Khotbah yang saya terima kemarin dalam kebaktian adalah bagaimana Kasih Karunia itu adalah hak sepenuhnya bagi Tuhan untuk manusia, sehingga tidak semua manusia itu dipanggil, untuk kemudian dibenarkan, dan berkenan di hadapanNya.
Salah satu contoh peristiwa seperti itu adalah pada diri Nuh. Patut diperhatikan sebelum kisah Nuh dikatakan kejahatan manusia sudah merajalela sehingga Tuhan berkehendak untuk menghapuskan manusia. Tetapi Nuh mendapatkan Kasih Karunia. Pada ayat selanjutkan dikatakan Nuh berkenan di mata Allah.
Sekarang bayangkan ketika manusia sudah banyak melakukan hal-hal yang jahat, apakah ada yang terhindar dari hal-hal seperti itu? Atau jika melihat bahwa berkata "Bodoh kamu!" kepada orang lain sudah dianggap jahat dan harus mendapat hukuman, adakah dari kita yang tidak pernah melakukannya? Atau hal yang paling gampang lagi: berbohong. Dan berbohong adalah hal yang tercantum dalam 10 Perintah Tuhan yang harus dihindari oleh kita semua. Adakah dari kita yang tidak pernah berbohong? Rasa-rasanya tidak pernah ada orang di muka bumi ini yang belum pernah berbohong sepanjang hidupnya.
Dalam kondisi seperti itu, Kasih Karunia adalah hal yang sangat membahagiakan. Betapa tidak? Jika Tuhan sudah menaruh Kasih Karunia ke dalam diri kita, maka apa pun kita (penjahat besar sekalipun) bisa dipandang, dibenarkan, dan pada akhirnya dimuliakan di hadapan Tuhan.
Wah, kalau begitu, Tuhan itu pilih kasih dong? Sudah pasti! Jumat kemarin seorang pesohor berkomentar tentang seorang pesohor lain yang berasal dari Amerika Serikat. Pesohor kita itu mengatakan bahwa Pesohor Amerika punya talenta luar biasa karena berasal dari Keturunan Nabi. Menurut Pesohor kita itu, ada 3 keturunan yang hebat yaitu Keturunan Abraham, Keturunan Daud & Sulaeman, serta Keturunan Muhammad.
Beribu tahun yang lalu, ketika menghadapi orang-orang yang berbangga hati karena merupakan keturunan dari Abraham, seorang Guru berkata bahwa perbuatan mereka tidak pantas untuk dikatakan sebagai keturunan dari Abraham, karena jika mengaku berketurunan dari Abraham, yang seharusnya dilakukan adalah menghormatinya sebagaimana Abraham. Orang-orang itu pun marah karena merasa Bapak leluhurnya itu dilecehkan. Guru itu sangat tidak salah, karena Abraham berkali-kali memuliakan tamu-tamu yang datang ke tempatnya. Tidak pernah merendahkan mereka. Siapa pun mereka. Berbeda dengan mereka yang mengaku-aku keturunan Abraham itu.
Jadi, bahwa kita diciptakan dari beragam suku, budaya, dan aneka latar belakang lain, tidak bisa dipungkiri. Yang harus dibukakan pintu lebar-lebar adalah pemahaman bahwa kita satu sama lain adalah sama saja. Dari mana pun keturunannya, berapa pun harta kita, apa pun jabatan kita, dll. Kita yang masih memerlukan Tuhan. Karena Kasih Karunia-Nya lah yang akan membedakan kita dengan manusia yang lain.
Banyak orang lelah berdebat tentang Tuhan, arti penting-Nya dalam kehidupan kita, dan terutama banyaknya masalah yang rasanya Tuhan tidak pernah hadir dalam penyelesaiannya. Menilik hal itu, justru di sinilah peran penting Tuhan dalam hidup kita. Raja Daud pernah menuliskan "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah."
Justru kehidupan dan masalah serta persoalan yang mendera kita itulah yang harus dipersembahkan kepada Tuhan. Beberapa minggu lalu, saya mengalami masalah yang cukup pelik, karena harus melunasi hutang saya yang telah jatuh tempo sebanyak 23 juta rupiah. Sementara uang saya pribadi tidak ada sebanyak itu, bahkan 10%-nya atau 2,3 juta pun tidak saya miliki.
Tapi saya diberi keringanan, yaitu saya harus membayar 6,5 juta saja dan dianggap lunas. Sebagai persetujuan, saya harus membayar 500 ribu sebagai uang muka, dan 3 hari kemudian saya harus melunasi dengan membayar 6 juta rupiah. Uang dari mana? Saya tidak punya gambaran. Dua hari berlalu, saya masih belum punya uang untuk membayar sisa hutang saya itu. Dan saya mendapat peringatan bahwa jika pada jatuh tempo nanti saya tidak bisa membayar 6 juta rupiah itu, saya dianggap tidak mendapat keringanan sehingga tetap harus membayar 23 juta rupiah itu. Saya tidak percaya, saya pergi ke bank bersangkutan untuk berusaha mendapatkan diskon apabila saya tidak bisa mendapatkan uang 6 juta rupiah keesokan harinya, dan dari pihak bank saya diberi diskon 50% yang berarti saya harus membayar 11,5 juta rupiah.
Persoalan itu makin membuat pusing saya. Hari ke-tiga sudah tiba. Saya belum dapat sepeser pun uang. Baik 11,5 juta atau pun hanya 6 juta rupiah saja. Intinya, saya terancam untuk membayar penuh 23 juta rupiah, utang saya yang jatuh tempo itu. Saya cuma ingat satu hal saja, Tuhan. Perkataan yang saya ingat adalah: "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya."