal paling berkesan ialah rasa kekeluargaan antar peserta seakan sudah saling mengenal dekat. Kedekatan antar peserta makin terasa pada saat makan.

Kembali ke tempat semula, berbagai makanan khas sesuai selera masing-masing kami nikmati usai berkeliling. Dan tanpa terasa makanan sudah lenyap sambil ngobrol! Makan memang salah satu cara jitu mencairkan suasana. Maka tidak heran para politikus, bisnismen, kolega, teman tidak jarang melakukan acara ramah-tamah melalui makan bersama karena makanan bisa membuat pikiran semakin jernih.

Masih Ngider Sekali Lagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun